Mohon tunggu...
Indra Sastrawat
Indra Sastrawat Mohon Tunggu... Administrasi - Wija to Luwu

Alumni Fakultas Ekonomi & Bisnis - UNHAS. Accountant - Financial Planner - Writer - Blogger

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Siapa Bilang Pelaut Mata Keranjang

27 Maret 2012   15:04 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:24 5202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_178689" align="aligncenter" width="400" caption="ilustrasi"][/caption] Kenaikan BBM disambut demonstrasi, pasalnya kenaikan BBM menyulut naiknya harga barang-barang. Bagi pegawai yang baru saja menikmati kenaikan gaji di awal tahun mesti gigit jari kembali karena kenaikan yang tidak seberapa banyak itu di timpah dengan melambungnya harga barang-barang. Di balik kenaikan BBM itu, ada sebagian yang merasa gembira dengan rencana pemerintah ini. Pihak atau yang tepatnya sekelompok profesi menyambut suka cita kenaikan BBM. Tahu kah anda bahwa pelaut yang berlayar di lautan nusantara menikmati kenaikan BBM. Sudah bukan rahasia lagi jika sebagian pelaut punya hobi menjual solar atau BBM di tengah laut. Sebenarnya modus seperti ini sudah hal yang lumrah di pelayaran kita. Ada pengalaman ketika saya bekerja di perusahaan pelayaran nasional, salah satu pegawainya yang bertugas di bagian audit menceritakan bagaimana praktek penjualan BBM ini membuat laporan keuangan perusahaan menjadi merah. Karena gusar sang pemilik yang juga tokoh muda di HIPMI lantas mengultimatum karyawannya jika dalam 3 bulan masih rugi perusahaa akan di bubarkan. Lalu direksi bergerak cepat dengan membentuk tim pengawas yang terdiri dari para auditor. Satu persatu laporan bunker di periksa secara detail. Perhitungan jarak tempuh pelayaran dengan pemakain BBM di perhitungkan dengan hati-hati. Dari cerita teman langkah ini sukses membuat laporan keuangan perusahaan menjadi baik. Ada semacam pameo diantara pelaut yang mengatakan biar gaji kecil yang penting uang solarnya besar. Saya biasa menemukan kenyataan seperti itu, mereka tidak terlalu peduli dengan gaji mereka tapi yang utama adalah seberapa banyak uang BBM yang mereka dapatkan nanti. Tapi ini tidak berlaku buat kapal asing, atau mungkin juga buat kapal cargo. Biasanya kapal jenis Tug boat yang biasa melepas solarnya di tengah laut.

[caption id="attachment_178690" align="aligncenter" width="460" caption="Kapal Tug Boat"]

1332860522684974916
1332860522684974916
[/caption] Mungkin karena itu sebagian pemilik kapal sengaja hanya menggaji karyawannya dengan gaji standar, tapi membiarkan mereka menjual BBM. Si pelaut juga tidak kalah cerdik, di gaji kecil mereka terima tapi dibalik itu mereka bermain dengan bunker, mereka menjaul BBM di tengah laut. Kalau begini saya bingung siapa sebenarnya yang salah !! pemilik kapal yang pelit menggaji atau pelaut/crew kapal yang doyan korup ??? Mungkin ada yang bertanya, bagaimana praktek macam ini bisa terjadi ??? bukankah di kapal ada Captain dan Chief Engineer. Untuk urusan solar/BBM merupakan domain dari Chief Engineer, dia yang membuat rencana permintaan BBM yang biasa disebut dengan istilah bunker tentu dengan persetujuan Master kapal. Angka yang masuk kemudian di pelajari dan di periksa oleh petugas kantor di darat (marine), biasanya yang diberi tugas adalah mereka yang berpengalaman di laut dulu. Setelah disetujui baru permintaan tersebut di teruskan di bagian keuangan atau accounting. Seharusnya karyawan di bagian marine dengan segala pengalamanya bisa menghitung apakah bunker tersebut masuk akal atau tidak. Permaianan bisa saja terjadi antara bagian marine dengan chief engineer. Kalau ini terjadi maka garda terakhir ada pada bagian keuangan, tentu dengan keahliannya yang lebih banyak berkutat dengan uang, debit, kredit, invoice dst sangat sulit bagian keuangan/accounting bisa mencium permainan kotor ini. Yang parahnya kalau bagian keuangan juga kena mantra-mantra dari kapal, mantra itu berupa fulus yang menggoda. Tidak berlebihan jika gaji seorang Chief Enggineer bisa sampai puluhan juta, di tempat saya dulu gajinya berkisaran 30 juta. Saya tentu tidak omong doang alias omdo, karena sebagai akuntan saya tahu detail gaji orang-orang kapal. Oh yah di tempat saya,  gaji crew kapal terendah merupakan gaji tertinggi staf/karyawan biasa. Secara umum hanya sebagain kecil perusahaan seperti di tempat saya  yang mau menggaji crew kapal yang kerjanya ekstra keras dengan segala resiko dengan gaji bagus layaknya bekerja di kapal Eropa atau asing. Jadi menjual BBM di tengah laut merupakan jawaban atas gaji kecil yang mereka dapatkan. Saya tidak menyetujui semua bentuk korupsi tapi tanyakan pada hati nurani anda si pemilik kapal apakah gaji dan kesejahteraan yang anda berika sudah memadai !!! Dan 1 April nanti disaat sebagian besar rakyat berduka dengan naiknya BBM, di keheningan laut  sana para pelaut menikmati fulus yang besar. Sambil melantunkan lagu "sapa bilang pelaut mata keranjang, kapal bastom lapas tali lapas cinta..."mungkin benar lirik lagu itu, pelaut memang mata keranjang, di kapal suka lirik-lirik solar, di darat suka lirik-lirik wanita...hehehehehe salam gambar: twitter.com equatorline.indonetwork.co.id

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun