Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mama Maunya Sama-sama Batak

20 November 2015   19:09 Diperbarui: 20 November 2015   19:09 600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Cerdas. Itu kesan para penguji atas seorang calon staf yang baru saja diuji mereka. Si calon bernama Bobi Purba. Betul, dari namanya sudah ketahuan ia orang Batak. Adi, salah seorang penguji iseng saja bertanya setelah wawancara formal selesai, apakah si Purba sudah punya pacar.  Ternyata sesuai dugaan Adi, Purba memang belum punya pacar.

Dari jawabannya saat diwawancara, Purba lebih terkesan sebagai seorang yang serius atau pemikir ketimbang anak gaul. Ini terlihat dari jawabannya terhadap pertanyaan penguji terkait dampak paket kebijakan ekonomi yang baru dikeluarkan pemerintah bagi dunia usaha secara umum dan terhadap perusahaan tempat Adi berkarir secara khusus.

Tipe pemikir begini cocok untuk di kantor pusat yang memang jobnya kebanyakan bersifat analitis dan membuat kebijakan serta mengevaluasi. Kalo tipe anak gaul yang melewati passing grade akan lebih cocok sebagai staf pemasaran di kantor cabang.

Nah kaitannya dengan "pacar", Adi hanya iseng. Sekadar menguji hipotesis. Bahwa tipe pemikir, waktu kuliah tidak kepikiran mencari pacar. Adi memancing lagi, maunya cari istri orang Batak atau bukan? Jawabannya: "Kata mama kalau bisa sesama Batak dan se-agama, biar lebih gampang dalam beradaptasi".

Yah, meskipun katanya dunia semakin kecil, dan sangat gampang berkomunikasi melalui media sosial, tetap saja ada beberapa orang yang tidak berbakat dalam urusan jodoh. Jadi, meskipun sekolah tinggi, akhirnya menyerahkan urusan ini pada "pilihan mama".

Kalau pilihan mama, jelas kesamaan etnis bisa berlaku mutlak. Bayangkan kalau mamanya si Purba yang tinggal di Pematang Siantar berbesanan dengan orang tua yang tinggal di sebuah kota kecamatan di Kabupaten Kulon Progo, tentu akan banyak hambatan komunikasi. Mungkin bisa pakai bahasa Indonesia, tapi akan terasa kaku.

Akan berbeda halnya dengan anak muda dari etnis manapun yang orang tuanya berdomisili di Jakarta. Resistensinya lebih kecil untuk berbesanan dengan orang dari etnis yang berbeda, terutama yang juga warga ibukota, karena komunuikasinya langsung cair.

Tapi kalau diurut, kriteria se-iman boleh dianggap dianut mayoritas masyarakat kita. Lalu syukur-syukur juga sama etnisnya. Ada banyak seremonial yang lebih pas kalau berjodoh sesama etnis. Tapi ini sama sekali tidak terkait dengan perasaan kurang menghormati etnis lain. Semata-mata hanya untuk kenyamanan berkomunikasi. Antar besan di negara kita harus sering berinteraksi. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun