Mohon tunggu...
Jusman Dalle
Jusman Dalle Mohon Tunggu... Editor - Praktisi ekonomi digital

Praktisi Ekonomi Digital | Tulisan diterbitkan 38 media : Kompas, Jawa Pos, Tempo, Republika, Detik.com, dll | Sejak Tahun 2010 Menulis 5 Jam Setiap Hari | Sesekali Menulis Tema Sosial Politik | Tinggal di www.jusman-dalle.blogspot.com | Dapat ditemui dan berbincang di Twitter @JusDalle

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Kekuatan Viral Marketing dan #ResolusiExpress2015

17 Januari 2015   14:50 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:57 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perkembangan teknologi berdampak signifikan dalam berbagai bidang kehidupan. Bukan hanya revolusi sosial dan politik saja yang terjadi, teknologi juga menciptakan perubahan lanskap dalam dunia bisnis. Terjadi pergeseran paradigma dalam memperlakukan pasar.

Dewasa ini, penggunaan gadget dengan berbagai flatform aplikasi media sosial bukan merupakan hal tabu dalam berbisnis. Integrasi bisnis ke perangkat teknologi sudah menjadi mainstream baru. Cara-cara marketing konvensional menggunakan selebaran, billboard, reklame spanduk dan baligho sudah sangat menjemukan. Selain costnya mahal, juga merusak keindahan kota.

Besarnya jumlah populasi dunia maya (netizen) adalah pasar kongkrit yang menggiurkan. Menurut hasil riset e-Marketer, jumlah netizen Indonesia per November 2014 adalah sebanyak 83,7 juta orang. Pertumbuhan jumah netizen Indonesia sangat fantastis, yakni 430% dalam lima tahun terakhir. Hal tersebut merupakan sinyal jika kekuatan internet dalam mendongkrak bisnis sangat seksi serta menjanjikan keuntungan besar.

Apa lagi, sebagian besar netizen aktif bercengkrama di bebagai media sosial dan forum-forum diskusi. Tampaknya, ini berkaitan dengan budaya masyarakat yang doyan ngobrol. Jika sebelumnya tempat utama untuk ngobrol yang digandrungi adalah warung kopi, kini telah pindah di twitter. Obrolan di warung kopi hanya sesekali saja, itu pun jika memang diperlukan kopi darat.

Bagi kita yang sempat menonton Film Chef yang dirilis akhir tahun lalu, tentu memahami betapa megalomania kekuatan viral marketing melalui twitter. Film mengisahkan Chef Carl Casper yang dipecat karena kesalahan dalam menggunakan twitter. Tanpa ia sadari, di twitter Chef menghina seorang blogger reviewer makanan yang disegani. Terjadilah perang antar mereka, dan berujung pada pemecatan Chef.

Namun, twitter juga yang berhasil mengangkat Chef keluar dari jurang keterpurukan dalam karier. Bersama anak dan sahabatnya, Chef menggelar dagangan dari satu kota ke kota lainnya dengan menggunakan Food Truck. Sang anak sangat piawai dalam memainkan twitter. Setiap kerumunan dan antrian di Food truck mereka, dipotret lalu disebar melalui twitter untuk menggambarkan bahwa masakan mereka enak dan selalu diserbu pembeli. Posisi Food Truck diinformasikan ke khalayak twitter. Kehadiran mereka selalu dinanti.

Akhirnya, mereka bisa membuka sebuah restoran mewah dengan mengawali sukses berjualan di food truck memanfaatkan twitter sebagai ujung tombak pemasaran. Film Chef, merepresentasikan kekuatan viral twitter yang bisa menjatuhkan jika salah menggunakan, namun juga bisa menjayakan di tangan tweeps yang cerdas.

Sejak kemunculannya, pemanfaatan twitter oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia memang sudah marak. Namun, masih banyak perusahaan yang belum optimal dan bahkan salah dalam menggunakan twitter. Memperlakukan twitter seperti sedang berada di era internet 1.0. Era internet jadul tanpa ada feedback, statis, kaku serta hanya satu arah. Menggunakan twitter sekadar untuk “say hai”, mencuitkan kata-kata bijak serta kalimat motivasi. Padahal, twitter adalah media sosial, tempat untuk berinterkasi dan membangun keintiman relasi.

Meskipun demikian, ada juga segelintir perusahaan yang lebih cerdas. Betul-betul memanfaatkan twittersebagai media sosial. Tempat bercengkrama, menciptakan kedekatan dan membangun nama.

Hal ini misalnya dilakukan oleh perusahaan taksi Express. Beberapa hari terakhir, di twitter ramai berseliweran hastag #ResolusiExpress2015. Awalnya, hastag #ResolusiExpress2015 yang bersumber dari akun @Express_Group tersebut biasa-biasa saja. Namun, belakangan hastag #ResolusiExpress2015 mendapat antusiasme respons dari para pengguna twitter.

Rupa-rupanya, melalui hastag #ResolusiExpress2015 tersebut, pihak taksi Express hendak menggalang masukan, kritik dan saran konstruktif dari pelanggannya yang memang aktif menggunakan twitter. Berbagai apresiasi positif pun tumpah ruah di linikala @Express_Group.Misalnya akun @indobrad yang bercuit“Wuih ternyata@Express_Group dengan sengaja meminta dikritik & dikasih oleh konsumen. Menarik! #ResolusiExpress2015”

Ada pula tweeps yang jadikan hastag #ResolusiExpress2015 sebagai ajang untuk curahkan rentetan pengalaman menariknya menggunakan taksi Express. Akun @MeityIskandar contohnya, berkicau “Jadi sekarang udah di taksi yang dipesan lewat GrabTaksi yang bisa kasih estimasi argo dari kantor sampai tujuan #ResolusiExpress2015”

Akun @Pungkyalpheratz dan @Cloudrine juga mencuitkan pengalamannya dalam menggunakan taksi Express. “@Cloudrine Sama “@Pungkyalpheratz : akupun kalaud ari Soeta ke rumah/hotel pasti naik @Express_Group gak kuatir sama ‘tarif gelap’ :D #ResolusiExpress2015”.Hingga hari ini, kesibukan di linimasa mengulik hastag #ResolusiExpress2015 masih terus berlangsung.

Tak sampai disitu, hastag #Resolusi#express2015 pun ramai diintip, dan bahkan diretweet sehingga menciptakan viral. Selain merogoh manfaat untuk mengetahui titik lemah perusahaan berdasarkan kritik dan saran di twitter, taksi Express juga merengkuh berkah dari viral marketing di media sosial. Sebuah strategi cerdas, efektif dan efisien.

Melalui program #ResolusiExpress2015 yang digalang menggunakan official akun @Express_Group, taksi Express bisa dikatakan sukses melakukan inovasi. Yang menarik, program #ResolusiExpress2015 ini tidak semata-mata dilakukan sekadar formalitas, namun secara nyata langsung direspons oleh pihak Express dalam bentuk langkah kongkrit. Strategi tersebut sukses membangun hubungan emosional, dengan menawarkan experience serta ajang berbagi cerita para pelanggan untuk terlibat dalam perbaikan layanan taksi Express.

Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun