Saat ini pemerintah sudah mengeluarkan aturan mengenai mobil murah, banyak pro kontra dari masyarakat dan pejabat. Kita simak pro mobil murah yang sudah mengeluarkan pernyataannya : Sofian Wanandi (Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia), Wapres Budiono, MS Hidayat, Hatta Rajasa, Rony Haslim (Dirut BCA) dan semacamnya, perusahaan pembiayaan mobil dan semacamnya dan tentu para produsen mobil dst dst.
Sedangkan kontra mobil murah (penolakan) yang sudah mengeluarkan pernyataannya : Jokowi, Djoko Setijowarno (Pengamat Transportasi dari Universitas UGM), Arif Budimanta (Direktur Eksekutif Megawati Institute), Ridwan Kamil (Walikota Bandung), Ivan Yulianto (Kepala Dinas Perhubungan Kota Tangerang), Ganjar Pranowo  dst dst
IMHO, Tiap orang berhak untuk bisa membeli mobil, apalagi yang biasa naik motor terkena panas dan hujan serta polusi udara langsung, tentunya kita tidak bisa menahan keinginan tersebut, bisa membawa keluarga liburan masuk tol tanpa berdesak-desakan di transportasi umum / massal yang masih sangat tidak layak. Di balik itu, ada ancaman ekonomi yang high cost saat kemacetan parah terjadi baik itu dari sisi waktu, energi dari pemakai secara pribadi maupun dari sisi bisnis.
Saya tidak membahas semua itu, namun efek dibalik adanya mobil murah tsb :
Skenario 1Â Â Â Â Â Â Â :
Mobil murah akan menambah kemacetan karena peningkatan volume kendaraan tidak  sebanding dengan perkembangan infrastruktur jalan, untuk   kota besar seperti Jakarta dan Bandung maka ini akan momok menakutkan. Maka untuk mencegah hal tersebut Pemkot Jakarta berencana akan memberlakukan plat nomor ganjil genap, pajak parkir dan pembelian yang tinggi, Electronic Road Pricing.
Skenario 2Â Â Â Â Â Â Â :
Harga mobil murah tidak sesuai yang dikatakan benar-benar murah, masih diatas Rp. 80,000,000 alias masih 6-8 x lipat dari harga motor, betulkah masyarakat bawah yang akan membeli atau masyarakat menengah atas yang membeli untuk menambah koleksi moda transportasinya.
Skenario 3Â Â Â Â Â Â Â :
Mobil murah karena hemat bbm alias > 20km/liter serta penggunaan komponen DN besar maka dibebaskan dari pajak barang mewah, pemberian insentif untuk LGCC dianggap program pro asing yang akan mematikan mobil merek nasional (MobNas) spt Esemka, Gea, Tawon, Komodo dll. Dengan selisih harga tipis, maka merek asing yg jaringan ATPM service dll sudah luas dan bisa dikredit serta merta akan menghantam MobNas sebelum bangkit alias proyek MobNas dikebiri.
Skenario 4Â Â Â Â Â Â Â :