Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Konsep Pendidikan Ala Ki Hajar Dewantara

11 Desember 2018   05:09 Diperbarui: 11 Desember 2018   07:20 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Saya pernah membaca sebuah Analisis dari praktisi pendidikan dan kebudayaan, Ki Sugeng Subagya yang berjudul "Guru Gundhul Pacul" yang dimuat dalam sebuah surat kabar.

Ki Sugeng Subagya mengingatkan bahwa konsep pendidikan yang diajarkan Ki Hajar Dewantara melibatkan dua pihak yaitu Sang Guru dan Sang Anak. Dalam artian penggunaan kata Sang di mana huruf awalnya menggunakan huruf kapital mengarah pada pengertian "kata yang dipakai di depan nama orang, binatang, atau benda yang dianggap hidup atau dimuliakan". Arti tersebut merujuk pengertian dalam KBBI.

Jadi Sang Guru sangat dimuliakan baik karena ilmu maupun karakternya. Tak kalah dengan Sang Guru, anak didik atau Sang Anak juga dimuliakan. Kata Sang Anak yang mendapatkan transfer ilmu dari Sang Guru dikonsepkan sebagai anak yang meniru atau meneladani hal-hal yang dilakukan Sang Guru. Sang Anak memperlakukan Sang Guru layaknya orangtua yang harus dimuliakan.

Melihat kemuliaan dari dua belah pihak yang terlibat dalam proses pendidikan maka hubungan yang terjalin harusnya dekat, dalam artian saling berkomunikasi dengan baik tanpa mengkerdilkan nilai sopan santun dan tata krama. Jangan sampai ada perilaku murid yang melampaui batas dalam bersikap kepada guru. Seperti yang viral beberapa saat lalu. Guru dibully dengan alasan bercanda. Atau guru harus dilaporkan dan dianiaya oleh siswa ataupun orangtuanya. Sungguh memprihatinkan.

Dalam Serat Wulangreh karya Sri Susuhunan Paku Buwono IV, dalam bait ke-4 Pupuh ke-1, digambarkan kemuliaan guru. Dalam bahasa bebas isi dari penggambaran sosok guru menurut Serat Wulangreh "Jika engkau berguru, pilihlah guru yang sebenarnya, yang terjaga martabatnya, yang memahami hukum, rajin beribadah dan mengurangi hawa nafsu. Syukur jika mendapatkan seorang pertapa yang tekun menjalani pertapaannya. Tidak mengharapkan imbalan orang lain, dia pantas kau gurui, yang demikian itu ketahuilah".

Makna dari tembang Gundhul Pacul sangat dalam dan luas. Gundhul- gundhul pacul cul, gembelengan, nyunggi- nyunggi wakul kul, gembelengan, Wakul ngglempang segane dadi sak latar. Sang Guru yang berperilaku buruk akan menghasilkan sega atau nasi  (diibaratkan Sang Anak) yang bubrah atau rusak.

Semoga tulisan ini bermanfaat bagi para pendidik di seluruh tanah air.

---

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun