Mohon tunggu...
Epetebang
Epetebang Mohon Tunggu... Wiraswasta - untaian literasi perjalanan indah & bahagiaku

credit union, musik, traveling & writing

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pastor "Pahlawan" Dayak Ketapang

28 Desember 2017   20:04 Diperbarui: 28 Desember 2017   20:22 926
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kabar duka saya dapat dari grup WA alumni penerima beasiswa keuskupan Ketapang, Kalbar: pada tanggal 23 Desember 2017 telah dipanggil menghadap Yang Kuasa Pastor Yerun Stoop CP. Kabar duka tersebut, menurut status teman di grup WA, dia peroleh dari pengumuman Romo Stutadi, Vikjen Keuskupan Ketapang sewaktu misa pagi di Gereja Katedral Ketapang. Meski telat, saya harus menulis tentang Pastor Yerun, saya senang memanggil beliau Pater Yerun. Kenapa? Karena beliau menurut saya adalah orang yang bisa dikatakan semacam "pahlawan" bagi masyarakat Dayak-Katolik khususnya, serta umat Katolik etnis lainnya di wilayah Keuskupan Ketapang. 

Apa yang beliau lakukan? Saya sendiri tidak tahu persis kapan program beasiswa untuk mahasiswa Katolik asal Keuskupan Ketapang dimulai. Namun setahu saya dari awal, sampai program beasiswa ini berhenti, Pater Yerun lah "otak" nya. Beliau lah yang bergerilya mencari sponsor ke Eropa, terutama ke Negeri Belanda. 

Beasiswa yang diberi nama Panitia Beasiswa (PBS) Keuskupan Ketapang ini telah mengubah sekitar seratusan pemuda-pemudi asal Keuskupan Ketapang, Kalimantan Barat dari anak kampung yang hampir tidak bisa kuliah, berkat beasiswa PBS bisa menjadi sarjana, baik strata 1 maupun strata 2. Banyak alumni yang menjadi orang hebat di bidangnya, di komunitasnya masing-masing: guru, dosen, politisi, pejabat, pedagang, tenaga medis dan sebagainya. Bisa diklaim, mahasiswa penerima beasiswa PBS yang tamat kuliahnya, menjadi orang yang berhasil dalam hidupnya.

Saya sendiri bisa kuliah karena support dana utama dari beasiswa tersebut, yakni Rp.55.000 perbulan (tahun 1991-1995).  Tentu tanpa mengesampingkan dukungan dari orang tua yang mengirim dana, cuma terkadang dapat kadang tidak dalam tiap bulannya. Dana Rp.55.000 tersebut kala itu juga sebenarnya tidak cukup. Namun dari dana yang pasti itulah kami berani untuk kuliah.

Kami yang mendapat beasiswa tersebut bukan sembarang orang; harus melewati seleksi tes IQ, wawancara dan nilai ijazah SMA/SMK yang terbaik. Persaingannya cukup ketat. Saya ingat keringat dingin di tes wawancara oleh Ibu Maria Murti Ningrum dkk tahun awal tahun 1991.  Kami umumnya studi di Pontianak dan YOgyakarta. Di Pontianak mayoritas studi di Untan dan Widya Dharma; sedangkan di Yogya di Ikip Sanata Dharma (kini menjadi Univ.Sadhar).

Selamat Jalan Pater Yerun...tidak cukup kata untuk mengucapkan terima kasih kepada Pater. Saya mencoba berusaha menjaga kepercayaan Pater yang telah memberikan beasiswa kepada saya; seraya tiada henti memanjatkan doa semoga Pater diterima dan bahhagia di Firdaus abadi. Itulah bentuk terima kasih saya kepada Pater. Hal yang senada pasti disampaikan rekan-rekan eks penerima beasiswa PBS.

RIP Pater...

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun