Mohon tunggu...
Johanis Malingkas
Johanis Malingkas Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Menulis dengan optimis

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Saguer, Minuman Para Leluhur

6 Mei 2015   01:24 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:20 997
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cairan yang disadap oleh penyadap mayang pohon enau dikenal dengan nama: Saguer. Di Minahasa ada juga yang menyebut saguer dengan pehe, upe dan timpa. Mungkin di daerah lainnya ada nama bagi saguer misalnya tuak. Bagi masyarakat pedesaan di Indonesia yang banyak di tumbuhi pohon enau maka minuman saguer ini tidak asing lagi. Minuman yang memiliki rasa khas dominan manis dan  dalam beberapa hari akan terasa asam dan menjadi cuka.

Saya pernah membaca tulisan Alfred Sundah, tentang peranan minuman saguer bagi masyarakat Minahasa tempo doeloe. "Saguer punya kedudukan istimewa dalam kehidupan masyarakat dan memiliki nilai budaya  asli penduduk Minahasa. Menurut catatan para pengamat bangsa Belanda yang pernah tinggal di Minahasa, N Grafland pernah menuliskan, Saguer sebagai minuman kebanggaan, Saguer merupakan unsur kebudayaan yang sangat dini(purba) di Minahasa dan Saguer sebagai milik perorangan (pasini) orang Minahasa .".

N Grafland dalam bukunya  "De Minahasa" menyatakan : "Het is  de drank der Empung en Kasuruan, een godendrank, die bijna voor heilig gehonden wordt, de saguwer" yang artinya minuman para leluhur dan dewa-dewa, minuman ilahi, yang hampir hampir dianggap suci oleh penduduk purba Minahasa.

Jessy Wenas pernah menulis, legenda Minahasa mengenal dewa Makawiley sebagai dewa saguer pertama (Leway = busa saguer). Kemudian ada juga dewa saguer yang bernama Kiri Waerong yang dihubungkan dengan pembuatan gula merah dari saguer yang dimasak .

Dewa saguer yang ketiga adalah dewa Parengkuan yang dihubungkan dengan air saguer yang menghasilkan Cap Tikus . Parengkuan mempunyai kata asal "rengku" artinya, minum sekali teguk ditempat minum yang kecil.
Dari arti kata tersebut maka orang Minahasa menyakini bahwa Parengkuan adalah orang Minahasa pertama yang membuat minuman Cap Tikus

Mungkin latar belakang ini sehingga minuman saguer masih menjadi minuman khas masyarakat pedesaan di Minahasa, terutama di wilayah kecamatan yang banyak tumbuh pohon enau. Saguer inilah yang menjadi bahan baku pembuatan gula batu (gula aren) dan juga minuman yang dikenal dengan "cap tikus".

Bila anda berkesempatan jalan-jalan ke Manado dan Minahasa, di tepi jalan terdapat kios penjualan saguer. Di jalan ring road Manado terdapat kios yang bertuliskan "disini ada saguer manis", per botol harganya Rp.5.000.-

Memang saguer minuman yang rasanya enak memiliki rasa yang khas ini menarik untuk dicicipi di saat anda merasa kehausan. Apalagi kita hidup di daerah katulistiwa yang disinari terik matahari yang bikin kita kehausan. Bila anda berkesempatan datang ke Manado/Minahasa, mampirlah di jalan ringroad, disana anda akan menemukan minuman khas ini. Saguer, minuman khas ini menjadi alternatif usaha penduduk yang mampu menambah penghasilan keluarganya.

Salam Kompasiana.

Manado, 6 Mei 2015.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun