Mohon tunggu...
Jeanne Francoise
Jeanne Francoise Mohon Tunggu... Dosen - Woman of Conference

Woman of Conference

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Lomba Esai Nasional Mongabay Indonesia 2015: “Implementasi Kebijakan Ekologi Indonesia: Tinjauan Singkat Ajaran Sosial Gereja Katolik”

18 Desember 2015   00:44 Diperbarui: 3 Januari 2016   19:46 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

“Implementasi Kebijakan Ekologi Indonesia:

Tinjauan Singkat Ajaran Sosial Gereja Katolik

 

Oleh: Jeanne Francoise

(Sarjana Humaniora Prodi Prancis FIB UI Konsentrasi Sejarah)

 

Esai ini ditulis untuk mengikuti Lomba Esai Mongabay Indonesia 2015. Dalam esai ini, penulis akan mengedepankan sembilan isu lingkungan hidup yang masih menjadi problematika dan meninjau isu itu dari sudut pandang politik internasional dimana Gereja Katolik memiliki potensi dan kapasitas nyata dalam pembuatan kebijakan lingkungan. Esai ini akan dimulai dengan sebuah temuan ilmiah menarik.

Para ahli arkeologi pernah mengguncang dunia karena mengatakan bahwa Lucifer berwujud perempuan ketika dihempaskan oleh Allah ke bawah tanah. Lucifer jatuh dengan posisi tiarap sehingga ada dua lengkungan buah dada di daerah padang pasir Tajikistan[1]. Di awal tahun 2010, para penggembala yang lewat disitu sering mendengar “raungan neraka‟ orang-orang mati yang berteriak minta tolong dari bawah tanah (Sumber: NatGeo). Editor National Geographic juga mengkaitkan keberadaan Lucifer di pusat bumi itu dengan eksplorasi energi fosil bahwa semakin energi itu habis dieksplorasi, maka Lucifer akan semakin mudah menguasai bumi.

Sebagai makhluk Allah yang diberi akal budi, manusia berupaya agar ekosistem yang ada tetap berjalan sewajarnya dan Sumber Daya Alam yang ada mampu menunjang kebutuhan manusia yang tak terbatas. Dalam hal ini, Gereja Katolik menempatkan diri sebagai pihak vokal yang mengawasi jalannya kebijakan ekologi setiap Negara. Bukan berarti agama lain tidak vokal, tetapi maksudnya adalah Gereja Katolik memunyai figur Paus yang secara de facto adalah tokoh perdamaian internasional sehingga ensiklik yang dihasilkan secara hukum berbobot pandangan moral internasional[2].

Permasalahan ekologi menjadi bahasan Gereja sejak Paus Yohanes Paulus II sejak tahun 1979 sebagai tanggapan desas-desus energi alam yang menipis dari para ilmuwan pada tahun 1973. Paus kemudian mengeluarkan ensiklik yang terkait dengan isu lingkungan hidup dan posisi manusia terkait isu itu. Pada tahun 2015 ini, Paus Fransiskus kemudian membuat Ensiklik Laodato Si, yang merupakan sebuah pernyataan kritis bahwa bumi merupakan rumah semua umat manusia, tanpa pandang latar belakang keagamaan manusia. Sebab, apabila bumi itu rusak, maka manusia pun akan rugi, tidak perduli latar belakang agamanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun