Mohon tunggu...
Johanis Malingkas
Johanis Malingkas Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Menulis dengan optimis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Nadiem Makarim, Sang Tokoh Milenial yang Menerima Beban Berat namun Mulia!

18 November 2019   13:04 Diperbarui: 18 November 2019   13:17 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mendikbud Nadiem Makarim selfi dengan Rektor Unsrat (sumber: ellenkumaat)

Tidak ringan. Itu kesan saya menelusuri dan menyimak tugas dan tanggung jawab Nadiem Makarim menjadi Mendikbud dalam Kabinet Indonesia Maju  Jokowi-Maruf Amin. Apalagi kementerian ini kini gabungan 2 kementerian, Dekdikbud dan Kemenristekdikti.

Memang tidak ringan tugas mengelola bidang pendidikan di negeri yang memiliki 17 ribu pulau serta 300 ribu sekolah. Perhatikan data Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan(TNP2K) bahwa jumlah anak usia 7-12 tahun di Indonesia yang tidak bersekolah 1.228.792 orang anak, untuk kategori usia 13-15 tahun 936.674 orang anak dan usia 16-18 tahun 2.420.866 orang anak. Artinya, total anak yang tidak bersekolah 4.586.332 orang.

Ini masih soal anak yang tidak sekolah belum lagi soal kebutuhan jumlah guru dan gedung sekolah.

Baru baru ini Mendikbud di tugaskan Presiden Jokowi untuk segera menangani perbaikan sekolah-sekolah yang rusak. "Buat program bersama pusat dan daerah dan lakukan percepatan rehabilitasi gedung gedung yang rusak berat, sedang dan ringan" kata Jokowi usai menerima laporan adanya 2 Sekolah dasar di Pasuruan Jawa Timur, Tangerang dan Banten yang rusak. bahkan di Pasuruan, robohnya atap bangunan menyebabkan seorang guru dan seorang murid meninggal.

Bagaimana dengan persoalan-persoalan yang muncul dan perlu di benahi di Perguruan Tinggi Negeri, Perguruan Tinggi Swasta dan sejenisnya?

Tentunya Mendikbud telah mempersiapkan program kerja selama 5 tahun ini dengan 5 Visi Kemendikbud. Visi pertama, pendidikan karakter; kedua, deregulasi dan debirokratisasi. Visi ketiga, peningkatan investasi dan inovasi. Visi keempat, penciptaan lapangan kerja. Visi kelima, pemberdayaan teknologi.

Visi ini saling bersinergi satu dengan yang lain. Pendidikan karakter penting untuk mendorong kultur profesional di Indonesia.

Beberapa catatan menarik tentang visi ini, antara lain percepatan lapangan kerja dimana gebrakan institusi yang tidak hanya menciptakan tenaga kerja namun juga yang bisa menciptakan lapangan kerja dan wirausahawan. Kreativitas dan enterpreneurship ini nyambung. lapangan kerja yang ingin kita ciptakan itu harus di latih dari kecil.

Pendidikan adalah apa yang tejadi dalam dua ruang, yaitu di kelas murid dan guru serta di rumah orang tua dan anak. Itulah kuncinya. Teknologi tidak dapat menggantikan koneksi itu karena pembelajaran terbaik itu adanya koneksi batin yang kuat dan bisa menimbulkan rasa percaya diri. teknologi akan membantu apa yang terjadi di ruang didik untuk meningkatkan kualitas pendidikan, bukan untuk menggantikan pendidikan.

Keuntungan teknologi adalah tranparansi. Hal ini dikarenakan kebijakan dan aturan itu harus berbasis data.

Nah, karena visi ini masih bersifat umum tentu di butuhkan pemikiran-pemikiran yang konstruktif dari berbagai pihak berkontribusi dalam bentuk ide dan gagasan sebagai sumbangsih pemikiran. Mungkin saja ide dan gagasan itu sejalan dengan pola pikir dalam visi Kemendikbud.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun