Mohon tunggu...
Johanis Malingkas
Johanis Malingkas Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Menulis dengan optimis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Merevitalisasi Semangat Juang "Harkitnas" bagi Generasi Milenial

19 Mei 2019   15:31 Diperbarui: 19 Mei 2019   15:40 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
harkitnas (sumber:wikipedia)

20 Mei setiap tahun kita memperingati Hari Kebangkitan Nasional yang di singkat Harkitnas. Setiap mempeingati Harkitnas kit selalu dianjurkan untuk menoleh ke belakang dan mengetahui sejarah pergerakan para pemuda yang telah berjuang dengan mengorbankan jiwa dan raganya demi meraih kemerdekaan dari kaum penjajah.

Reviltalisasi adalah suatu peoses atau cara dan perbuatan untuk menghidupkan kembali seseuatu hal yang sebelumnya terberdaya sehingga revitalisasi berarti menjadikan sesuatu atau perbuatan untuk menjadi vital, sedangkan kata vital mempunyai arti yang sangat penting atu sangat diperlukan sekali untuk keehidupan.

Makna hari kebangkitan nasional adalah hari dimana rasa dn semangat persatuan dan kesatuan serta naionalisme serta kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan negara kita Republik Indonesia, yang dulunya tidak pernah muncul selama pejajahan oleh Belanda dan Jepang.

Generasi milenial adalah istilah yang populer saat ini, diciptakan oleh pakar sejarah dan penulis Amerika, William Strauss dan Neil Howe dalam buku-buku yang mereka tulis. Sering juga dikenal dengan istilah generasi y (generasi yang lahir diantara tahun 1980 hingga 1990 atau pada awal tahun 2000),  Ada juga istilah "generation me" dan "echo boomers".

Mengapa geerasi milenial ini perlu direvitaliasi semangat juang dalam memperingati Harkitnas?

Pertama, generasi milenial di negeri ini tumbuh dan berkembang di era digital berbeda dengan generasi sebelumnya.Generasi yang lekat dengan dunia maya, memiliki pengetahuan yang tinggi dalam menggunakan platform dan perangkat mobile Disinyalir fenomena ini memiliki titik lemah bagi generasi milenial terhadap keamanan di dunia maya.

Penelitian yang pernah dilakukan dan dilaporkan Insight Report Norton Cyber Securty 2016 bahwa generasi milenial di Asia tenggara, termasuk Indonesia dari 1000 pengguna internet, 20% senang berbagi kata sandi yang berpotensi menurunkan keamanan akun mereka, 39% dari mereka mengalami peretasan kata sandi. Di laporkan juga konsumsi hiburan generasi milenial menghabiskan waktu 18 jam per hari untuk menikmati tontonan ondemand berupa game dan meonton televisi konvensional.

Selain itu, generasi milenial Indonesia memiliki "powerful" dalam bisnis dan politik. Sekitar 80 juta atau 1/3 jumlah penduduk Indonesia adalah generasi mileniaal berusia antara 22 - 37 tahun yang memiliki hak pilih dalam Pilpres dan Pileg 2019.

hal menarik adalah adanya generasi milenial yang menjadi kaya luar biasa dalam waktu antara 2 - 4 tahun saja lewat usaha-usaha start-up. Siapa saja mereka? Ferry Unardi, pendiri Traveloka usia 30 tahun miliki kekayaan Rp. 2.09 trilyun, William Tanuwijaya pendiri Tokopedia usia 30 tahun memiliki kekayaan Rp. 1,95 trilyun, Achmad Zaky pendiri Bukalapak Rp. 1,5 trilyun dan Nadien Makarim, pendiri Gojek kekayaanny Rp. 1,45 trilyun.

Persoalannya, di era kemajuan teknologi informasi ini apakah generasi milenial  di Indonesia masih memahami dan mengerti soal semangat juang yang terkandung dalam peringatan Hardiknas ini? Ini perlu di kaji lewat studi penelitian para ahli di bidang itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun