Mohon tunggu...
Johan Wahyudi
Johan Wahyudi Mohon Tunggu... Guru - Guru, Pengajar, Pembelajar, Penulis, Penyunting, dan Penyuka Olahraga

Pernah meraih Juara 1 Nasional Lomba Menulis Buku 2009 Kemdiknas pernah meraih Juara 2 Nasional Lomba Esai Perpustakaan Nasional 2020, mengelola jurnal ilmiah, dan aktif menulis artikel di berbagai media. Dikenal pula sebagai penyunting naskah dan ghost writer. CP WA: 0858-6714-5612 dan Email: jwah1972@gmail.com..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hati-Hati dengan Petugas Leasing Palsu

10 April 2012   19:31 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:47 1473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13340861961898632414

[caption id="attachment_181195" align="aligncenter" width="624" caption="Motor baru sering menjadi incaran petugas leasing palsu."][/caption]

Semua orang pasti ingin memiliki dan mengendarai motor baru. Karena didesak kebutuhan, mereka pun membeli motor itu. Ada yang membeli motor secara kontan dan ada pula yang membeli motor secara kredit. Bagi yang membeli motor secara kontan, mungkin Anda dapat bernafas lega. Namun, waspadalah jika Anda membeli motor baru secara kredit. Banyak petugas leasing palsu mengincar motor baru Anda! Dua orang tetanggaku telah menjadi korban penipuan petugas leasing palsu itu. Bagaimanakah peristiwa ini bisa terjadi?

Di daerahku, banyak orang tua membelikan motor untuk anaknya yang sudah bersekolah SMP hingga SMA/ SMK. Menurut mereka, motor itu lebih irit daripada naik kendaraan umum, seperti angkutan pedesaan (angkudes). Jika naik angkudes, setidak-tidaknya orang tua harus memberikan uang saku kepada anaknya sekitar Rp 10.000 per hari. Uang sebesar itu digunakan untuk transportasi (pp) Rp 5000 dan uang makan Rp 5000.

Namun, uang saku itu dapat dihemat jika naik motor. Cukup dengan uang Rp 5000, anak sudah berangkat ke sekolah karena bensin motor lebih irit. Bahkan, motor itu dapat dinaiki dua orang. Jadi, teman yang menumpang dapat saling bergantian mengisi bensin. Maka, hampir semua orang tua membelikan motor bagi anaknya yang bersekolah. Begitulah kebiasaan orang-orang di kampungku.

Ternyata, kebiasaan membelikan motor itu berdampak buruk. Motor baru yang dibawa anak-anak sekolah itu justru memancing tindak kejahatan. Dan tindak kejahatan itu dilakukan oleh orang-orang yang mengaku sebagai petugas leasing alias kantor pembiayaan motor kreditan. Entahlah, mengapa petugas leasing palsu itu dapat mengetahui alamat dan status kepemilikan motor anak-anak sekolah itu? Dua orang telah menjadi korban karena penipuan dengan kekerasan dan ancaman ini.

Korban pertama adalah anak SMK, sebut saja Purnomo. Anak SMK kelas 1 ini naik motor Supra X terbaru. Motor itu dibeli orang tuanya secara kredit di showroom penjualan motor di daerahku. Sebagai layaknya anak sekolah, tentu Purnomo sangat senang dengan motor barunya. Maka, Purnomo langsung menggunakan motor barunya ke sekolah.

Suatu hari, sepulang sekolah, Purnomo dicegat dua orang lelaki yang posturnya tinggi kekar. Petugas itu mengaku dirinya sebagai petugas leasing dari kantor pembelian motor yang dinaiki Purnomo. Sambil berpura-pura menunjukkan surat-surat bukti pembelian, dua oknum petugas leasing palsu itu menerangkan bahwa motor Purnomo sudah menunggak pembayaran kredit sebanyak tiga kali. Oleh karena itu, motor harus ditarik ke kantor pembiayaan.

Tentu saja Purnomo kaget. Orang tuanya tidak pernah bercerita tentang proses pembelian motor itu. Jadi, Purnomo hanya bengong mendengar penjelasan itu. Agaknya dua oknum petugas leasing palsu masih berbaik hati. Purnomo diajak ke kantor leasing. Namun, di tengah jalan, Purnomo diturunkan paksa. Akhirnya, motor itu sudah berbalik pengendara.

Korban kedua adalah anak sekolah, sebut saja Wati. Kebetulan orang tua Wati bekerja ke Jakarta. Jadi, Wati tinggal di rumah bersama dengan adik-adiknya. Wati adalah anak SMA kelas 2. Karena bersekolah cukup jauh, Wati dibelikan motor oleh orang tuanya sebagai sarana transportasi.

Suatu hari, Wati kedatangan dua orang lelaki yang berbadan kekar. Dua lelaki itu mendatangi rumahnya. Dengan suara keras, dua lelaki itu menerangkan bahwa ayahnya telah menunggak kredit motor selama tiga bulan. Maka, motor itu harus ditarik ke dealer. Tentu saja Wati kaget dan sangat ketakutan. Wati pun hanya pasrah ketika motor barunya dibawa dua lelaki yang mengaku sebagai petugas leasing. Usut punya usut, ternyata dua orang itu bukan petugas leasing resmi karena motor Wati dibeli orang tuanya secara cash.

Memerhatikan dua kejadian itu, saya jadi teringat dengan nasihat kolegaku yang menjadi polisi. Temanku itu memberikan tips jika berhadapan dengan orang-orang yang dicurigai. Berikut tips-nya:

1.Orang tua sebaiknya menjelaskan proses kepemilikan motor kepada anaknya agar anaknya bisa membela diri jika mengalami kejadian seperti di atas. Jika memang dibeli kontan, tunjukkanlah BPKB kepada anaknya. Jika dibeli secara kredit, beritahukanlah anak Anda agar mengetahui proses pembayaran angsuran. Sesekali ajaklah anak Anda ke kantor pembayaran kredit untuk mengetahui mekanisme sanksi jika terjadi keterlambatan pembayaran angsuran.

2.Janganlah Anda menghadapi oknum-oknum itu sendirian. Panggillah tetangga atau keluarga jika orang tersebut akan memaksa mengambil motor. Jika terpaksa, berteriaklah sekeras-kerasnya untuk memancing perhatian lingkungan.

3.Jika Anda atau anak Anda pergi, usahakanlah anak Anda tidak pergi sendirian, terlebih anak perempuan. Usahakanlah untuk selalu pergi bersama teman. Banyak penjahat mengincar korban perempuan karena dianggap mudah “dieksekusi”.

4.Jika dicegat di jalan, janganlah Anda mau berhenti jika jalanan sepi. Berhentilah di tempat yang ramai atau di depan rumah penduduk. Jika terjadi perdebatan tentang kepemilikan motor, buanglah kunci motor itu sejauh-jauhnya dan berlarilah dengan berteriak-teriak untuk memancing perhatian lingkungan.

5.Janganlah Anda pergi atau keluar rumah dengan penampilan yang mencolok sehingga dapat memancing kejahatan. Penampilan mencolok itu dapat dilihat dari pakaiannya, asesoris/ perhiasan, dan juga HP. Janganlah Anda menggunakan HP sambil berkendara motor karena HP dapat dirampas penjahat. Ingat, penjahat selalu mengintai kelengahan calon korban dan memerhitungkan untung rugi.

Kadang kita sudah bersikap waspada, tetapi kejahatan tetap terjadi. Itu berarti bahwa kita harus berhati-hati agar kita tidak menjadi korban tindak kejahatan. Semoga bermanfaat. Amin.

Teriring salam,

Johan Wahyudi

Sumber gambar: Sini

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun