Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Ketika Euforia Naik MRT Mulai Menyurut

22 Juli 2019   11:07 Diperbarui: 22 Juli 2019   11:21 604
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah beberapa bulan Moda Raya Terpadu (MRT) atau mass rapid transit beroperasi di ibu kota, sesuatu yang dulu rasanya seolah tak mungkin terwujud. Lumrah bila pada awalnya disambut dengan euforia oleh warga Jakarta.

Kehebohan memperlakukan stasuin MRT seperti berkunjung ke objek wisata, tak terelakkan lagi. Ada keluarga yang mengggelar tikar dan makan bersama di peron stasiun. Tingkah polah para penumpang yang berfoto selfie di dalam gerbong MRT pun jadi pemandangan biasa. 

Lalu ketika kereta menyumbul ke atas tanah dari sebelumnya melaju kencang di bawah tanah, atau sebaliknya, dari melayang di atas jalan raya kemudian menukik ke bawah tanah, akan disambut sorakan meriah para penumpang.

Stasiun Bundaran HI (dok pribadi)
Stasiun Bundaran HI (dok pribadi)
Perilaku seperti itu mungkin dinilai norak oleh mereka yang terbiasa naik MRT di luar negeri. Namun sebetulnya bisa dimaklumi mengingat di mana-mana yang namanya "mainan" baru pasti butuh waktu penyesuaian agar masyarakat bersikap sesuai yang diharapkan.

Tapi sekarang situasinya sudah mulai normal. Kalaupun baru-baru ini MRT jadi objek pemberitaan media massa, itu karena mendapat kehormatan terpilih menjadi tempat pertemuan dua negarawan Jokowi dan Prabowo sebagai momentum rekonsiliasi.

Nah, dalam kondisi euforia yang mulai surut tersebutlah, akhirnya saya berkesempatan juga menjajal moda transportasi yang telah memakan anggaran demikian mahal itu, tapi sebanding dengan kebanggaan menjadikan Jakarta sejajar dengan kota-kota utama dunia.

Stasiun Blok M (dok pribadi)
Stasiun Blok M (dok pribadi)
Ceritanya saya kedatangan keluarga adik saya dari Pekanbaru, Riau, yang ada keperluan beberapa hari di Jakarta. Begitu ada waktu luang di Sabtu sore (20/7/2019) ketika saya tawarkan mau diajak main kemana, eh jawabnya ingin mencoba naik MRT. Kebetulan saya juga belum pernah, maka langsung saja saya tindak lanjuti dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.

Kami memulainya dari Stasiun Bundaran Hotel Indonesia (HI). Menuruni sekian banyak anak tangga bagi saya yang tak lagi muda, harus saya lakukan dengan pelan-pelan. Tak ada escalator yang langsung dari mulut stasiun, meskipun nantinya di beberapa tempat saya menemukan dan menggunakannya.

Ada dua pilihan dalam membeli tiket, lewat loket dan lewat mesin yang dioperasikan secara mandiri oleh pelanggan. Saya memilih lewat loket meskipun mengantre cukup panjang.

Petugas loket tampaknya kurang cekatan sehingga satu orang butuh waktu 2 sampai 4 menit untuk bisa mendapatkan kartu yang telah diisi saldo sesuai tarif ke stasiun tujuan.

Antre di loket (dok pribadi)
Antre di loket (dok pribadi)
Kami memilih tujuan ke Stasiun Blok M dengan tarif Rp 8.000 ditampah biaya kartu Rp 15.000 yang dapat diuangkan kembali di loket stasiun tujuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun