Mohon tunggu...
Joko Martono
Joko Martono Mohon Tunggu... Penulis - penulis lepas

belajar memahami hidup dan kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Senior dan Yunior di Kompasiana, Masih Relevankah?

19 Juli 2012   01:30 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:48 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mendapat kenalan/pendatang baru di kancah kompasiana.com kadang sedikit heran campur geli dibuatnya. Betapa tidak, setelah perkenalan online berlangsung > sering disusul kalimat singkat seperti ini: mohon bimbingan senior, mohon pecerahannya, sebagai pendatang baru perlu belajar dari senior, mohon koreksinya masih belajar menulis, dan kalimat-kalimat lain senada.

Cuplikan pengalaman di atas layak dicermati. Saya sendiri berterimakasih karena mereka sudah mau membangun komunikasi. Di satu sisi, gejala tersebut menggambarkan bahwa mungkin dianggapnya saya lebih mampu menulis di forum warga ini. Pada hal, jauh dari anggapan tersebut justeru saya pun masih belajar, sedang berinteraksi dan berbagi informasi. Jika pun dianggap sebagai senior, dapat dibilang lebay-lah itu…, karena belum teruji dan terbukti kebenarannya, he..he...

Namun pada sisi lain, apabila dipahami dari kebiasaan yang sudah terbangun, mengakar melalui pengaruh sikap feodal yang tertanam dari tahun ke tahun (baca: sejak zaman kolonial), seperti kebiasaan sungkan/segan > bukan tidak mungkin seseorang ketika memasuki “dunia baru” – apalagi bertemu penghuni lama/orang lebih tua usia > maka kesopanan ditandai rasa “hormat” sering ditemui di lingkungan kita.

Saking hormat, sungkan, sopan dan santun terhadap “seniornya” lantas lontaran kalimat yang sesungguhnya (menurutku) berlebihan atau tak perlu pun masih dilakukan. Paling sedih lagi kalau ada yang menyebutkan > mohon dibina atau mohon pembinaannya…, ehmm… kayak di era orba. Karena pembinaan itu berkecenderungan ujung-ujungnya = pembinasaan…, semoga yang ini tidak banyak ditemui.

~~~

Menyoal “senior dan yunior” seperti telah disebut, sepertinya memang sudah saatnya diubah, sebab jika hal demikian masih menjadi kebiasaan > barang tentu dalam konteks pertemanan di kompasiana menunjukkan kesetaraan belumlah terjadi. Yang dianggap “senior” (karena terlebih dahulu membuat akun, usianya lebih tua, status sosial/pendidikan lebih tinggi) seolah dapat dibilang hebat, lebih mampu, lebih berkualitas, atau lebih segalanya dalam dunia kepenulisan. Apa iya?

Dalam cermatan lebih jauh, pada kenyataannya tidaklah yang “senior” selalu demikian. Menurut amatan sehari-hari > para teman baru atau pendatang baru (newcomer) tak sedikit telah menayangkan karya tulisnya yang lumayan bagus-bagus. Topik-topik yang dikemukakan aktual, kaya perspektif dalam pembahasan, penyampaian kata/kalimat enak dibaca. Bahkan bila dirunut perkembangannya, para kompasianer baru justeru lebih produktif sehingga banyak memasok tulisan-tulisan segar, menginspirasi, bermanfaat serta menyumbang hiburan dalam keikutsertaannya mengisi kanal-kanal di medium kompasiana.com.

~~~

Pada bagian lain, memang perlu dimengerti, syukur-syukur dipahami bahwa para penghuni kompasiana.com sebagian besar kalangan bapak, ibu/emak-emak, om dan tante-tante bawel yang sudah terlebih dahulu berpengalaman, ada yang sukanya serius mulu, banyak pula yang sersan yaitu bisa serius sekaligus bisa santai/candaria (koplak, kenthir, cengengesan, en-so-on) sehingga jangan kagetan kalau menjumpai hal-hal tersebut di forum kompasiana.

Beliau-beliau ini telah menyadari bahwa karakteristik media warga tidak harus sama dengan media mainstream yang serba ketat atau harus memenuhi standar kepenulisan. Penulis maupun komentator di media warga seperti kompasiana.com sangat fleksibel dan sangat leluasa (tak pernah melewati moderasi sebelum tayang) sehingga sensor dirilah (self censorship) yang menjadi filter internal sebelum posting memosting dilakukan.

Berkait kehadiran kompasianer baru, dan ketika anda sudah bergabung dalam sebuah forum diskusi dan saling berinteraksi > semuanya punya kedudukan setara, punya kesempatan sama, yaitu sama-sama saling berbagi dalam sebuah interaksi sosial virtual secara realtime. Di sinilah dinamika kebersamaan terbangun sekaligus sebagai ajang pembelajaran dalam sebuah bingkai persahabatan/pertemanan. Asyik, bukan?

~~~

Nah, dengan melihat, menimbang, memerhatikan sekaligus berpartisipasi aktif dalam kancah medium ini, selanjutnya dapat dikatakan > sudah saatnya peristilahan “senior dan yunior”dienyahkan. Sudah tidak relevan lagi dikumandangkan, karena dikotomi demikian berimplikasi terhadap pemasungan proses produksi karya tulis, menghalangi terwujudnya kesetaraan dalam berdemokrasi yang selama ini kita bangun. Dan saya sebagai salah satu orang yang tak percaya anggapan bahwa “senior” di forum media warga ini selalu dianggap lebih dalam segalanya. Tidak!

Istilah “senior dan yunior” di kompasiana sesungguhnya absurd, itu semua hanya menyangkut soal waktu. Lebih duluan mendaftar menjadi kompasianer, lebih duluan lahir (usia lebih tua), lebih duluan berkesempatan/mengenyam pendidikan tinggi > yang semuanya itu tidak serta merta berkorelasi dengan produk maupun kualitas dalam menulis.

Itulah sebabnya, bagi para kompasianer baru > jangan berminder diri, terus menulis dan menulislah tentang sesuatu yang memberi nilai tambah. Mari bergabung bersama, saling berinteraksi, saling berbagi, saling berkoneksi dan saling menghargai antarkompasianer. Selama anda menaati ketentuan-ketentuan yang digariskan kompasiana.com maka ekspresikanlah semua ide/gagasan maupun pemikiran, the show must go on.

Salam kesetaraan dan kebersamaan antarkompasianer.

JM (19-7-2012).

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun