Mohon tunggu...
aris moza
aris moza Mohon Tunggu... Guru - menekuni dunia pendidikan sebab aku percaya dari sanalah mulanya segala keberhasilan itu bermula

seorang yang lantang lantung mencari arti dan makna dalam setiap langkah kecilnya. lalu bermimpi menjadi orang yang dikenal melalui karya-karyanya, bukan rupa, bukan harta, bukan panggkat atau jabatan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pesta Sex? Sebuah Tanya dan Kenalaran Kita

31 Juli 2017   23:34 Diperbarui: 31 Juli 2017   23:54 575
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sempat heboh prihal statment seorang Ustad yang tampil di acara sebuah stasiun TV saat memberikan tausiyahnya.

Satu hal yang memang sudah menjadi lumrah membicarakan masalah sex, perbincangan-perbincangan di warung-warung kopi atau guyonan para karyawan di kantin tidak akan menuai titik masalah, sebab sex adalah salah satu kebutuhan naluri yang setiap insan manusia mempunyainya.

Tetapi akan berbeda ketika berbicara masalah tersebut dalam bingkai dogma Agama, karena akan menuai banyak tafsir tidak hanya itu, berbicara apapun ketika menyangkutkan dengan kitab Agama maka akan berhadapan dengan keyakinan.

Maka tidak heran pesta sex yang di bicarakan ustad tersebut menghebohkan masyarakat. Karena terkesan sembrono dan merendahkan esensi kebahagiaan yang di tawarkan di dalam surga, yang sudah menjadi keyakinan umat beragama. Alih-alih mencerahkan perkataan tersebut ahirnya menjadi blunder sendiri.

Dalam kehidupan kita sehari-hari saja ketika kebutuhan sex itu harus terpenuhi kita memerlukan tempat-tempat khusus se privasi mingkin. Terkecuali bagi orang-orang yang mengalami kelainan mental. Seorang yang suka bermain sex dengan lebih dari satu pasangan secara bersamaan juga sudah di katagorikan mempunyai kelainan mental apa lagi bila pesta.

Sedangkan surga di peruntukan bagi orang-orang yang selalu menjaga moral dan etika yang di perintahkan Tuhan, apa mungkin surga akan sebebas itu?.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun