Mohon tunggu...
Jumadi Mappanganro
Jumadi Mappanganro Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis dan traveller

Penikmat kopi. Bermukim di Sulawesi Selatan

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Buku Chairul Tanjung Si Anak Singkong

21 Juli 2012   03:01 Diperbarui: 19 Oktober 2015   10:59 24868
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13428387241404388210

MENDAPAT buku gratis tentu menggembirakan. Apalagi jika buku itu tergolong best seller. Itulah yang saya rasakan saat menerima buku Chairul Tanjung Si Anak Singkong, Rabu (18/7/2012) lalu.

Buku ini dikirimkan Denny Jakson Simanjuntak dari Group of Book Publishing Kompas Gramedia Makassar. Pemberian buku ini dimaksudkan untuk dibuatkan resensi di Tribun Timur, surat kabar harian yang terbit di Provinsi Sulawesi Selatan. Di media inilah saya bekerja sebagai jurnalis sejak koran ini terbit perdana 9 Februari 2004 lalu.

Mas Denny, begitu biasa saya menyapanya, sudah sejak lama kerap mengirimkan buku-buku terbitan Group of Book Publishing Kompas Gramedia kepada kami untuk dibuatkan resensi. Bagi saya, meresensi buku adalah pekerjaan yang menyenangkan.

Sebab meresensi buku manfaatnya sangat banyak. Di antaranya tentu saja menambah wawasan. Juga melatih kita menuangkan saripati buku yang diresensi dalam bentuk teks. Keuntungan lainnya adalah memeroleh buku gratis sebagai bonus membuat resensi. Menyenangkan bukan?

Isi Buku

Kembali ke laptop, kata Tukul. Hehehe....maksud saya kembali ke perihal buku Chairul Tanjung Si Anak Singkong. Buku ini ditulis Tjahja Gunawan Diredja yang juga wartawan Harian Kompas. Buku ini diberi kata pengantar oleh Jakob Oetama, Pendiri dan Pemimpin Umum Harian Kompas.

Buku ini mengisahkan penggalan perjalanan pahit getir dan jatuh bangunnya Chairul Tanjung alias CT sebagai pengusaha yang merintis usaha dari nol tanpa fasilitas dari pemerintah. Buku yang terdiri 384 halaman ini juga dilengkapi sejumlah foto yang mengisahkan berbagai aktivitas bisnis maupun kegiatan sosial CT.

Termasuk beberapa foto saat CT masih remaja. Pada buku ini antara lain memaparkan bahwa dalam usia 50 tahun, CT telah berhasil menjadi tokoh sukses di berbagai bidang. Terutama pada bidang bisnis properti, perbankan, asuransi, perhotelan, pasar modal, dan media massa. Total asetnya pun kini bernilai triliunan rupiah.

Majalah Forbes, sebuah majalah bisnis dan finansial Amerika Serikat yang didirikan pada 1917 oleh BC Forbes, pada Maret 2012 mengeluarkan daftar 1.226 orang terkaya di dunia. Sebanyak 17 di antaranya adalah orang Indonesia.

Nah, nama CT termasuk di antara 17 nama itu. Tepatnya pada urutan 634 orang terkaya di dunia. Kekayaan pribadi CT disebut mencapai dua miliar dolar AS atau setara Rp 18 triliun (kurs: 1 dolar AS = Rp 9.000). Padahal, CT bukan berasal dari keluarga anak konglomerat. Juga bukan anak jenderal.

Bos CT Corp (Chairul Tanjung Corpora) yang menaungi puluhan perusahaan ini mengaku sebagai anak dari keluarga sederhana. Ayahnya, AG Tanjung, adalah wartawan sekaligus pengelola surat kabar beroplah kecil sejak Orde Lama. Namun saat Orde Baru berkuasa, surat kabar yang dikelola ayahnya itu kemudian dipaksa tutup karena berseberangan secara politik dengan penguasa saat itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun