Mohon tunggu...
Jilal Mardhani
Jilal Mardhani Mohon Tunggu... Administrasi - Pemerhati

“Dalam kehidupan ini, selalu ada hal-hal masa lampau yang perlu kita ikhlaskan kepergiannya.”

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menggoda Ahok

13 Juni 2016   04:54 Diperbarui: 16 Juni 2016   02:13 459
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Majalah Tempo edisi 13 Juni 2016 sekali lagi menurunkan berita utama tentang Ahok. Sorotan kali ini pada GODAAN partai-partai politik yang menyodorkan 'perahu' mereka untuk ditumpangi DKI-1 itu ketika maju pada pemilihan kepala daerah ibukota republik mendatang.

GODAAN itu rupanya begitu 'meresahkan' sehingga redaksi majalah itu membuka alinea pertama Kolom Opini yang terkait berita tersebut dengan kalimat :

"Pilihan yang bakal diambil Basuki Tjahja Purnama dalam Pilkada 2017 akan menggambarkan SIAPA SESUNGGUHNYA Gubernur DKI Jakarta itu".

Ahok memang dikabarkan setidaknya beberapa kali bertemu dengan Megawati minggu-minggu terakhir ini. Juga dengan Setya Novanto, ketua umum Golkar yang 'Papa Minta Saham' itu. Entah canda atau sungguhan, Ahok sendiri mengatakan  "dimana-mana suami-istri rujukan itu ada peluang" sebagai tanggapan kemungkinan ia berduet kembali dengan Djarot Saiful Hidayat, kader PDIP yang sekarang jadi wakilnya.

Terlepas dari berbagai spekulasi yang menyebar pada 3 tulisan yang diturunkan pada laporan utama majalah itu, pada boks wawancara Ahok mengatakan :

"Kalau saya sih enggak mungkin meninggalkan Teman Ahok. Bisa kecewa berat dong mereka."

Alhamdulillah!

***

Bagi saya dan banyak masyarakat Indonesia yang lain, Ahok telah menghadirkan secercah cahaya dalam kegelapan hegemoni kekuasaan partai politik paska mundurnya Soeharto dan bergulirnya era Reformasi sekarang ini. Sejak saat itu hingga hari ini, partai-partai yang selalu menebar 'bau busuk' dan 'wajah-wajah bebal menyebalkan' itu telah memonopoli hak menyorong calon Presiden maupun kepala daerah. Mereka memang sering bertindak demi kepentingan dan kekuasaan kelompoknya yang sempit ketimbang masyarakat luas. Perlawanan Ahok yang terang-terangan tak mau didikte menjadi kacung dan sapi perah partai yang mengusungnya telah mencairkan apatisme yang mulai mengeras dalam fikiran dan hati banyak warga negara yang hanya terpelongo menyaksikan kebrutalan korupsi-kolusi-nepotisme yang dipertontonkan sebagian besar penguasa dan kekuasaan partai-partai politik tersebut.

Ahok sebaiknya jangan menghentikan langkah SUCI yang telah dimulainya. Sebab, bukan hanya ratusan ribu - atau kelak mungkin sejuta lebih masyarakat yang suka-rela menyatakan dukungan melalui penyerahan pernyataan dan salinan KTP - yang akan kecewa dan patah hati. Tapi juga puluhan bahkan ratusan juta lainnya yang mengikuti perkembangan melewati jalan terjal dan penuh jebakan yang sedang dilaluinya.

Saya berani memastikan, jika Ahok meninggalkan pendukungnya yang selama ini telah berjuang setengah mati maka bukan hanya Jakarta yang berduka. Tapi juga seluruh Indonesia yang sedang menaruh harapannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun