Seseorang baru saja membangunkan saya dari tidur panjang bersama kenikmatan yang hakiki. Memang ini adalah awal perjalanan panjang yang membawa saya jauh dari rumah, jauh dari ibu yang biasa menyajikan segelas lemonade hangat dan bapak dengan penyakit khawatirnya.Â
Namun bukanlah mustahil bagi saya untuk tetap nekad melawan kekhawatiran bapak dan mengepakan kedua lengan untuk terbang jauh melintasi budaya dan lingkungan lain, yang disebut luar negeri.
Seperti baru kemarin membicarakan soal keberangkatan tetangga menuju tanah suci, dengan gayanya memakai pesawat ternama dan berlebel VIP. Lalu tadi siang, sepuluh jam yang lalu saat burung bertubuh besi itu mendaratkan saya di Kuala Lumpur International Airport adalah pertama kalinya menikmati atmosfer di atas awan secara massal tanpa takut jatuh sendirian.Â
Setelah menginjakkan kaki di tanah sepupu, tidak ada kegiatan lain selain memasang telinga untuk menantikan penerbangan selanjutnya menuju Macao. Tidak ada novel, komik atau koran yang bisa dibeli, karena saya pikir tidak akan ada rasa bosan disela-sela penantian. Sebenarnya itu hanya alasan untuk mengirit bekal budget yang tidak seberapa.
"Selamat malam, Anda sudah sampai di Aeroporto Internacional de Macau." Ujar seorang pramugari dalam Bahasa Inggris yang begitu fasih.
Saya memicingkan mata selama beberapa detik, butuh waktu untuk mengenal nama asing yang baru saja diucapkan pramugari tadi. Dan cahaya lampu warna-warni yang saya saksikan dari balik jendela baru benar-benar membangunkan saya.
"Woo WondelfulMacao!" Saya merentangkan kedua lengan sambil berlari kegirangan menuju pintu keluar.
Kemewahan Layanan Macao Casino Free Shuttle Bus
A Combination Of World
Ketika Casino Free Shuttle Bus yang saya tumpangi mulai meninggalkan bandara dan lebih luas menggelinding dijalanan pusat kota, saya merasa berada di tempat tujuan yang salah, atmosfer Eropa dari bangunan-bangunan peninggalan Portugis semakin membuat saya terbangun. Seakan berada di tempat kuno tapi diperputaran waktu yang modern.
Wilayah yang berada di selatan Republik Rakyat Tiongkok ini adalah bekas jajahan Portugis yang berkuasa lebih dari 400 tahun. Sehingga tidak aneh jika sebagain penduduknya juga menggunakan Bahasa Portugis, dan sebagain besarnya lagi menggunakan Bahasa Mandarin, Kantonese dan Inggris untuk berkomunikasi.