Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Kasus Error Bank Mandiri, Jangan Abaikan Quality Assurance

23 Juli 2019   09:08 Diperbarui: 23 Juli 2019   09:17 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Quality assurance (QA) atau bisa diterjemahkan secara bebas sebagai kegiatan dalam memastikan suatu pekerjaan telah dilaksanakan sesuai dengan standar operasional tanpa ada penyimpangan, sangatlah penting.

Hanya saja biasanya untuk pekerjaan yang bersifat rutin, apalagi bila frekuensinya bersifat harian, petugas yang terlibat dalam pekerjaan tersebut, termasuk pengawasnya, mulai berkurang kewaspadaannya. 

Toh setiap hari selama bertahun-tahun semuanya beres, tak ada masalah. Padahal QA tersebut meskipun mungkin membosankan tetap harus dilakukan dan secara periodik di-maintain.

Nah, mungkin kondisi seperti di ataslah yang baru saja terjadi di Bank Mandiri. Ini baru kemungkinan karena tentu tak semuanya diungkap oleh manajemen bank pelat merah itu terkait kasus yang bikin resah jutaan nasabahnya Sabtu (20/7/2019) lalu, ketika saldo tabungan mereka berubah secara tidak wajar.

Media massa lebih suka menggunakan kalimat "Bank Mandiri mengalami error". Tapi memang relatif sulit mengelaborasi error apa yang dimaksud, selain meraba-raba dari keterangan Corporate Secretary Bank Mandiri, Rohan Hafas, saat jumpa pers terkait insiden tersebut. 

Kompas.id (21/7/2019) mencoba menyederhanakannya dengan menulis sebagai berikut: "Setiap dini hari, data transaksi nasabah di kantor cabang seluruh Indonesia yang dilakukan pada hari sebelumnya disalin. Setelah itu, data ditransfer untuk direkap ke dalam sistem inti di kantor pusat".

Karena proses penyalinan dan transfer data dilakukan secara sistem, boleh jadi dalam tahapannya ada batch tertentu yang "kesenggol" sehingga mengacu pada pernyataan Rohan Hafas hanya 10 persen nasabah yang tabungannya mengalami perubahan saldo secara tidak wajar. 

Tapi sesungguhnya yang terdampak adalah semua nasabah karena selama beberapa jam perangkat yang biasa digunakan nasabah untuk bertransaksi seperti mesin ATM atau transaksi melalui gadget, dihentikan oleh pihak bank.

Permasalahan IT memang terlalu teknis untuk diketahui orang-orang non-IT, bahkan termasuk bos-bos. Makanya jangan heran para petinggi bank pun yang nota bene kebanyakan tidak berlatar belakang IT, banyak yang manggut-manggut saja bila dijelasi permasalahan IT oleh orang-orang dari divisi IT.

Sebaliknya orang IT sering memakai kacamata kuda dan berbicara dalam bahasa teknis, kurang paham dampaknya secara bisnis atas langkah yang diambilnya. Pun kurang paham pula dampaknya terhadap laporan keuangan yang meresahkan bagian akuntansi.

Celakanya, jika di sebuah perusahaan, bagian akuntansinya dipenuhi oleh para akuntan senior yang saat kuliah hanya belajar akuntansi  secara manual, akan kelabakan menghadapi proses akuntansi yang menggunakan aplikasi canggih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun