Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Novel| Koloni (1-4)

30 April 2017   10:08 Diperbarui: 30 April 2017   10:30 470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Irvan Sjafari)

SATU

Desember 20…..

Pesawat air bus ini terisi penuh. Dia memasuki kabin kelas ekonomi Archipelago Airlines ini  dengan rasa canggung. Sekali-kali dia memeriksa tiketnya khawatir kalau salah memilih tempat. Dia bernafas lega ketika mengetahui  tempat duduknya  di sebelah jendela, sehingga dia mendapat pemandangan. Keberuntungan di tengah musim libur, pikirnya.  Hingga menit ini bangku di sebelahnya kosong.

Laki-laki itu kira-kira berusia 29 tahun menempatkan dirinya pada kursi, dia meletakkan tas daypack-nya di antara dua kakinya.  Dia mengenakan celana kombi dengan banyak kantung, serta sepatu kets kemeja kotak-kotak.   

Dia sengaja mengenakan celana panjang kombi dari katun karena dia bisa menyimpan ponsel cerdasnya di salah satu saku,sebagian uang di saku lainnya, sebuah kamera pocket digital  24 MP di saku lainnya.  Dompetnya ada di saku belakang selain memuat kartu  ATM, Lima Ratus Dolar Singapura, uang saku yang cukup untuk beberapa hari di negeri jiran itu.

Dia juga cincin emas putih pemberian ibunya yang selalu ia bawa dan disimpan di dompetnya itu.   Berat cincin itu kira-kira 15 gram, agak pipih.  Sebetulnya riskan,  membawa barang berharga dalam dompetnya.  Tapi bagi dia cincin itu penting dalam hidupnya.  Lagipula   tidak ada yang tahu bahwa ia  bawa barang berharga itu.  Bahkan termasuk temannya. Penampilannya selalu kasual dan sederhana. 

Tak lama kemudian duduk di sebelah, seorang laki-laki berusia  40 tahunan.  Busana dikenakannya jas lengkap berwarna serba krim.  Tasnya diletakannya di pangkuannya. Lalu laki-laki yang mengenakan setelan jas lengkap   ini mengeluarkan  laptop dari tas itu. 

Laki-laki yang 29  tahun punya rasa ingin tahu yang tinggi menoleh dan rupanya diketahui  teman di sebelahnya.

“Seharusnya saya bersama keluarga di Bali. Tetapi kantor di Singapura memanggil saya,”  lelaki setengah baya membuka percakapan.  “Kamu  kelihatannya juga ada pekerjaan?  Bawaannya santai amat?”

“ Mendadak. Nggak punya waktu banyak berkemas. Gara-gara kasus  TKW meninggal di Singapura,” jawab laki-laki yang muda masih setengah mengantuk.

“ Wartawan? Pernah liputan di keuangan?” kata laki-laki itu masih menunjukkan sikap dinginnya, tetapi dari nadanya mulai menunjukkan perhatian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun