Mohon tunggu...
Kertaning Tyas
Kertaning Tyas Mohon Tunggu... Human Resources - Pendiri Lingkar Sosial Indonesia

Panggil saja Ken. Penggerak inklusi di Jawa Timur.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Kisah SD "Buangan" di Hari Disabilitas Internasional

5 Desember 2016   18:10 Diperbarui: 5 Desember 2016   18:37 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Sejumlah anak- anak nakal yang dikeluarkan oleh beberapa sekolah asal dan ditolak oleh sekolah- sekolah lainnya kabarnya kini berada di sebuah sekolah dasar di Kecamatan Lawang Kabupaten Malang, yang dikenal dan disebut oleh sebagian masyarakat sebagai sekolah buangan. Aneh kedengarannya tapi menarik. Membuat saya pada suatu hari berkunjung ke sekolah itu. Dan ternyata...

Tak ada sekolah buangan. Jelas terpampang pada plakat sekolah: SDN V Bedali Lawang (SD Inklusi Kab. Malang). Hari itu pun saya menyempatkan diri berdiskusi dengan para guru dan berinteraksi dengan murid- muridnya.

"Anak- anak yang disebut nakal itu dikeluarkan dari sekolahnya juga ditolak oleh sekolah- sekolah lainnya. Lalu siapa yang akan mendidik? Tak semestinya mereka itu dikeluarkan, melainkan dibina. Lalu akhirnya kamilah yang menerima," ujar Kepala Sekolah memulai pembicaraan.

Merintis sekolah inklusi sejak tahun 2013, para guru di sekolah ini mengedepankan panggilan jiwa untuk melayani masyarakat dan mendidik anak- anak berkebutuhan khusus, bahkan rela merogoh uang pribadi untuk kelengkapan alat ajar demi menjaga keberlangsungan proses belajar mengajar ditengah dukungan sarana dan prasarana yang terbatas alias minim.

Ya, anak- anak berkebutuhan khusus. Tak ada anak- anak nakal melainkan anak- anak dengan autis, hiper aktif, kesulitan belajar dan ragam lainnya berbaur dengan anak- anak disabiitas fisik, rungu dan grahita.

Demikian kisah dan juga fakta bahwa anak- anak berkebutuhan khusus yang hingga hari ini ternyata masih hidup dalam stigma dan diskriminasi, demikian pula sekolah inklusi yang berjuang menyelamatkan anak bangsa justru berpredikat buangan. Bahkan sebagian dari mereka, pada tempat yang terpisah, di dusun- dusun dan pinggiran kumuh kota, tak mengenyam hak pendidikan.

Akankah kita diam? Ini bukan lagi persoalan Difabel kawan, melainkan masalah sosial dan kemanusiaan!

Selamat Hari Disabilitas Internasional! Kami organisasi penyandang disabilitas memanggil organisasi sosial dan kemanusiaan serta semua pihak untuk bersatu menyelamatkan masa depan anak bangsa. Salam Inklusi!

Ken Kerta
Forum Malang Inklusi (FOMI)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun