Mohon tunggu...
Efendi Joule
Efendi Joule Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kerudung

18 Juni 2017   13:11 Diperbarui: 18 Juni 2017   14:47 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu pagi ketika saya masih duduk di bangku kelas empat SD,  saya terheran-heran melihat teman-teman perempuan saya tiba-tiba berkerudung. Saya bertanya-tanya apa yang terjadi mengingat sebelumnya tak satupun dari mereka mengenakan itu kecuali ketika pergi ke madrasah atau masjid. Saya kemudian bertanya namun tidak begitu ingat apa yang mereka katakan (saya tidak tahu jika waktu itu terdapat aturan pemerintah yang melarang pemakaian kerudung di semua instansi pemerintahan. Benarkah begitu?) . 

Selang beberapa waktu, guru kelas saya yang selalu tampil dengan rambut sebahu pun akhirnya melakukan hal yg sama, berkerudung. Mungkin ini pertanda baik, pikir saya meski dalam beberapa kasus terkesan memaksakan diri, merasa tak kuasa karena hanya satu-satunya orang yang 'telanjang' di antara yang lain, atau yang lebih parah hanya berkamuflase. Semenjak itu saya mulai mengamati setiap perempuan berkerudung, dan timbulah beragam pertanyaan,

1. guru agama mengatakan bahwa tujuan berkerudung adalah untuk menutupi aurat. Aurat perempuan yg boleh terlihat hanya wajah dan telapak tangan (semua tubuh perempuan adalah aurat kecuali mata). Saya berkerut melihat teman-teman perempuan berkerudung saya mengenakan baju lengan pendek dan rok pendek.

2. berkerudung ada aturannya, termasuk atribut yang melengkapinya dalam hal ini busana. Mereka menyebutnya syar'i. Bagaimana dengan  tren hijab dewasa ini? Perempuan berkerudung dengan ikatan rambut yang menyembul, padahal aturan islam mengatakan bahwa wanita yang berkerudung tidak boleh menyerupai pungguk unta. Perempuan tampil dengan kerudung dibelitkan sedemikian rupa sehingga  menyerupai rambut padahal itu tidak boleh, dsb. Jadi?

3. berkerudung tidak hanya menutupi aurat tubuh namun juga memayungi hati, pikiran, perkataan, perbuatan dari hal-hal  yang tidak baik. Saya kaget ketika melihat perempuan berkerudung tertawa terbahak-bahak, melihat mereka berpakaian ketat bahkan super ketat hingga beberapa bagian tubuh terlihat.

4. kakak saya yang pada waktu itu tidak terkena efek  berkerudung datang dengan kabar menarik (red. mengejutkan) ada temannya yang hamil di luar nikah. Cerita yang sama saya dengar dari tetangga, laki-laki dewasa, sampai akhirnya salah satu teman saya mengalaminya. Mereka semua berkerudung. Semakin  heran lah saya.

5. perempuan berkerudung tidak shalat.

Apa yang sesungguhnya terjadi? Apakah kerudung hanya dijadikan pemanis atau hanyalah bagian dari sebuah tren industri sebagai akibat masifnya pengaruh kapitalisme? Dalam kasus di atas, kerudung tidak serta merta mencerminkan iman seorang perempuan bahkan kerudung seolah merupakan manifestasi sifat munafik seorang perempuan karena dorongan sosial, rasa malu, keterpaksaan ataupun usaha pencitraan demi menutupi hal yang buruk. Apakah itu tidak termasuk perbuatan menodai agama?

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun