Ketika melihat kejadian di Jl Gunung Sahari, dekat Pasar Senen Jakarta kemarin pagi (1 Januari 2020), saya berharap airnya cepat surut karena hujan juga sudah mulai berhenti.
Namun ketika sore hari melintas dari sana (foto di atas sekitar pkl 17.55) ternyata airnya belum surut. Kejadian itu menunjukkan permukaan air sungai sudah lebih tinggi daripada jalan sehingga jalan di sekitarnya menjadi banjir.
Jl Gunung Sahari itu sudah dekat pantai Ancol. Artinya permukaan air sungai yang tidak surut dari pagi hari tanggal 1 Januari 2020 hingga sore hari, bahkan sekarang tanggal 2 Januari 2020 ketika tulisan ini diturunkan banjir belum surut, sudah sama dengan permukaan laut.
Aliran sungai di Jakarta yang mengakibatkan banjir itu tidak bisa mengalir ke laut karena permukaannya sudah sama.
Lalu apa yang harus kita lakukan? Pasti ada caranya. Kita tahu negeri Belanda yang pernah menjajah kita ratusan tahun, tanahnya berada di bawah permukaan laut sehingga dinamai Netherlands (tanah di bawah). Tetapi Belanda dapat mengurangi dampak banjir dengan melakukan tembok di pinggir pantai dengan teknologi tinggi.
Jakarta tidak ada pilihan. Jl Gunung Sahari merupakan bukti bahwa permukaan tanah tidak terlalu jauh di atas permukaan laut. Bahkan di musim banjir seperti ini permukaan air laut sudah lebih tinggi daripada permukaan tanah sehingga menimbulkan banjir.
Belanda katanya sudah sejak lama menyarankan teknologi itu. Namun karena biaya yang sangat mahal maka teknologi pantai itu tidak bisa dilakukan. Kini saat banjir melanda, kita harus memikirkan prioritas kita. Pembelian lem, komputer dengan harga mahal tentu saja penting sehingga dimasukkan di dalam anggaran DKI Jakarta.
Namun dengan kenyataan bahwa permukaan tanah Jakarta sudah lebih rendah daripada permukaan air laut d musim hujan seperti sekarang ini, lebih baik anggaran itu digunakan untuk mencegah banjir itu misalnya dengan membangun tembok besar di pantai sehingga air sungai bisa dipompa ke laut tanpa membuat air laut itu kembali ke kota.
Anak-anak muda Indonesia sudah banyak yang belajar teknologi itu ke Belanda, hanya prioritas untuk menerapkan teknologi itu belum menjadi perhatian kita bersama. Atau jika dianggap perlu belajar ke negara lain yang kondisinya serupa bisa juga dikirimkan calon pekerja di bidang itu.
Semoga banjir di tahun baru 2020 ini menjadi yang terakhir.