Mohon tunggu...
Indra Sastrawat
Indra Sastrawat Mohon Tunggu... Administrasi - Wija to Luwu

Alumni Fakultas Ekonomi & Bisnis - UNHAS. Accountant - Financial Planner - Writer - Blogger

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

The Godfather, John Kei dan Preman Etnis

21 Februari 2012   03:27 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:24 38301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13297940781960074954

Di Indonesia istilah preman jauh lebih popular dari istilah gangster atau mafia. Padahal kalau menelisik cara kerjanya, preman di Indonesia juga punya organisasi yang rapi dan koneksi yang bagus mirip dengan mafia dunia. Dunia hitam mulai di kenal luas lewat sebuah novel  criminal berjudul The Godfather karya Mario Fuzo seorang Italia-Amerika. Sebuah novel yang kemudian hari menjadi salah satu film terbaik dunia. Ibukota Jakarta merupakan magnet besar yang menyedot banyak orang untuk datang. Tidak peduli orang itu berijazah atau tanpa ijazah alias patah pulpen. Dengan modal kenekatan orang-orang daerah ini kemudian mengadu peruntungan di kerasnya kehidupan ibukota. Sasarannya jelas duit di Jakarta sangat banyak dan persaingan di Ibukota membuka orang-orang keras dan berjiwa keras untuk menjamahnya. Seperti di ketahui bisnis pembebasan lahan, bisnis jasa keamanan, bisnis debt collector dan bisnis perparkiran sangat menggiurkan. Di keempat bisnis ini duit milyaran bisa dengan mudah di dapatkan, modalnya cukup nyali dan keberanian. John Kei Salah satunya orang yang boleh disebut sukses bergumul di dunia hitam ibukota adalah John kei. Nama aslinya John Refra pemuda asal kepulauan Kei di sebelah tenggara Maluku. Bersama keluarga dan pemuda kampungnya John Kei mengorganisir sebuah bisnis jasa keamanan dan penagihan yang cukup besar.Terakhir John Kei tersangkut kasus pembunuhan yang membuatnya harus merasakan timah panas polisi dan di tahan oleh aparat hukum. Bagi pemuda Maluku Tenggara, John Kei merupakan The Godfather. Bukan John Kei yang pertama mengguncang dunia hitam di ibukota, ada nama lain yaitu Hercules. Ia semula pemuda Timor yang direkrut Komando Pasukan Khusus, atau Kopassus, pada saat proses integrasi wilayah itu ke Indonesia.  Hercules menetap di Jakarta, dan segera merajai dunia para jagoan. Ia menguasai Tanah Abang. Namanya pun selalu dekat dengan kekerasan. Kekuasaan tak abadi. Pada 1996, ia tak mampu mempertahankan kekuasaannya di pasar terbesar se-Asia Tenggara itu. Kelompoknya dikalahkan dalam pertikaian dengan kelompok Betawi pimpinan Bang Ucu Kambing. [caption id="attachment_172504" align="aligncenter" width="560" caption="Kelompok Maluku vs Kelompok Flores di Jalan Ampera"][/caption] Setelah masa Hercules surut, muncul kemudian kelompok preman lain yang juga berasal dari Indonesia timur seperti kelompok Basri sangaji, John Kei ,Thalib Makarim. Persaingan paling panas justru terjadi sesama kelompok preman Maluku yaitu Basri Sangaji dan John Kei. Basri Sangaji sendiri di temukan tewas di salah satu hotel di tahun 2004, bersama Basri juga ditemukan adiknya yang terluka parah. Saling membalas terjadi, setahun kemudian giliran Kakak kandung John Kei, Walterus Refra Kei alias Semmy Kei, terbunuh di lahan parkir Pengadilan Negeri Jakarta Barat. Tindakan ini merupakan balas dendam atas pembunuhan Basri Sangaji dan bentrokan di Diskotek Stadium. Kasus lain yang melibatkan kelompok John Kei adalah kasus Klub Blowfish (4 April 20101), menewaskan dua orang dari kelompok John Kei, M. Sholeh dan Yoppie Ingrat Tubun. Klub Blowfish dijaga kelompok Flores Ende pimpinan Thalib Makarim. Bahkan bentrokan ini kembali terjadi di luar sidang terjadi di Jalan Amprea antara kelompok Maluku (Kei) dan Flores (Thalib Makarim) ketika sidang kasus Blowfish. Korban tewas dari kelompok Maluku: Frederik Philo Let Let, 29 tahun, Agustinus Tomas (49), dan seorang sopir Kopaja Syaifudin (48). Melihat rekam jejaknya pantas jika John Kei disebut sebagai preman yang licin dan susah di taklukan. Selain kelompok Ambon, Kei dan Flores muncul juga kelompok preman atau ormas garis keras yang sering bentrok seperti Pemuda Pancasila dengan bosnya Yoris yang kini terjun didunia politik, juga ada Forum Betwai Rempug (FBR), selian itu ada juga FPI (Forum Pembela Islam). FPI sendiri lebih banyak memberantas tempat maksiat. Premanisme Etnis Mafia di Italia pertama kali muncul di pulau Sisilia, Italia. Kelompok mafia ini kemudian menyebar hingga ke Amerika Serikat. Di negerinya Benjamin Franklin, Mafia tetap mempertahankan keanggotaannya untuk orang-orang Sisilia. Sekitar decade 30an Al Capone dan kelompok mafianya sangat di takuti di AS, salah satunya karena mereka mempunyai jaringan yang rapi dan loyalitas yang muncul karena ikatan persaudaraan satu negeri asal. Selain Mafia Italia juga ada kelompok Triad di Hongkong, kelompok Kartel di Meksiko dan Kolombia, Mafia Rusia, Mafia Albania dll. Satu kesamaan semua kelompok mafia ini sistem rekrutmen anggota yang ketat dan hanya untuk kelompok etnis tertentu. DI Indonesia khususnya di ibukota, kelompok preman membentuk jaringannya dengan kultur daerah asal. Hingga muncullah kelompok preman etnis seperti Preman Madura, preman Ambon, preman Flores, Preman Maluku, Preman Banten, Preman Betawi.Tidak jarang karena kepentingan bisnis ini sering terjadi bentrok diantara preman etnis ini. Selain karena faktor ekonomi, preman etnis ini bisa eksis karena beking para pejabat. Menurut Anton, pejabat membutuhkan preman untuk mempermudah pekerjaannya. Contohnya, penggusuran tanah. Dengan bantuan "pendekar", bisa dipastikan penggusuran tanah bisa dilakukan. Mereka juga membutuhkan preman ketika kekuasaannya terancam oleh aksi massa. Saat itulah sosok preman dimajukan. Sementara preman membutuhkan pejabat untuk melindunginya dari cengkeraman polisi. Pada masa Orde baru dulu, para preman menjadi sasaran peluru penembak misterius (petrus). Investigasi Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan mencatat korban tewas petrus pada 1983 sekitar 532 orang, dan sepanjang 1984 dan 1985 sebanyak 181 orang (tempo.com). Berikut sekilas daftar beberapa kelompok yang ikut beradu kuat di Ibukota Jakarta Pemuda Pancasila Pemuda Pancasila yang didirikan oleh IPKI (Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia) pada tanggal 28 Oktober 1959.Anggota Pemuda Pancasila banyak dari anak tentara, kelompok ini dikenal punya hubungan yang erat dengan penguasa. Di Jakarta Pemuda Pancasila mengelola beberapa lahan parker dan menyadiakan jasa keamanan. PP pernah beberapa kali bentrok dengan FBR karena urusan lahan parker. Front Pembela Islam FPI didirikan 17 Agustus 1998 oleh Muhammad Rizieq bin Husein Syihab di Jalan Petamburan III Nomor 83, Jakarta Pusat. Beberapa jenderal TNI dan Polri mendukung pendirian FPI, di antaranya mantan Kepala Polda Metro Jaya Komisaris Jenderal Nugroho Jayusman. Kelompok ini lebih focus pada pemberantasan tempat maksiat. Dengan anggota hampir 15 juta ini, FPI menjadi sangat kuat dan di segani khususnya di Ibukota. Kelompok preman ibukota yang menjaga tempat-tempat maksiat seringkali menjadi sasaran dari FPI. Amkei Angkatan Muda Kei (AmKei) didirikan bulan Mei 1998 oleh keluarga Kei dengan ketua John Refra atau John Kei. Organisasi terbentuk pascakerusuhan Tual, Maluku, pada Maret 1999. Kelompok ini mengklaim memiliki 12 ribu pengikut. Forkabi Foum Komunikasi anak Betawi (Forkabi) dideklarasikan di Kramat Sentiong, Jakarta Pusat.Organisasi ini bernaung di bawah Badan Musyawarah Betawi (Bamus Betawi). Mungkin karena bosan kampungnya Jakarta menjadi ajang pertaruhan dan lahan bisnis pendatang, maka sekelompok anak Betawi lantas membuat sebuah organisasi yang kuat. FBR 29 Juli 2001 berdiri sebuah organisasi bernama Forum Betawi Rempug  oleh KH Fadloli el-Muhir (almarhum) dengan jumlah pengikut saat pendirian 400 ribu orang. FBR walau sering mambawa panji agama seperti ikut mendemo majalah Playboy, kelompok ini acap kali bentrok karena urusan lahan parker dengan kelompok lain bahkan dengan Forkabi. Preman etnis Masih ada beberapa kelompok lain yang tampil dengan nama daerah seperti kelompok Flores dengan pimpinannya Thalib Makarim, kelompok Ambon dengan Onghen Sangaji, kelompok Banten dll. Salam Sumber: Majalah tempo Sigi SCTV

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun