Mohon tunggu...
Jeki Van Helen
Jeki Van Helen Mohon Tunggu... Freelancer - Counselor (Special PTSD)

Profesional Counselor. Penulis pada jurnal-jurnal ilmiah tentang konseling trauma (Posttraumatic Stress Disorder atau PTSD), pendidikan, dan sosial sains lainnya. Berkarya dalam kebebasan dan melakukan pengabdian kepada masyarakat. Hobi bertani dan beternak, memasak, dan traveling.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Trauma Mengancam Masa Depan Generasi Papua

3 September 2019   16:21 Diperbarui: 3 September 2019   17:23 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah aksi demonstrasi yang berujung kerusuhan melanda tanah Papua hampir selama sepekan, akhirnya reda sebagaimana yang diberitakan media-media nasional. 

Peristiwa ini telah merenggut korban jiwa dan kerugian harta benda. Sebuah media memberitakan bahwa menurut Menteri PUPR jumlah kerugian material sekitar 70 Miliar Rupiah. 

Jumlah tersebut dapat dipandang besar, namun dapat juga dipandang kecil bila dibandingkan dengan anggaran yang tersedia di Kemeterian PUPR. Hanya butuh sekitar 6 hingga 12 bulan melakukan pembangunan untuk mengganti kerusakan, dan hasilnya akan lebih bagus dari pada gedung-gedung dan fasilitas umum sebelumnya, begitu mudah membagun fisik.

Namun bagaimana dengan masa depan generasi Papua? Ini pertanyaan penting karena membangun manusia tidak semudah membangun fasilitas fisik. Masyarakat Papua mengalami guncangan hebat akibat kerusuhan yang melanda selama berhari-hari, suasana mencekam, dan aliran listrik pun terputus, Papua sempat gelap gulita. 

Kondisi ini dapat menyebabkan sebuah gangguan psikologis yang disebut POST-TRAUMATIC STRESS DISORDER (PTSD), yaitu gangguan stres pasca mengalami peristiwa traumatik. Peristiwa traumatik adalah kejadian yang dialami dan disaksikan secara langsung di mana dapat mengancam jiwa dan atau integritas fisik.

Menurut Michael J Bovin (Ahli PTSD dari Boston University School of Medicine) mengungkapkan bawa ciri-ciri seseorang mengalami gangguan stres pasca trauma atau PTSD adalah:

  • Ingatan yang berulang tentang kejadian dan mengganggu;
  • Mimpi yang berulang tentang kejadian dan mengganggu;
  • Merasa seolah-olah peristiwa tersebut terjadi kembali;
  • Merasa kesal apabila seseorang atau sesuatu hal mengingatkan akan peristiwa tersebut;
  • Saat mengingat peristiwa tersebut, jantung terasa berdebar-debar, hilang fokus, dan berkeringat dingin;
  • Menghindari hal-hal yang dapat mengingatkan peristiwa tersebut, termasuk orang atau tempat;
  • Hilang ingatan sebagaian;
  • Munculnya keyakinan negatif misalnya Saya buruk, tidak ada yang dapat dipercaya, dunia ini benar-benar berbahaya;
  • Menyalahkan diri sendiri, berperasaan negatif seperti takut, cemas, marah, dan merasa ingin bunuh diri;
  • Kehilangan minat pada aktivitas yang biasa dinikmati;
  • Merasa jauh atau terpisah dari orang lain;
  • Kesulitan mengalami perasaan positif (misalnya, tidak bisa merasakan kebahagiaan atau memiliki perasaan cinta untuk orang dekat;
  • Perilaku yang mudah marah, ledakan kemarahan, atau bertindak agresif;
  • Mengambil terlalu banyak risiko atau melakukan hal-hal yang dapat membahayakan diri;
  • Menjadi "super waspada" atau waspada atau berjaga-jaga;
  • Merasa gelisah atau mudah kaget;
  • Memiliki kesulitan berkonsentrasi;
  • Kesulitan istirahat atau tertidur.

Ratusan ribu bahkan jutaan warga Papua berpotensi mengalami masalah ini di masa yang akan datang. PTSD biasanya berlangsung lama yaitu bertahun-tahun. 

Dimulai dengan pengalaman menegangkan dan menakutkan, kemudian pengalaman tersebut akan masuk ke alam bawah sadar dan mengendap, kemudian tapa disadari akan mengganggu kehidupan sehari-hari. 

PTSD juga tidak dapat terlihat dengan cepat dan kasat mata, tapi dirasakan oleh para penderitanya, untuk mengetahuinya diperlukan suatu pengukuran ilmiah untuk menentukan tindakan penanganannya.

Oleh karena itu, ancaman gangguan stres pasca truama atau PTSD mengintai generasi Papua di masa depan. Anak-anak dan remaja yang akan menempun pendidikan dan masa perkembangan akan terganggu kondisi psikologisnya, akhirnya menimbulkan berbagai gangguan kepribadian dan sosial serta berkembangnya kepribadian yang abnormal. Ini adalah ancaman nyata bagi generasi bangsa apabila tidak ditangani dengan baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun