Mohon tunggu...
Yunus SeptifanHarefa
Yunus SeptifanHarefa Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku Indah Tapi Tak Mudah

Berkarya untuk Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Terbongkarnya Pesta Seks Kaum Gay, Ini 5 Hal yang Harus Diajarkan Orang Tua pada Anak

26 Mei 2017   09:38 Diperbarui: 26 Mei 2017   12:05 2603
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari 141 orang laki-laki  yang tertangkap dalam penggerebekan yang dilakukan oleh Polres Metro Jakarta Utara di sebuah ruko di Kelapa Gading, hampir kebanyakan masih tergolong kategori anak muda. Mereka adalah pemuda yang bertubuh gagah dan kekar, yang jika dilihat dari fisiknya, kita tidak pernah habis pikir bahwa mereka adalah gay. Sebenarnya dalam pikiran saya terlintas sebuah pertanyaan menggelitik, “apa enaknya ya?”  membayangkan saja saya tidak mau, apalagi  sampai melakukannya.

Sebagai anak muda, saya tidak mau menghakimi mereka yang punya orientasi seks kepada sesama jenis. Tetapi, menurut saya, orientasi seks seorang anak muda yang beralih kepada sesama jenis adalah konsekuensi dari gagalnya orang tua dalam mendidik. Pendidikan yang salah di dalam keluarga membuat seorang anak bertumbuh dengan pemahaman yang salah juga.  Oleh karena itu, belajar dari terbongkarnya peristiwa ini, orang tua harus melakukan  5 hal ini agar anak tidak bertumbuh dalam pemahaman yang keliru.

1. Katakan Kepada Anak Bahwa “Dirinya” Adalah Hasil Cinta Dari Ayah dan Ibu

1-peran-ayah-dan-ibu-592793b782afbdd72c59a2cc.jpg
1-peran-ayah-dan-ibu-592793b782afbdd72c59a2cc.jpg
Tanamkan kepada anak sedini mungkin bahwa pernikahan adalah relasi antara lawan jenis, antara ayah dan ibu. Jelaskan juga bahwa anak adalah buah cinta antara ayah dan ibu.  Dengan menjelaskan hal ini sedini mungkin, maka anak akan punya pemahaman bahwa relasi yang terbangun di dalam pernikahan adalah relasi antara laki-laki dan perempuan. Oleh karena itu, anak akan punya prinsip bahwa orientasi seksual antar sesama jenis adalah sebuah bentuk bentuk penyimpangan, sehingga ia tidak akan mudah terjatuh di dalam penyimpangan semacam itu.

2. Seks Itu Memang Nikmat, Tapi Pernikahan Harus Mengikat

2-pernikahan-seperti-dinasti-qing-pasangan-ini-justru-dikritik-keras-oleh-netizen-592793efb7937346058b4567.jpg
2-pernikahan-seperti-dinasti-qing-pasangan-ini-justru-dikritik-keras-oleh-netizen-592793efb7937346058b4567.jpg
Orang tua harus menjelaskan kepada anak-terutama ketika anak sudah  masuk usia remaja-bahwa seks itu adalah sesuatu yang dikhususkan bagi mereka yang sudah diikat dalam ikatan pernikahan. Seks juga bukan untuk dipertontonkan dan menjadi konsumsi bersama. Seks itu adalah pesta  berdua antara laki-laki dan perempuan yang sudah terikat dalam sebuah pernikahan. Jika belum menikah, maka seorang anak yang mungkin masih berpacaran harus bisa menahan diri hingga tiba waktunya nanti. Dengan mengajarkan hal ini kepada anak, maka anak kita akan punya pagar-pagar kebenaran dalam menjalin relasi.

3. Perhatikan Anak dan Pergaulannya

3-pergaulan-remaja-ilustrasi-130728171803-588-59279425b79373da048b4567.jpg
3-pergaulan-remaja-ilustrasi-130728171803-588-59279425b79373da048b4567.jpg
Banyak orang tua yang sibuk dan lupa mengenai kewajibannya memperhatikan anak-anaknya. Tahu-tahu orang tua mendapat kabar bahwa anaknya mencuri, bolos sekolah, berantam, dan sebagainya. Tentu saja, penyimpangan-penyimpangan semacam ini bisa jadi  adalah bentuk kegagalan orang tua dalam melakukan tanggung jawabnya memperhatikan kehidupan anak. Ketika anak tidak mendapat perhatian dari rumah, maka ia berusaha untuk mendapat perhatian di luar.  Yang di luar belum tentu mengajarkan kebenaran, akibatnya anak tergelincir  dan terjerumus dalam pergaulan yang salah dan akhirnya menganut paham-paham yang tidak benar. Oleh karena itu, orang tua yang baik harus senantiasa menunjukkan kasih dan kepedulian kepada diri si anak, serta tidak lupa memperhatikan temannya bergaul dan juga aktifitas apa saja yang dilakukan oleh komunitasnya itu.

4. Perlakukan Anak Sesuai Gendernya

4-73e2133eff58824-59279467d57e61a7201827c0.jpg
4-73e2133eff58824-59279467d57e61a7201827c0.jpg
Suatu kali, saya bertemu dengan seorang anak kecil yang lucu berambut ikal dan berbaju pink ala boneka Barbie. Awalnya saya pikir anak itu adalah anak perempuan, karena dandanannya mirip banget anak perempuan. Namun ternyata anak itu  adalah anak laki-laki. Tentu saja melihat hal ini, saya jadi gelisah, karena menurut saya, perlakuan seperti ini tidak benar. Yang semestinya, orang tua memperlakukan anak sesuai dengan gendernya. Kalau dia laki-laki biarlah dia bertumbuh dengan cara sebagai seorang laki-laki, mulai dari  pemilihan baju, mainan, dan segala aktifitas yang dilakukankan. Begitu juga sebaliknya, anak perempuan juga harus diberlakukan seperti anak perempuan. Dengan demikian, anak akan mengerti identitas sesuai gendernya dan berkelakuan sesuai dengan identitas itu.

5. Hiduplah Sebagai Orang Tua Yang Rukun dan Harmonis

5-happy-family-640x427-5927949982afbd4d3859a2ca.jpg
5-happy-family-640x427-5927949982afbd4d3859a2ca.jpg
Keteladanan dari orang tua adalah pembelajaran yang tidak pernah ada bandingnya bagi anak.  Jika di dalam rumah anak menemukan bahwa orang tuanya hidup dalam kerukunan dan keharmonisan, maka sudah pasti anak akan bertumbuh dengan mengikuti pola hidup yang diajarkan oleh orang tuanya. Tapi apa yang terjadi jika orang tua tidak bisa menunjukkan kerukunan. Setiap hari bertengkar, bahkan saling menyakiti secara fisik. Tentu saja pola hidup seperti ini akan membuat anak berpikir ulang untuk menjalin relasi  dengan orang yang berbeda gender dengannya. Bisa jadi, ketidakharmonisan orang tua membuat seorang anak trauma melihat relasi antara laki-laki dan perempuan, sehingga peluang untuk beralih orientasi seksual besar terjadi. Oleh karena itu, setiap orang tua dituntutut untuk berjuang menjadi figur teladan yang baik bagi anak-anaknya.

“Mari selamatkan generasi muda dengan menanamkan dan menyebarkan  nilai-nilai kebenaran”

Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun