Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Bukan Hanya Plastik, Konsumsi Tisu Juga Perlu Ditekan

18 September 2019   09:09 Diperbarui: 18 September 2019   10:58 751
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi penggunaan tisu| Sumber: Thinkstockphotos

Saya sekeluarga mungkin termasuk pengguna tisu yang boros. Sengaja saya pakai kata "mungkin" karena saya belum tahu standar pemakaian tisu yang wajar dan saya juga tidak tahu banyaknya konsumsi tisu di keluarga lain sebagai pembanding.

Yang pasti tisu dalam kemasan 1.000 gram telah habis dalam waktu sekitar 3 minggu di rumah saya. Saya memastikan bahwa di rumah saya yang paling boros adalah anak tertua saya. Sedangkan saya, istri, anak kedua, dan ketiga saya, relatif tidak berlebihan dalam menggunakan tisu.

Anak tertua saya ini diperkirakan menghabiskan 30 lembar tisu setiap hari. Jadi boleh dikatakan aktivitas kesehariannya cukup banyak bergantung pada kertas tipis itu. 

Mulai dari membersihkan debu di lensa kacamata, membersihkan layar hape, melap piring dan sendok yang masih sedikit basah, tempat menaruh kacang yang akan dimakannya sebagai cemilan, melap mulut botol kecap atau madu, membersihkan jari tangan yang belepotan sehabis membuka sambal dalam kemasan, dan sebagainya.

Belum lagi anak tertua saya tersebut gampang terkena pilek. Kalau pileknya kambuh, konsumsi tisunya berlipat dua atau tiga. Padahal kalau saya pilek, lebih suka membuang ingus di wastafel atau di kamar mandi. Atau kalau sangat terpaksa, saya menggunakan saputangan yang selalu standby di saku saya.

Saputangan, masih kenalkah anak-anak sekarang dengan kain kecil multifungsi itu? Puluhan tahun lalu sebelum tisu gampang didapat, saputangan adalah benda yang wajib ada.

Bahkan anak perempuan yang di zaman dulu punya koleksi saputangan, sekarang juga lebih memilih membawa sekotak kecil tisu dalam tasnya. Dulu konon kalau seorang gadis mau memberikan saputangannya yang wangi kepada seorang anak bujang, itu pertanda si cewek menaruh hati.

Untung saja anak tertua saya di atas adalah seorang cowok. Kalau saja ia cewek, tentu akan lebih boros lagi dalam memakai tisu. Tisu sangat penting untuk membersihkan wajah sebelum memakai kosmetik bagi cewek.

Ilustrasi tisu| Dokumentasi: bobo.grid.id
Ilustrasi tisu| Dokumentasi: bobo.grid.id
Penggunaan tisu yang boros juga sangat terasa di kantor-kantor. Di mana-mana ada tisu, seperti di meja kerja, di ruang tamu, ruang rapat, di pantry, sampai di toilet.

Kalau lagi rapat selalu ada makanan, paling tidak, ada kue dan teh atau kopi. Dan itu berarti tisu mutlak perlu. Sama dengan di restoran, tisu adalah fasilitas yang wajib tersedia. Urusan ke belakang, maksudnya ke toilet, tak kan tuntas atau bahkan bisa urung dilakukan bila tak ada tisu.

Sehabis mencuci tangan seolah wajib dikeringkan pakai tisu, walaupun sudah pakai mesin pengering. Padahal dulu dengan bertepuk tangan beberapa kali, juga akan kering sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun