Mohon tunggu...
Iskandar Zulkarnain
Iskandar Zulkarnain Mohon Tunggu... Administrasi - Laki-laki, ayah seorang anak, S1 Tekhnik Sipil.

Penulis Buku ‘Jabal Rahmah Rendesvous Cinta nan Abadi’, 'Catatan kecil PNPM-MPd', 'Menapak Tilas Jejak Langkah Bung Karno di Ende', 'Sekedar Pengingat', 'Mandeh Aku Pulang' (Kumpulan Cerpen) dan 'Balada Cinta di Selat Adonara' (Kumpulan Cerpen). Ayah. Suami. Petualang. Coba berbagi pada sesama, pemilik blog http://www.iskandarzulkarnain.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Analisa Kemahalan Pasar Jelang Ramadan

3 Juni 2016   16:30 Diperbarui: 3 Juni 2016   19:58 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO Warga membeli barang dagangan yang dijual murah pada acara Gelar Pasar Murah di Kementerian Perdagangan

Jika pada masa rezim orde baru, isu yang dapat dijual adalah bahaya laten Komunis. Maka sebagian masyarakat, pada awal-awal reformasi menjadikan kebangkitan golongan karya sebagain isu laten. Namun, ada isu laten yang luput dari perhatian kita, seluruh rakyat Indonesia. 

Isu kenaikan harga pada setiap tahun pada saat Menjelang Ramadhan, selama Ramadhan dan Pasca Ramadhan. Mengapa hal demikian bisa terjadi? Apa saja faktor yang mempengaruhi? Bagaimana solusinya? Untuk itulah, tulisan ini dibuat.

Pada setiap tahun, menjelang bulan Ramadhan, masyarakat Indonesia selalu dikagetkan dengan naiknya harga. Baik itu harga sembako, harga sandang hingga kebutuhan sekunder. Padahal, peristiwanya datang setiap tahun. Waktunya dapat diprediksi, pengulangan peristiwa kejadian, jelas. Lalu, mengapa antisipasi akan kenaikan harga selalu saja gagal.

Rasanya tak adil, jika kenaikan harga-harga menjelang, pada dan pasca Ramadhan hanya menjadikan pemerintah sebagai tersangka. Karena, menurut saya, banyak pihak yang terlibat dalam masalah ini. Disamping pemerintah, para mafia sembako, industriawan, Umat Islam, juga memiliki andil didalamnya.

Parameter kenaikan harga-harga itu, penyebabnya antara lain;

Satu, Mafia Sembako

Mafia sembako, memberikan informasi yang menyesatkan pada Pemerintah bahwa stok sembako kurang untuk menghadapi puasa dan Lebaran, kondisi cuaca yang tak menentu, serta akan terjadi kemarau panjang, mengakibatkan gagal panen. Solusi sederhananya, maka harus dilakukan Impor. Sesederhana itukah pemerintah dapat dibohongi oleh Mafia? Ternyata tidak. 

Harus diakui bahwa pemerintah tidak memiliki data lengkap yang akurat tentang stok bahan sembako. Sehingga tidak memiliki bargaining kuat dari Isu yang dilempar Mafia sembako. Di lain pihak, dan ini yang paling menarik untuk dikaji. Isu yang dilempar mafia untuk harus melakukan import, ditangkap oleh sebagian oknum pemerintah sebagai peluang untuk memperoleh pemasukan “lain”. Akan ada pemasukan yang tak kecil kedalam saku oknum kementerian tertentu dan juga oknum DPR. 

Maka, dilakukanlah impor bahan sembako, akibatnya petani dirugikan, konsumen dirugikan. Ramadhan dijadikan momen seksi untuk “menghalalkan” aksi “haram” oleh Mafia dan oknum-oknum kementerian dan DPR mengisi pundi-pundi kekayaannya dari usaha pemasukan “lain”.   

Dua, Stok Sesungguhnya Cukup.

Hendaknya pemerintah, dalam hal ini, Kementerian Perdagangan, memiliki data akurat siapa-siapa saya yang bermain dalam perdagangan sembako. Berapa rasio sembako yang mereka miliki dalam men-stock barang yang menjadi haknya. Sehingga, tidak terjadi overload dalam melakukan stock barang. Jika sudah melampaui batas volume dari hak yang menjadi kewenangannya, dapat disimpulkan sebagai upaya penimbunan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun