Mohon tunggu...
Intan WahyuPermana
Intan WahyuPermana Mohon Tunggu... Guru - Penulis dan Guru di Banyuwangi

Menulis adalah hobi, membaca sebagai syarat. memiliki wawasan adalah hasil.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hentikan "Bullying" Sebelum Menyesal

14 Februari 2020   09:53 Diperbarui: 14 Februari 2020   09:50 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar via Tirto.id

Hentikan Bullying Sebelum Menyesal

Dalam ulasan kalediskop Jawapos Radar Banyuwangi 2020 akhir tahun nanti saya rasa akan menyuguhkan sebuah kasus yang cukup membuat geger warganet seluruh Indonesia. Apakah itu ? ya benar sekali, sebuah tindakan manusia yang hampir-hampir susah untuk dinalar manusia sehat. kasus pembunuhan dan pembakaran seorang wanita di daerah Kabat Banyuwangi.

Januari lalu, tepatnya tanggal 29 Januari 2020 para penjual koran di trotoar-trotoar seakan memberikan pengumuman bahwa pembunuh mayat yang dibakar itu telah ditangkap pihak kepolisian. Kami cukup tergugah untuk tahu motif sebenarnya seperti apa, karena banyak dugaan yang mencuat ke publik adalah perihal asmara, namun setelah membaca berita yang telah diulas secara detail oleh Radar, kami memahami bahwa Bullying menjadi faktor yang melatar belakangi si pelaku berbuat sekeji itu.

Aktifitas menghina, mengejek, mengolok-olok, mengucilkan, dan banyak lagi item bullying yang kerap menjadi pintu masuk bagi berbagai gangguan kesehatan mental pada seseorang. Kita tentu sudah pernah mendengar artis korea yang biasa kita lihat selalu tersenyum, tertawa dan bahagia didepan kamera, tiba-tiba melakukan aksi buhun  diri yang tak lain penyebabnya adalah depresi akibat perundungan yang dilakukan kepadanya.

Membaca referensi dari doktersehat.com, banyak sekali hal yang menyebabkan seseorang mendapatkan perundungan diantaranya penampilan fisik yang berbeda sehingga membuat orang menghujat dan mencemoohnya, selain itu orang yang sering menerima bullying biasanya adalah orang yang terlihat lemah sehingga orang berani untuk menindas seenaknya tanpa memikirkan dampak bagi si korban bullying tersebut.

Saat ini kita juga sama-sama melihat bahwa ada sebuah kasus yang cukup menggemparkan yaitu pembunuhan dan pembakaran yang dilakukan karena bullying. Usia muda, kematangan berfikir yang belum cukup ditambah dengan lemahnya iman dapat membuat korban bullying lebih mungkin mengalami kecemasan, depresi, dan mempertimbangkan hal-hal yang berbahaya baik itu melukai diri sendiri atau melukai orang yang melakukan perundungan kepadanya.

Orang yang melakukan bullying menurut doktersehat.com biasanya adalah orang yang kurang mendapat perhatian dari keluarga sehingga mencari perhatian dari orang lain, kemudian seorang yang melakukan tindakan bullying juga kadang merasa tidak terkendali dalam mengeluarkan kata-kata yang dapat melukai orang lain atau gangguan pengendalikan emosi.

Semakin berkembangnya zaman, semakin beraneka pula model dan media perundungan. Saat ini kita mengenal istilah cyberbullying dimana aktifitas menghina dan merundung dilakukan melalui media sosial. Adapun sebuah survei baru yang dilakukan oleh ictwatch.com yang diadakan di Inggris menunjukan bahwa sekitar 5,43 juta anak-anak di Inggris menjadi korban cyberbullying. Survei ini merupakan temuan terbesar yang mengungkapkan fakta bahwa 2 dari 3 oranng berusia 13 sampai 22 tahun telah menjadi korban cyberbullying.

Dalam kasus perudungan di internet atau media sosial, komunikator adalah pelaku cyberbullying, sedangkan komunikan adalah korban cyberbullying. Kasus bullying biasanya dimulai ketika seseorang mengunggah teks ataupun gambar di sosial media yang kemudian memicu seorang untuk mengirim serangan verbal terhadap korban.

Bullying di media sosial dapat berakibat lebih fatal daripada bullying yang dilakukan secara langsung. Hal ini dikarenakan media sosial adalah ruang terbuka dimana perundungan yang dilakukan bisa disaksikan oleh banyak orang, baik yang mengenal maupun yang tidak mengenalnya. Berbeda jika bullying itu dilakukan langsung maka yang mengetahui hanya si pelaku dan korban bullying itu sendiri.

Akhir kata dari tulisan saya kali ini adalah mari kita berfikir kembali ketika kita akan mengeluarkan kata-kata dari mulut kita ataupun kata-kata yang diketik jari kita, apakah kalimat yang kita keluarkan sudah sopan dan tidak melukai orang lain ? jangan sampai kita menjadi pemicu orang melakukan tindakan amoral yang melanggar norma-norma kehidupan. Boleh jadi kalimat itu biasa bagi kita, akan tetapi bisa jadi juga kata-kata yang kita keluarkan itu sangat menyakitkan bagi orang lain.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun