Mohon tunggu...
Kertaning Tyas
Kertaning Tyas Mohon Tunggu... Human Resources - Pendiri Lingkar Sosial Indonesia

Panggil saja Ken. Penggerak inklusi di Jawa Timur.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Jangan Lagi Bilang Cacat pada Orang!

19 September 2016   13:55 Diperbarui: 19 September 2016   14:06 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Prihatin rasanya ketika kampanye saya di medsos berujung pertanyaan, "Difabel itu apa, penyandang disabiitas itu apa?" Dengan terpaksa saya menjawab lirih: " Itu loh.., orang dengan cacat fisik maupun mental." Kupikir selesai teman itu sudah paham, namun ternyata berlanjut dengan komentar: "Oalah cacat to... yang orang-orang sakit itu ya?" (Duh.., makin parah!)

Cacat itu artinya kurang, nggak sempurna, tidak standar dan semacamnya. Pada barang biasanya berujung pada dibuang atau rijek. Pertanyaannya apakah ada Tuhan menciptakan manusia dengan kualitas dibawah standart? Bagaimana konteks manusia sebagai ciptaan yang sempurna? Cacat hanya pantas disebutkan pada benda selain manusia. Apalagi istilah sakit untuk penyandang disabiitas, sama sekali nggak nyambung.

Merujuk dari berbagai sumber, istilah- istilah digunakan untuk mengganti istilah lain yang dinilai mengandung unsur diskriminasi. Istilah yang ada selama ini untuk menyebutkan kondisi seseorang yang berbeda dengan lainnya yang berkonotasi kurang atau tak normal dikatakan sebagai disabel, difabel dan disabilitas.

Seperti penggunaan istilah difabel, berasal dari akar kata differently able, maksudnya memiliki kemampuan yang berbeda. Istilah ini dirasa lebih berkonotasi positif daripada istilah disable atau cacat yang bermakna memiliki kekurangan fisik maupun mental.

Sedangkan istilah penyandang disabilitas muncul menjelang ratifikasi Konvensi PBB Mengenai Hak-Hak Penyandang Disabilitas (UN Convention on The rights of Person with Disability). Menjadi serapan dari kata Person with Disability (PWD), dipakailah kata Penyandang Disabilitas pada UU No 19 tahun 2011 untuk menggantikan kata penyandang cacat pada UU No 4 Th 1997.

Secara konseptual terdapat perbedaan makna pada istilah disabel, difabel maupun disabilitas. Disabel merujuk pada kondisi cacat atau kekurangan, difabel merujuk pada kemampuan yang berbeda, sedangkan disabilitas merujuk pada kondisi seseorang yang belum terakomodir oleh lingkungannya. Ketika lingkungan telah akomodatif dan subyek telah tanpa halangan dalam beraktivitas maka disebutlah sebagai person yang seutuhnya tanpa embel-embel disabiitas lagi.

Pada kategori usia tertentu terdapat istilah anak berkebutuhan khusus (ABK) yaitu anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk didalamnya anak dengan kondisi tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak berbakat dengan keunikan tertentu dan anak dengan gangguan kesehatan.

Historisnya penggunaan istilah-istilah baru bertujuan untuk menggantikan kata cacat yang berkonotasi negatif. Artinya dinilai penting adanya istilah baru untuk memulai niatan menghapus diskriminasi terhadap penyandang disabilitas. Namun fakta ketika mendengar atau membaca kata difabel maupun disabilitas pemahaman masih banyak mengarah pada keterbatasan dan kekurangan secara fisik bukan pada kelebihan dan kemampuan yang dimiliki. Hal ini nampak dari berbagai kesulitan hidup yang masih harus dihadapi karena stigma yang melekat.

Bagaimana efektivitas penggunaan istilah untuk menghapus stigma dan diskriminasi terhadap penyandang disabilitas? Masihkah diperlukan lagi sebuah istilah baru pengganti disabilitas?

Semuanya punya sisi positif apabila memang ingin dipandang secara positif. Yang terpenting bukan istilah mana yang digunakan, tapi bagaimana mampu bersikap inklusif untuk mendukung teman-teman penyandang disabilitas. Namun seyogyanya pergunakanlah istilah yang tepat untuk mendefinisikan tindakan yang baik sekaligus disisi lainnya kita memberikan edukasi tak langsung pada lingkungan. Cacat itu barang bukan orang.

Akhir kata ada yang lucu dan menarik bagi saya adalah ungkapan seorang sahabat, namanya mas Hari Wawa, senior saya seorang difabel hebat, advokat untuk masalah disabilitas, buruh dan HAM. Dalam sebuah diskusi lintas organisasi di Lawang, saat bahasan nyangkut di istilah cacat atau disabilitas, ia mengatakan, "Terserah wes apapun istilahnya, mau penyandang disabilitas atau penyandang cacat, yang penting jangan penyandang cocot!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun