SATU
Desember 20…..
Pesawat air bus ini terisi penuh. Dia memasuki kabin kelas ekonomi Archipelago Airlines ini dengan rasa canggung. Sekali-kali dia memeriksa tiketnya khawatir kalau salah memilih tempat. Dia bernafas lega ketika mengetahui tempat duduknya di sebelah jendela, sehingga dia mendapat pemandangan. Keberuntungan di tengah musim libur, pikirnya. Hingga menit ini bangku di sebelahnya kosong.
Laki-laki itu kira-kira berusia 29 tahun menempatkan dirinya pada kursi, dia meletakkan tas daypack-nya di antara dua kakinya. Dia mengenakan celana kombi dengan banyak kantung, serta sepatu kets kemeja kotak-kotak.
Dia sengaja mengenakan celana panjang kombi dari katun karena dia bisa menyimpan ponsel cerdasnya di salah satu saku,sebagian uang di saku lainnya, sebuah kamera pocket digital 24 MP di saku lainnya. Dompetnya ada di saku belakang selain memuat kartu ATM, Lima Ratus Dolar Singapura, uang saku yang cukup untuk beberapa hari di negeri jiran itu.
Dia juga cincin emas putih pemberian ibunya yang selalu ia bawa dan disimpan di dompetnya itu. Berat cincin itu kira-kira 15 gram, agak pipih. Sebetulnya riskan, membawa barang berharga dalam dompetnya. Tapi bagi dia cincin itu penting dalam hidupnya. Lagipula tidak ada yang tahu bahwa ia bawa barang berharga itu. Bahkan termasuk temannya. Penampilannya selalu kasual dan sederhana.
Tak lama kemudian duduk di sebelah, seorang laki-laki berusia 40 tahunan. Busana dikenakannya jas lengkap berwarna serba krim. Tasnya diletakannya di pangkuannya. Lalu laki-laki yang mengenakan setelan jas lengkap ini mengeluarkan laptop dari tas itu.
Laki-laki yang 29 tahun punya rasa ingin tahu yang tinggi menoleh dan rupanya diketahui teman di sebelahnya.
“Seharusnya saya bersama keluarga di Bali. Tetapi kantor di Singapura memanggil saya,” lelaki setengah baya membuka percakapan. “Kamu kelihatannya juga ada pekerjaan? Bawaannya santai amat?”
“ Mendadak. Nggak punya waktu banyak berkemas. Gara-gara kasus TKW meninggal di Singapura,” jawab laki-laki yang muda masih setengah mengantuk.
“ Wartawan? Pernah liputan di keuangan?” kata laki-laki itu masih menunjukkan sikap dinginnya, tetapi dari nadanya mulai menunjukkan perhatian.