Mohon tunggu...
Maizon Putra
Maizon Putra Mohon Tunggu... Guru - Manusia pembelajar

Pendidikan Luhur Modal Keberhasilan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kolak 10.000

16 Juni 2016   18:12 Diperbarui: 16 Juni 2016   18:33 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="kolak 10 ribu"][/caption]"Assalamualaikum buk" sapa ku pada penjaga warung manisan itu, kemudian tanpa menjawab salam ku ibu penjaga warung itu menanyai ku "mau belia apa?", lalu ku jawab "bu bolehkah saya ngutang minyak bensin satu liter,nanti saya akan bayar" kemudian ibu penjaga warung itu melihat dari ujung kepala sampai ujung kaki,seakan tidak percaya dengan penampilanku,sesaat kemudian dia menjawab "mohon maaf pak,orang jujur sering kena tipu".sambil meninggalkanku.

Akhirnya aku pun meninggalkan warung itu,terasa agak malu,ya mau bagaimana lagi,panas matahari kota Jogjakarta sudah membuat peluh membasahi sekujur tubuhku.ingin rasanya tuk membatalkan puasa hari ini,karena tuk mendorong vespa ini telah membuat tenagaku banyak terkuras,namun niat itu  percuma,untuk beli satu liter bensin aja tidak ada uang,apa lagi untuk beli satu botol air mineral.

"Mudah-mudahan malaikat ada yang datang" ujarku dalam hati,berharap ada pertolongan hari ini,beberapa saat kemudian ponsel ku berdering,rupanya dari putri kecilku,"yah,kok belum pulang?,kolaknya jadi ayah beli?" Lalu ku jawab"ya ya bentar lagi ayah sampai rumah".nah bagaimana nich,putri kecilku mau kolak,sedangkan tak satu rupiah pun uang ku miliki hari ini,akhirnya ku berhenti  di pingir jalan yang terdapat pohon yang rindang.

Dibawah pohon pinggir jalan Ahmad Yani kota Jokjakarta,duduk lelah bingung menyertai,sementara kendaraan lalu lalang,pedagang cedol mulai siap siap menuju tempat jualan,dan akupun tertidur di pinggir jalan kota ini.

***

Diwarung manisan 

"Ada aja cara orang mau menipu,pura-pura habis bensinlah,dunia wale" ujar ibu Sri, "emangnya siapa buk sri yang mau nipu di warung ibu" tanya buk Ani yang lagi asik memilih sayuran.maklum di warung manisan buk Sri ini boleh dikatakan sebagai Toserba mulai dari ikan asin,minyak tanah,bensin sampai paku tersedia disini.Lalu buk sri menjawab "tadi buk Ani,ada bapak bapak yang dorong vespa,mau utang bensin satu liter,bapak itu pake sepatu dan baju kayak orang kantoran,dari gayanya orang itu mau nipu saya buk Ani,ntar kalau saya pinjem tu minyak satu liter,ngak bakalan di bayar,pasti kabur dah habis itu,makanya saya bilang aja sama bapak itu orang jujur banyak yang kena tipu,biar tau rasa bapak itu" lalu buk Ani menjawab "ooo gitu,kita musti hati hati buk sri,sekarang ini orang baik susah dicari".

"Yah..kok ayu belum pulang,hp nya ibu hubungi dari tadi tidak aktif?" Tanya buk Sri pada suaminya,"coba susul ke sekolahnya,seharusnya jam segini sudah di rumah" nampak cemas  muka buk sri.kemudian suaminya menyusul Ayu ke sekolah,sesampai di sekolah ternyata setelah di tanya pada penjaga Ayu sudah dari tadi pulangnya.

"Gimana yah" tanya buk Sri cemas,"Ayu tidak ada di sekolah buk,kata penjaga sudah pulang" jawab ayah, 

"Mohon maaf buk kami baru bisa menindak lanjuti kalau sudah 1 x 24 jam anak ibu hilang," penjelasan seorang polisi," akhirnya buk Sri bersama suaminya pulang.

Malam hari tak henti-hentinya buk Sri menagis, para sanak famili sudah berdatangan dan sudah ada yang mencoba mencari ke rumah teman-teman ayu,namun tak satupun yang membuahkan hasil,tepat jam 23.00 hp buk sri berdering,"di mana kau nak,? Lalu si penelfon menjawab "rs bayangkara kamar melati 21" setelah itu pembicaraan terputus.maka bersegeralah buk Sri dan suaminya menuju rumah sakit itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun