Sempat heboh prihal statment seorang Ustad yang tampil di acara sebuah stasiun TV saat memberikan tausiyahnya.
Satu hal yang memang sudah menjadi lumrah membicarakan masalah sex, perbincangan-perbincangan di warung-warung kopi atau guyonan para karyawan di kantin tidak akan menuai titik masalah, sebab sex adalah salah satu kebutuhan naluri yang setiap insan manusia mempunyainya.
Tetapi akan berbeda ketika berbicara masalah tersebut dalam bingkai dogma Agama, karena akan menuai banyak tafsir tidak hanya itu, berbicara apapun ketika menyangkutkan dengan kitab Agama maka akan berhadapan dengan keyakinan.
Maka tidak heran pesta sex yang di bicarakan ustad tersebut menghebohkan masyarakat. Karena terkesan sembrono dan merendahkan esensi kebahagiaan yang di tawarkan di dalam surga, yang sudah menjadi keyakinan umat beragama. Alih-alih mencerahkan perkataan tersebut ahirnya menjadi blunder sendiri.
Dalam kehidupan kita sehari-hari saja ketika kebutuhan sex itu harus terpenuhi kita memerlukan tempat-tempat khusus se privasi mingkin. Terkecuali bagi orang-orang yang mengalami kelainan mental. Seorang yang suka bermain sex dengan lebih dari satu pasangan secara bersamaan juga sudah di katagorikan mempunyai kelainan mental apa lagi bila pesta.
Sedangkan surga di peruntukan bagi orang-orang yang selalu menjaga moral dan etika yang di perintahkan Tuhan, apa mungkin surga akan sebebas itu?.