Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Bos, Tolong Jangan Marahi Anak Buah Melalui Grup WA

28 September 2019   08:09 Diperbarui: 29 September 2019   14:31 1718
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi emosi (shutterstock) | Kompas.com

Saya punya seorang kerabat yang diam-diam telah 3 tahun berhenti secara sepihak dari sebuah kantor cabang pembantu di salah satu bank milik negara. Kantor tersebut berlokasi di Jakarta Barat.

Kenapa saya sebut secara sepihak? Soalnya si kerabat ini, sebut saja namanya Dedi, tak masuk kantor begitu saja. Sampai sekarang tidak jelas proses administrasinya, karena tidak ada surat pemberhentian, dengan hormat ataupun dengan tidak hormat, yang diterimanya.

Lalu kenapa sampai tiga tahun keluarganya tidak tahu bahwa sang kepala keluarga sudah tidak bekerja di kantor lagi? Karena si suami selalu pergi pagi dan pulang malam seperti biasa, padahal ia banting setir jadi pengemudi taksi online memanfaatkan mobil yang selama ini dipakainya ke kantor.

dok. tabloidbintang.com
dok. tabloidbintang.com
Namun akhirnya Dedi terpaksa berterus terang mengatakan hal yang sesungguhnya pada istrinya, sejalan dengan makin turunnya penghasilannya dari pemesanan taksi online.

Istrinya shock, demikian pula kedua orangtua Dedi dan kedua mertuanya di kampung halamannya di Sumatera Barat, yang diberitahu oleh istri Dedi.

Apalagi setelah Dedi bercerita tentang penyebab ia mengambil langkah yang teramat berani itu dan di mata orang lain dinilai sebagai kurang perhitungan, hannya gara-gara percakapan di sebuah grup WhatsApp (WA).

Dari cerita Dedi ke saya, begini kira-kira penjelasannya. Dedi berada dalam sebuah grup WA dengan teman-temannya sesama petugas pemasaran kredit di kantor cabang pembantu tersebut dan ditambah dengan atasannya, mulai dari kepala cabang pembantu, kepala cabang yang menjadi atasannya si kepala cabang pembantu, dan wakil kepala wilayah yang merupakan atasannya si kepala cabang.

Karena si wakil kepala wilayah (selanjutnya ditulis si bos) paling tinggi jabatannya, maka ia menjadikan grup WA tersebur sebagai sarana untuk memantau pekerjaan para petugas kredit agar target yang telah ditetapkan dapat tercapai. 

Nah, di antara teman-temannya pada pertengahan tahun 2016 lalu, Dedi yang paling rendah kinerjanya dalam arti jumlah nasabah baru dan jumlah kredit yang berhasil direalisirnya, paling rendah pencapaiannya dibanding target yang ditetapkan atasannya untuk Dedi secara individu.

Masalahnya, cara si bos memarahinya, dan bahkan mengancam akan memecatnya yang ditulis di grup WA sehingga diketahui semua anggota, betul-betul dianggap Dedi sebagai menampar harga dirinya.

Ketika si bos menulis tak ada tempat bagi karyawan yang pemalas dan masih banyak yang antre mau melamar pekerjaan ke bank itu, Dedi tidak tahan lagi dan membalas degan menulis: "Bos, saya tunggu surat pemecatan terhadap diri saya."

Lalu setelah itu Dedi tidak lagi masuk kantor. Padahal surat pemecatan yang ditunggu-tunggunya tak kunjung datang. Malah si bos setelah ditantang seperti itu tak muncul lagi tulisannya di grup WA.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun