Mohon tunggu...
Juniardi SIP, MH
Juniardi SIP, MH Mohon Tunggu... profesional -

Lahir di Kota Metro, 3 Juli 1975. Dilantik menjadi Komisioner KOMISI INFORMASI Provinsi Lampung Periode 2011-2014 dan menjadi Ketua. Sebelumnya, aktif di berbagai Surat Kabar lokal dan nasional. Harian Lampung Post (2003-2011), dan kontributor media massa nasional. Pembina Parmuka Mahir Lengkap Tegak Dega, Anggota Dewan Kehormatan Daerah PWI Cabang Lampung. Menyelesaikan pendidikan hingga S- 1 di Kota Metro dan melanjutkan jenjang pendidikan Magister di Universitas Lampung, lulus dengan predikat cumlaude. Mengikuti Pertukaran Pemuda Antar Provinsi tahun 1998 dan menjadi alumni The Future Divice Leader tahun 2010. Pelatihan mediator bersertifikat yang diselenggarakan Institute for Conflict Tranformation (IICT) tahun 2012. Memperoleh penghargaan Kamaroedin dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Bandar Lampung tahun 2012. Penulis buku “Hak Anda Mendapatkan Informasi”, Indepth Publishing, 2012

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Tentang Mati...

7 April 2011   07:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:03 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

SAYA tak bermaksud menawarkan mati. Tidak juga menghasut yang mati atau memberi harga bagi yang sudah mati. Kita tidak pernah tahu, berapa banyak yang mati. Tapi coba lihat, kemarin ada yang mati. Hari ini ada yang mati. Besok entah siapa lagi yang akan mati?

Kita mau mati. Satu pers satu mati. Sampai tiba tunggu giliran kita; mati. Bermacam-macam, beragam-ragam, cara mati. Ada orang mati suri, pahlawan mati sahid, perempuan mati bunuh diri, orangtua mati berdiri, dan perawat mati sakit. Ada sopir mati tabrakan, ada karyawan mati terimpit, ada tubuh mati rasa, hingga orang yang berpura-pura mati. Tinggal pilih bagaimana memilih bagaimana cara mati.

Belajar menghitung yang mati. Sepekan Maret 2004, enam kali orang ditemukan mati. Senin (15-3) pukul 9.00 ditemukan mayat laki-laki tanpa identitas di Perum Bukit Kemiling Permai (BKP), di sebuah gubuk di tengah sawah dalam keadaan tanpa busana. Selasa (16-3), Deden (6,2) bocah yang hanyut di Sungai Way Balau ditemukan di belakang bilangan Hotel Jokio. Dua hari kemudian, ditemukan orangtua yang diduga Gepeng, mati di bilangan Kemiling.

Maudi (88), warga Kasui, Way Kanan, Sabtu (6-3) malam, juga mati, diduga akibat infeksi di bagian telapak kaki kiri, tiga hari di kamar jenazah RSU Abdul Moeloek.

Rabu (10-3), seorang buruh pemecah batu, Yadi (40) mati tertimpa reruntuhan Bukit Kunyit, Telukbetung Selatan, Kamis (18-3), sekitar pukul 14.00. Lalu Minggu (21-3), sekitar pukul 20.00, Tusnani (43) petani, warga Jalan Pahlawan No. 34, Surabaya, Kedaton, ditemukan mati tergantung dengan kain sarung dekat jendela rumahnya.

Betapa banyak kasus orang mati. Di luar sana, perang Irak, kerusuhan Israel, perang saudara di Pakistan, bom Marriott di Bali, bom bunuh diri pasukan jihad, kerusuhan Ambon, dan perang lain-lain.

Setiap ada mati, kita hanya menghitung yang mati. Setiap penemuan yang mati, apalagi anonim, kita bilang yang sudah mati, begitu saja.

Mati anonim menjadi kabar biasa, tidak ada yang peduli dengan yang sudah mati.

Mati itu akan terjadi setiap yang hidup. Yang hidup pasti akan mati. Mati itu takdir Tuhan, manusia tidak punya hak menentukan mati. Kecuali bunuh diri, mati yang dianggap di luar tanggungan Tuhan.

Jangan dulu mati, meskipun kakek sudah mati, nenek juga mati, ayah mati, ibu mati, kakak mati, saudara mati, kekasih mati, adik mati, dan tetangga juga mati. Kenapa takut mati? Jangan takut dengan mati.

Semua akan mati, ajak teman-teman mati, atur bagaiamana cara mati. Jangan sampai mati tak berguna. Jangan lupa doakan juga mereka yang sudah mati. Jangan lupa sampaikan salam pada yang sudah mati. Jangan ganggu mereka yang belum mati, hingga mereka benar-benar mati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun