Mohon tunggu...
Julius Deliawan
Julius Deliawan Mohon Tunggu... Guru - https://www.instagram.com/juliusdeliawan/

Guru yang belajar dan mengajar menulis. Email : juliusdeliawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Tidak Ada Petani di Pohon Karir

23 Agustus 2019   09:04 Diperbarui: 23 Agustus 2019   09:10 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : kompas.com

Ahli pertanian, itu salah satu profesi yang bisa ditekuni bagi mereka yang berasal dari jurusan IPA di SMA. Apakah yang dimaksud dengan ahli pertanian, termasuk di dalamnya adalah petani? Saya tidak terlalu paham.

Teknisi, jelas disebutkan. Guru, dokter, pengacara, ada, dituliskan dalam percabangan pohon karier.  Tetapi, Petani, tidak saya temukan.

Apakah  petani bukan profesi? Tetapi kecelakaan karier? Jika memang ahli pertanian, itu termasuk petani di dalamnya. Kenapa tidak disebutkan dengan tegas. Kesannya malu-malu, dan dibuat kata pengkhiasnya.

Di dunia pertanian ada banyak profesi, ada penyuluh pertanian, dosen pertanian, peneliti pertanian,  merekalah ahli pertanian. Mereka kebanyakan bukan petani.

Dulu ketika saya masih tinggal di kampung. Banyak orangtua yang ingin menyekolahkan anaknya dengan motivasi, agar nantinya tidak seperti orang tuanya. 'Hanya jadi petani'.

Bahkan ketika anaknya selesai sekolah, pulang kampung dan membantunya, sebagai petani,  Banyak yang keberatan, bahkan meski seharian anaknya 'berjibaku' di sawah atau ladang. Orang tua dan masyarakat lain, masih menganggapnya pengangguran.

Petani, dalam banyak diskusi, ceramah,  memang selalu mendapat pujian. Profesi terhormat, mulai, dan bla..bla lainnya. Tetapi sepertinya itu hanya sebatas retorika. Bunga-bunga yang membuat suasana jadi hanyut terbawa emosi.

Retorika tidak akan mengubah apa-apa. Fakta ini lama-kelamaan akan semakin menggerus kebanggaan seseorang untuk menjadi petani. Sebab, sepertinya diskriminasi profesi diawali dari  cara pandang.

Sehingga sulit bagi kita berharap, ada perubahan signifikan di dunia pertanian. Petani yang menggunakan teknologi dan ilmu pengetahuan dalam mengolah lahan dan memelihara tanamannya. Petani yang memahami manajemen, bukan hanya soal mengolah lahan dan bibit, tetapi juga pasar dan musim. Petani yang kompetitif, mampu hadir dalam percaturan global, dan tidak digilas oleh revolusi 4.0.

Jangan tanya dampaknya jika kebanggaan itu benar-benar sirna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun