Mohon tunggu...
Juliastri Sn
Juliastri Sn Mohon Tunggu... Administrasi - MomBloggerPreneur, Content Creator and Podcaster at Laughing with Juliastri Sn

Seorang yang aktif, dinamis dan menyukai hal-hal yang baru, unik dan berbeda dari yang sudah ada. Seorang pemimpi tingkat tinggi, pengkhayal dan suka berangan-angan yang kadang sulit diterjemahkan oleh logika.. Buat yang ingin mengenal saya lebih jauh, silakan kunjungi blog saya : https://juliastrisn.com https://angananganku.blogspot.com https://ourhobbiesblog.blogspot.com https://bisnisnekad.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

SEP(T)IA

20 April 2013   09:48 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:54 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_238906" align="aligncenter" width="320" caption="Ilustrasi dipinjam dari www.allisyacute.blogspot.com"][/caption]

Setia. Apa yang ada dalam pikiran kita saat mendengar kata ini ? Setia, loyal, patuh, tidak berkhianat, sepenuh hati, total..memang tidak mudah untuk menjalaninya. Tapi kita semua membutuhkan sifat dan sikap setia dalam kehidupan sehari-hari. Setia pada pekerjaan, setia pada pasangan, setia pada komitmen, setia pada sesama dan setia pada apapun. Secara tidak langsung, setia berkaitan erat dengan tanggung jawab dan kejujuran. Pun betapa membosankannya sesuatu, kita dituntut untuk setia. Setiap hari melakukan rutinitas yang itu-itu saja, monoton dan amat membosankan, kita dituntut untuk setia. Pasangan mulai menyebalkan, membuat ilfill, tidak menarik lagi, itu juga menguji kesetiaan kita. Pasangan mulai melirik orang lain, itu juga menguji kesetiaan kita, apakah kita harus membalasnya dengan perbuatan serupa ?

Ketika di luar sana begitu banyak pribadi yang menarik, mempesona, yang menawarkan cinta baru..bagaimana dengan sikap kita ? Apakah mudah tergoda kemudian lari sejenak, atau tak bergeming tetap setia ? Ketika teman-teman kita mulai punya PIL / WIL, TTM, HTS, gebetan, selingkuhan..bagaimana dengan kita ? Haruskah ikut-ikutan supaya mengikuti trend ?

Jaman mulai berubah. Perselingkuhan mulai merebak dimana-mana dan seringkali masyarakat kita mulai sedikit memaklumi akan fenomena ini. Tidak di kota, di desa, tidak pula orang biasa, artis atau pejabat tinggi yang berduit banyak, siapapun bisa melakukan perselingkuhan. Godaan ada dimana-mana, dan itu yang menguji kesetiaan kita.

Seringkali perselingkuhan mengajari manusia tentang arti kesetiaan, tapi apa iya harus selingkuh dulu untuk belajar tentang kesetiaan ? Rasa-rasanya tidak. Setia itu murni, tahan godaan dan punya sikap untuk menolak segala bentuk tindakan yang mengarah ke bentuk penyelewengan itu sendiri.

Berawal dari main pandang-pandangan, berlanjut ke sms, chat atau BBM-an..semua itu bisa merembet kemana-mana. Dan hanya diri kita sendiri yang bisa menentukan sikap apakah harus setia atau mengikuti arus. Karena dosa itu selalu menawarkan kenikmatan dan sejuta kenyamanan. Terlena sedikit saja, kesetiaan bisa ternoda dan aroma pengkhianatan akan menggantikannya.

Sekarang ini, sarana dan prasarana untuk selingkuh semakin mudah. Maraknya teknologi, bisa membawa petaka jika kita tidak bijaksana menggunakannya. Setan juga semakin pintar membujuk manusia untuk berbuat tidak setia. Hidup semakin berat dengan banyaknya cobaan. Gila harta juga bisa membuat seseorang tidak setia. Demi mendapatkan pasangan yang kaya raya, seseorang rela meninggalkan anak dan pasangannya terdahulu. Padahal bisa jadi kebahagiaan yang dikejar dengan rela meninggalkan anak dan pasangan demi pasangan baru plus hartanya, mungkin semu. Terasa indah dan menggoda di awal, begitu semua sudah didapatkan hanya sesal kemudian. Semua tak seindah seperti yang dibayangkan. Bahkan mungkin akan berbalas dengan pengkhianatan kembali seperti yang pernah dilakukan dahulu. Karma selalu berlaku.

Kemajuan teknologi semakin memudahkan kita semua untuk berbuat apa saja termasuk tidak setia itu tadi. Namun apa iya bijaksana jika kita menyalahkan teknologi sebagai kambing hitam atas maraknya perselingkuhan itu ? Kalau dasarnya memang mau berbuat tidak senonoh, dari jaman baheula perselingkuhan itu sudah ada. Saat jaman kerajaan belum ada hp, internet dan teknologi canggih seperti sekarang, raja punya banyak selir. Apakah permaisuri menuntut atas ketidaksetiaan sang raja ? Mengapa ? Silakan dijawab sendiri-sendiri.

Jadi karena hidup itu punya banyak pilihan dan kita berhak untuk memilih, pondasi itu harus kita bangun sendiri. Kita bisa memilih untuk menjadi pribadi yang bagaimana juga berdasar pilihan kita sendiri. Tidak ada paksaan dari pihak lain. Namun alangkah baiknya jika kita akan memilih dan memutuskan sesuatu, pikirkan juga apakah keputusan kita itu tepat. Tepat yang berarti keputusan itu tidak menyakiti hati orang tertentu dan tidak merugikan salah satu. Karena pada dasarnya, kita tidak bisa hidup sendiri, kita butuh teman, kita butuh orang lain. Ketika satu relationship yang telah lama terbentuk dirusak hanya karena suatu new relationship, pikirkan akibatnya. Akan ada korban disana. Hanya karena kita tergoda hawa nafsu dan tak mampu untuk mengendalikannya.

Menjadi setia tidak mudah. Akan ada banyak hal yang harus dipertaruhkan. Namun hal ini akan bisa mengikat jika kita sudah memegang teguh janji sehidup semati hanya pada satu pasangan resmi kita. Bukan janji disini dan janji disana.

Setia pada sumpah jabatan, profesi juga akan membentengi kita dari perilaku kecurangan termasuk korupsi. Setia akan mengajarkan kita untuk selalu jujur dan bertindak dengan baik dan benar. Alangkah indahnya negeri ini jika para petinggi negeri ini berlaku setia. Setia dalam segala hal yang baik.

Mari kita mulai gerakan setia dalam diri kita sendiri untuk membangun negeri yang lebih beradab.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun