Mohon tunggu...
Islahuddin Panggabean
Islahuddin Panggabean Mohon Tunggu... -

Seorang Muslim , Pembelajar, Pecinta

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Syarat Menang

20 April 2013   08:18 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:55 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Menang” ialah satu hal yang diperoleh dari sebuah perjuangan. Orang tidaklah mendapatkan kemenangan , kalau dia belum melalui dan mengatasi hambatan dan aral yang merintang yang ditemui di perjalanan.

Berbagai bentuk rintangan antara lain rintangan kebodohan, rintangan nafsu diri yang menjatuhkan derajat sendiri dsb. Rintangan yang mesti dikalahkan demi meraih kemenangan.

Andai tidak punya ‘pegangan, jurus ampuh’ tentulah diri pasti kalah dan tidak tercapai apa yang dimaksud.

Dan ternyata rahasia mendapat kemenangan yakni Keimanan, kepercayaan. Qad aflaha, Pasti. Keimanan yang tidak hanya dalam hati, namun juga merembes pada amal nyata. Iman yang menggelora yang mendorong diri untuk mencukupkan keimanan sebatas pengakuan lidah.

Ada Bukti dan bakti. Bukti yang dilandasi dan diperkuat keimanan. Sehingga Iman dan amal saling menguatkan. Bertambah banyak beramal, bertambah kuat Iman. Bertambah kuat iman, makin lezat dalam beramal.

Ada beberapa ‘syarat’ sebagai bukti Iman juga sebagai syarat kemenangan, pribadi, rumah tangga, masyarakat , bernegeri, dan kemenangan puncak, yakni Syurga Firdaus..

>> Sholat yang Khusyu’ , sholat yang sempurna sebagaiman disyariatkan, hati khusyu’ dalam sholat, sedang badan tenang dan tunduk. Hati yang khusyu’ mengecap nikmatnya bermunajat dengan Rabbnya. Sebagaimana Nabi yang tidak merasakan kenikmatan ternikmat melainkan dari sholat, “Saya dibuat senang kepada minyak wangi dan wanita. Dan penyejuk mataku dijadikan dalam shalat.”

Dan juga perkataannya pada Bilal, “Wahai Bilal! Santaikan diri kami dengan shalat.”

Sedang badan pun tunduk, dari asbabun nuzul ayat 2 surah al-Mukminun, disebutkan bahwa bila Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam shalat, beliau suka memandang ke langit, maka turunlah ayat tersebut sebagai petunjuk orang sholat. Sejak saat itu beliau sholat dengan menundukkan kepala.

Hasan Al-Bashri berkata:

“Mereka khusyu’nya ada dalam hati. Sehingga mata mereka menjadi menunduk dan merendahkan sayapnya (berlaku tawadhu’).”

>>Selanjutnya membenteng pribadi terhadap, laghwi, perkataan dan perbuatan yang tiada berguna untuk dunia dan akhirat. Karena berbuat laghwi ternyata hanya membuat diri tidak khusyu dan menurunkan pandangan orang terhadap harga diri.

>>Dan orang-orang yang keluarkan zakatnya sehingga mereka menyucikan dirinya dan akhlaknya dengan membayar zakat kepada yang berhak menerimanya…

“Dan orang-orang yang menunaikan zakat” (Qs Al-Mukminuun:4)

(Mengenai ayat ini, Ibnu Katsir Rahimahullah berkata: Kebanyakan ulama’ mengatakan zakat yang dimaksudkan pada ayat ini adalah zakat mal. Padahal ayat ini makkiyah. Sementara zakat baru diwajibkan di kota Madinah pada tahun kedua hijrah. Tampaknya zakat yang diwajibkan di kota Madinah adalah zakat yang mempunyai nishab dan ketentuan tertentu. Karena zakat pada dasarnya sudah diwajibkan ketika di Makkah. Allah  berfirman dalam surat Al-An’am padahal ia adalah Makkiyah:

“Dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin).” (QS. Al-An’am: 141)

Tapi bisa juga maksud zakat pada ayat ini adalah zakat jiwa. Yakni mensucikan jiwa dari syirik dan segala kekotoran. Sebagaimana firman Allah :

“Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (QS. Asy-Syams: 9-10)

Juga seperti firmanNya:

“Dan Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang mempersekutukanNya. (Yaitu) orang-orang yang tidak menunaikan zakat.” (QS. Fushshilat: 6-7)

Atau bisa jadi maksudnya adalah kedua penafsiran tersebut. Yaitu menzakati jiwa dan menzakati harta. Seorang mukmin yang sempurna adalah yang melakukan zakat ini dan itu. Allahu a’lam.)

>>Sifat selanjutnya, Orang yang menjaga kemaluannya dari zina, homoseksual dan perbuatan keji lainnya, Selain yang halal baginya.

Begitu pula mesti lah istimna’ dihindari.

Sebagaimana hanya kondisi kedaruratanlah yang membuatnya boleh. (Meskipun ada beberapa ulama yang membolehkannya)

>>Poin selanjutnya, Melaksanakan amanah dan menepati janji, tidak khianat dan ingkar janji.

>>Dan juga orang yang terus senantiasa mendirikan sholat , melaksanakan secara sempurna, dalam segi pelaksanaan dan waktu-waktunya, serta tidak lalai dalam pengerjaannya.

“Beristiqamalah dan kalian tidak akan mampu menghitung pahalanya. Ketahuilah! Sesungguhnya sebaik-baik amal kalian adalah shalat. Dan tidak senantiasa memelihara shalat kecuali seorang mukmin.” (al-Hadist)

Masya Allah

Diriwayatkan bahwa ditanya kepada Ummul Mukminin, bagaimana akhlak Nabi, maka ‘Aisyah radhiallahu ‘anhu menjawab : “Akhlak beliau adalah al-Quran.” kemudian beliau baca ayat-ayat surah al-Mukminun, sejak ayat Qad aflahal Mukminun sampai ayat “dan orang-orang yang memelihara sholatnya”, dan beliau berkata lagi : “Begitulah akhlak Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam.”

Itulah setidaknya beberapa ‘syarat’ kemenangan seorang mukmin demi peroleh ridho-Nya dan mendapat nikmat surga Firdaus…

Sebagaimana kemenangan itu sendiri memerlukan perjuangan, begitu jua lah kala menunaikan ‘syarat’ kemenangan tsb.

Semoga Allah membantu kita untuk taat pada-Nya. Sholat khusyu, jauh dari kesiaan, suci jiwa dan harta, menjaga kemaluan dari keharaman, menunaikan amanah dan perjanjian, serta senantiasa menjaga sholat dengan kesempurnaan…

Aamiin

Wallahu’alam

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun