Mohon tunggu...
Junanto Herdiawan
Junanto Herdiawan Mohon Tunggu... Jurnalis - Kelompok Kompasianer Mula-Mula

Pemerhati Ekonomi, Penikmat Kuliner, Penulis Buku, dan Pembelajar Ilmu Filsafat. Saat ini bekerja sebagai Direktur Departemen Komunikasi BI dan menjabat sebagai Ketua Ikatan Pegawai BI (IPEBI). Tulisan di blog ini adalah pandangan personal dan tidak mencerminkan atau mewakili lembaga tempatnya bekerja. Penulis juga tidak pernah memberi janji atau menerima apapun terkait jabatan. Harap hati-hati apabila ada yang mengatasnamakan penulis untuk kepentingan pribadi.

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Ziarah Suci Para Penikmat Kopi

15 September 2019   11:53 Diperbarui: 15 September 2019   14:18 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bersama Bu Rahmah dan Pak Syukri Kompasianer di Kebun Kopi Takengon/dokpri

Bagi para penikmat kopi, utamanya Kopi Gayo Aceh, belum sempurna rasanya kalau belum datang langsung ke tempat ditanamnya biji kopi tersebut, yaitu di Takengon, Aceh Tengah.

Sebagai penikmat kopi, saya merasakan bahwa kunjungan ke Takengon adalah sebuah "ziarah suci" yang penting dijalani untuk menggapai kesempurnaan rasa kopi. 

Tentunya setelah bertahun-tahun menyimpan keinginan, kunjungan itu baru dapat dilaksanakan awal September 2019 lalu. Perjalanan ke Takengon memang tidak mudah. Kalau menempuh perjalanan darat dari Aceh atau dari Medan, bisa menghabiskan sekitar 6-7 jam perjalanan. 

Tapi untunglah kini sudah ada penerbangan langsung dari Medan ke Takengon. Kita bisa menghemat waktu dan tenaga karena perjalanan udara hanya memerlukan waktu sekitar 1 jam.

Mendarat di Takengon, saya langsung diajak oleh kawan saya, Pak Yufrizal, Kepala BI Lhokseumawe, untuk menemui Bupati Aceh Tengah, Bp Shabela Abubakar. Di ruangannya, Pak Bupati begitu bangga menceritakan kelezatan Kopi Gayo dari tanah Takengon. 

Menurutnya, banyak kopi di luar memberi brand atau cap Kopi Gayo, tapi dalam kenyataannya itu campuran saja. Biji kopi Gayo digunakan untuk penambah aroma rasa. Kalau murni kopi Gayo harganya tidak murah. 

Beberapa kali pengalaman beliau ke Jakarta dan disuguhi kopi Gayo, rasanya berbeda. Nah, langsung saja pak Bupati menawarkan dua cangkir kopi Gayo jenis pea berry kepada saya, untuk dinikmati. 

Hmmm, secangkir kopi Gayo di ruangan Bupati Aceh Tengah tanah Gayo, what else can you ask? .... dan sungguh, nikmat mana lagi yang kau pungkiri, kopi Gayo nya sungguh membawa kita pada puncak kenikmatan. Aroma rasanya memenuhi langit-langit mulut dan after taste menjejakkan rasa tak terperi.

Usai dari Bupati, kami diminta untuk mencicipi berbagai warung kopi, termasuk para petani kopi, di Takengon. Well, mumpung lagi di Takengon kan. Drink Drink Coffee as much as you like.

Perjalanan pertama adalah ke Ketiara Coffee untuk bertemu dengan Ibu Rahmah, pemiliknya. Di Ketiara Coffee kita bukan ke warung kopi, tetapi ke tempat pemrosesan kopi. Mulai dari ladang kopi, penggilingan, penjemuran, pengeringan, hingga proses pengepakan, ada di sana. 

Ibu Rahmah adalah seorang tokoh perempuan untuk masyarakat Takengon. Ia adalah pengusaha dan eksportir Kopi Gayo ke AS dan Inggris yang juga pernah tampil di acara "Kick Andy" serta menerima banyak penghargaan karena usaha kopinya ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun