Mohon tunggu...
Indra Sastrawat
Indra Sastrawat Mohon Tunggu... Administrasi - Wija to Luwu

Alumni Fakultas Ekonomi & Bisnis - UNHAS. Accountant - Financial Planner - Writer - Blogger

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kutitip Badik Untuk Kampung Monas

12 Juli 2012   15:32 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:01 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1342080565128748617

[caption id="attachment_200100" align="aligncenter" width="622" caption="Karnaval besar Mahasiswa unhas menolak kenaikan BBM Maret silam (gambar:www.kompasiana.com)"][/caption] Tiada lagi masa ketika jalanan Jakarta dipenuhi oleh warna-warni jaket almamater dari berbagai kampus di Jakarta. Dengan semangat membara dan tekad khas mahasiswa mereka berteriak dengan lantang tanpa rasa takut. Masa-masa itu mahasiswa Jakarta menjadi panutan gerakan demontrasi mahasiswa di Indonesia, jaman  reformasi melahirkan para mahasiswa yang militan yang tangguh di parlemen jalanan. Jalanan menjadi panggung orasi, panggung tebar pesona ke rakyat, panggung kebanggaan dan pertanggungjawaban moral kepada rakyat. Kini mahasiswa lebih asyik menjadi bagian dari suatu industri televisi. Lebih gampang melihat mahasiswa dalam poles almamaternya tertawa ria bersama pelakon wahid semacam Tukul atau Sule dalam suatu acara televisi. Mereka juga lebih asyik duduk manis sambil menikmati dinginnya ruangan studio TV dalam acara-acara talkshow bagai selebriti dari pada berdiri ditengah terik matahari sambil berteriak lantang. Mahasiswa Jakarta tidak segarang dulu yang harus bersusah payah dihentikan lewat terjangan peluru, bahkan peluru itu tidak mampu menutup suara para mahasiswa. Kampus di Jakarta sekarang lebih ekslusif, ratusan hingga ribuan mobil berjejer padat mengambil sebagian lahan kampus, hingga seringkali membuat rektorat pusing mesti menambah lahan parkirnya. Para lelakinya tidak lagi gondrong, mereka sekarang lebih styles bergaya boyband ala Korea dan wanitanya lebih centil dengan aksen yang sedikit aneh. Mereka lebih pragmatis, berpikir tidak kritis dan cenderung matrealistis. Inilah buah khuldi sistem pendidikan kita yang makin menjauhkan mahasiswa sebagai agen perubahan. Semangat mereka kini tidak setinggi tugu Monas hanya sebatas dada si manis jembatan Ancol. Ufuk Perubahan dari timur Namun tidak untuk mahasiswa Makassar, mereka tetap loyal sebagai bagian terhormat dari rakyat. Setiap kebijakan yang membenahi rakyat mahasiswa Makassar tampil memimpin perlawanan, mereka bagai semut yang disiram oleh minyak, bersama-sama keluar dari sarang melawan penindasan. Maka tidak jarang gerakan mahasiswa Makassar berakhir panas dan anarkis. Jangan berharap banyak kepada mereka mahasiswa Jakarta yang berada di sumber kekuasaan, mereka masih dalam tidur yang panjang dalam mimpi yang gelisah. Memang betul diam adalah bentuk perlawanan seperti yang diajarkan Mahatma Gandhi dalam Ahimsa-nya, tapi gaya diam tidak selamanya cocok dan memang tidak cocok untuk pemimpin sinis di negeri agraris. Saya tidak bermaksud membenarkan tindakan kekerasan dalam demontrasi, tapi lebih menyedihkan melihat mahasiswa lebih asyik di depan TV melihat kezaliman mereka mengutuknya tapi tidak melakukan langkah jitu. Bukankah agama mengajarkan jika melihat kezaliman hendaknya mengubah dengan tangan jika tidak sanggup ubah dengan lisan jika tidak sanggup dengan lisan cukup dengan hati dan itu selemah-lemahnya iman. Mahasiswa bisa mengambil pilihan kedua yaitu mengubah dengan lisan. Nyali anak Makassar bagai ombak dilautan yang menghempas keras ke bibir pantai. Keberanian yang diwarisakan dari pahlawan lokal yang dahulu berani menghunus badik kehadapan kezaliman. Belanda menyebut mereka Haanstjes van Het Oosten atau "ayam Jantan dari benua timur". Maka pilihan menjadi mahasiswa kumal bermandi terik matahari jauh lebih mulia dari pada diam di depan televisi. Dan Jakarta tidak lagi menjadi inspirasi gerakan mahasiswa Indonesia tempatnya bergeser ke timur Indonesia, disebuah pusat bumi Indonesia bermana Makassar. Teruslah bergerak dan kepalkan tanganmu wahai mahasiswa Makassar, lawan para penindas itu. Salam ________________________________ Tulisan ini saya persembahkan untuk Adinda mahasiswa Makassar dan mahasiswa Indonesia yang terus berjuang melawan ketidakadilan dan keserakahan penguasa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun