Mohon tunggu...
Isnandar
Isnandar Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

Masih belajar dan tetap belajar dalam melihat, mendengar kemudian merefleksikan rasa lewat tulisan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Salah Kostum Salah Masuk

18 Juni 2019   07:30 Diperbarui: 18 Juni 2019   07:33 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar dari pixabay.com

Kostum mencerminkan si pemakainya. Begitu kira-kira yang terpancar dalam laku keseharian tiap insan. Tapi kadang kita tak bisa mengelak. Terlambat mengantisipasi hingga salah kostum terjadi, membuat malu sendiri. Kita benar-benar terjebak dalam situasi, kondisi dan juga tempat. Yang ngga pas alias ngga matching.

Jaman begitu cepat berjalan merubah keadaan demi keadaan. Kita pun saling lari berkejaran. Melompat dari keadaan ke keadaan berikutnya. Tanpa disadari kadang ada sisi yang tertinggal dibelakang. Entah bagian mananya.  

Kita sering nggak keikutan. Saat orang-orang ramai berbondong-bondong pindahan. Kesuatu tempat atau kondisi, situasi apa yang dinamakan kemajuan jaman. Kemajuan jaman adalah suatu keniscayaan. Atau memang kita tak diajak pindahan. Mengingat usia telah mengunci batas kepatutan. Membuat garisnya sendiri. Batas inilah yang kadang kita terobos.

Pasangan keluarga muda mengajak orang tuanya, disuatu hari makan-makan. Entah apa yang terbersit dibenaknya. Mereka ingin hangout sambil makan atau sekedar ngopi di kafe. Tempat santai habiskan waktu sepulang kerja. Meeting singkat bersama rekan bisnis. Bahkan janjian dua sejoli yang kasmaran.

Sajian menu dengan porsi minim dan mahal pasti dijumpainya. Mereka tak peduli, tetap mengajak orang tuanya. Milenial bagai nilai pengalaman yang bakal ia ceritakan pada teman dan kerabatnya. Dan itu sangat mengasyikan. Maka berkelilinglah mereka mencari tempat yang asyik, ramai dikunjungi orang-orang. Masa bodo dengan orang tuanya. Mau salah kostum atau salah masuk kafe. Ya biar saja.

Tibalah mereka di sebuah kafe di pinggir Jakarta. Dari cara booking tempat, makanan, hingga suasana cafe benar-benar bergaya milenial. Orang tua hanya mengikuti apa saja yang dipesan anaknya. 

Tiba-tiba si ibu ingin ke toilet. Didalam toilet ia mengguyur selop yang dipakainya. Tanpa sadar sedari tadi rupanya menempel tanah merah entah dari mana. Akibatnya lantai toilet sekejap berwana merah semua. Ia keluar toilet, berjalan ke arah meja tempat makan. Lantai pun jadi berwarna merah semua. Si ibu jadi pusat perhatian pengunjung kafe lainnya. Pasangan keluarga muda itu panik, malu dan serba salah.

Potret sosial. Dibutuhkan ketajaman fikir juga pertimbangan matang. Mengajak orang tua kita sambil mengenalkan, mencicipi yang katanya kemajuan jaman. Jangan sampai kita menarik-narik kebiasaan mereka ke ruang milenial. Justru malah mempermalukan diri sendiri juga orang-orang yang kita cintai.

Salam

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun