Mohon tunggu...
Inovasi

Pekerjaan Rumah Masyarakat, Media Televisi dan KPI untuk Sapu Bersih Siaran yang Tidak Mendidik di Indonesia

20 Juli 2017   11:07 Diperbarui: 20 Juli 2017   11:15 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

I. PENDAHULUAN

Program televisi yang disiarkan di televisi Indonesia memiliki masing-masing tujuan. Diantaranya ialah memberikan informasi dan atau hiburan bagi penontonnya. Program informasi pada televisi diantaranya ialah segala jenis siaran yang tujuannya ingin memberikan pengetahuan atau informasi kepada audiens. Daya tarik pada program informasi adalah informasi itu sendiri, dan informasi itulah yang "dijual" kepada audiens. Sedangkan program hiburan merupakan segala bentuk siaran yang bertujuan untuk menghibur audiens dalam bentuk musik, lagu, cerita, dan permainan. Program yang masuk dalam kategori hiburan ialah drama, permainan, musik, dan pertunjukkan

Pada era yang serba digital saat ini, televisi masih eksis dan memiliki banyak audiens setia. Dapat kita lihat pada program-program televisi saat ini semakin banyak dan mengalami pembaharuan. Menjamurnya program televisi di Indonesia dipengaruhi oleh semakin kritisnya masyarakat Indonesia dalam menikmati suatu program siaran. Tak hanya kritis, namun masyarakat Indonesia saat ini juga mulai selektif dalam memilih program siaran televisi.

Program siaran televisi yang semakin beragam memang menjadi penyegar dalam media pertelevisian di Indonesia. Persaingan yang ketat diantara berbagai media yang menyediakan program baru membuat mereka berlomba -- lomba untuk menarik audiens. Namun apakah program yang media suguhkan kepada audiens bermanfaat? Apakah program yang masyarakat konsumsi saat ini merupakan tayangan yang mendidik dan berkualitas?

II. PEMBAHASAN

Maraknya sinetron yang tayang di televisi pada beberapa tahun terakhir ini membuat remaja di Indonesia terinfluenceuntuk mengikutinya. Mari kita lihat salah satu sinetron yang berjudul Ganteng Ganteng Serigala. Sinetron ini menceritakan kisah cinta antara vampir, manusia serigala dan seorang manusia. Pemainnya memang memiliki wajah yang ganteng dan cantik. Gaya pacaran sepasang kekasih dalam sinetron ini, yakni Digo dan Sisi membuat semua remaja ingin menirunya. 

Padahal yang menonton sinetron ini kebanyakan dari kalangan anak-anak SD sampai dengan SMP. Seperti tetangga saya yang masih duduk di kelas 6 SD yang mulai mengumbar-umbar di media sosial bahwa ia memiliki gebetan dan berlagak layaknya Sisi dan Digo. Luar biasa sekali pengaruh sinetron Ganteng Ganteng Serigala ini. Membuat seorang anak kelas 6 SD yang seharusnya lebih banyak meluangkan waktunya untuk belajar malah memilih meghabiskan waktunya untuk menonton sinetron.  Bahkan mempengaruhi perilakunya saat ini. 

Dalam sinetron ini pun terdapat adegan kekerasan di dalamnya. Dapat dilihat pada scene para vampir yang bertemu dengan para menusia serigala. Walaupun adegan perkelahian dilakukan oleh seorang profesional namun hal inilah yang dikhawatirkan para orang tua remaja penikmat Ganteng Ganteng Serigala. Kekhawatiran akan meniru perkelahian, hanya karena tersinggung oleh sebuah perkataan seseorang atau kalah dalam berdebat. Dalam hal ini tidak hanya fisik para remaja yang akan dirusak, namun mental para remaja juga dapat rusak.

Hal inilah yang membuat masyarakat juga perlu terjun secara langsung untuk mengawasi media penyiaran yang ada di Indonesia saat ini. Pengetahuan mengenai apa fungsi dari sebuah program siaran di televisi perlu sosialisasikan kembali kepada masyarakat. Menurut UU No. 32 tahun 2002 butir d ditegaskan bahwa lembaga penyiaran merupakan media komunikasi massa yang mempunyai peran penting dalam kehidupan sosial, budaya, politik, dan ekonomi, memiliki kebebasan, tanggung jawab dalam menjalankan fungsinya sebagai media informasi, pendidikan, hiburan, serta kontrol dan perekat sosial (Fachruddin dan Djamal, 2011:44). Keaktifan dari audiens dalam memilih program tayangan televisi menjadi hal yang harus dilakukan saat ini, mengingat banyaknya program tayangan televisi yang tidak mendidik saat ini.

KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) pun memberikan releasemengenai tayangan sinetron dan FTV yang dianggap meresahkan dan membahayakan pertumbuhan fisik dan mental  anak serta mempengaruhi perilaku kekerasan terhadap anak. Pada tahun 2014 KPI juga melakukan evaluasi program sinetron dan FTV yang disiarkan di stasiun televisi dan melakukan pembinaan. Namun pihak production house masih saja melakukan pelanggaran. KPI juga menyatakan akan memberikan sanksi tegas pada pihak yang melanggar UU Penyiaran serta Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS).

Banyaknya program siaran yang tidak mendidik memberikan dampak yang buruk bagi anak -- anak. Siapa yang akan disalahkan dalam hal ini? Apakah KPI yang dianggap tidak melakukan tugasnya dalam mengawasi program siaran televisi? Apakah pihak production house yang tetap menayangkan programnya demi keuntungan perusahaan? Atau para orang tua yang tidak mengawasi dan membimbing anak-anaknya dengan baik saat memilih program siaran televisi?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun