Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Jantung Hati dan Permata Hati yang Bertebaran di Media Sosial

30 Mei 2018   08:34 Diperbarui: 30 Mei 2018   08:50 672
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seorang kerabat saya menulis kalimat puitis yang berbunga-bunga di akun facebook (FB)-nya. Rupanya di hari itu istrinya berulang tahun. Kalimat yang ditulisnya lumayan panjang. Namun pada intinya merupakan ungkapan rasa bahagianya dalam menjalani kehidupan, bisa didampingi sang istri tercinta, yang di FB ditulisnya sebagai "jantung hati dan permata hati".

Maka di hari yang bersejarah buat istrinya tersebut, si suami bermaksud memberi kejutan dengan kalimat mesra penuh sanjungan. Cuma karena saya sering bertemu dan mengamati pasangan tersebut, merasa heran saja, kok si suami yang dalam kehidupan sehari-hari begitu pendiam, relatif kaku dalam berkomunikasi, bahkan termasuk saat bersama istrinya kalau di depan orang lain, kenapa begitu berbeda dalam berkomunikasi melalui FB.

Oke, anggap saja si suami menyomot kalimat tersebut dari akun orang lain. Namun tetap saja saya melihat tidak matching dengan pola komunikasi lisan yang biasa dilakukannya. Kenapa ia tidak mencari kalimat yang lebih pas dengan gaya kesehariannya?

Mungkin saya tidak tahu, walaupun di depan orang lain si suami bersikap pendiam, tapi siapa tahu kalau lagi berdua saja dengan si istri, ia bisa lancar berpuisi. Tapi hal ini mengundang pertanyaan saya berikutnya, kalau begitu kenapa ia memilih FB sebagai media menyampaikan perasaannya? Bukankah lebih baik secara langsung saja, toh ia sehari-hari tinggal bersama.

Nah, ini dia masalahnya. Sepertinya ia dengan sengaja memberi tahu orang lain, khususnya teman-teman FB-nya, bahwa hari itu adalah hari spesial buat sang istri tercinta, dan ia akan tunjukkan kepada teman-temannya bahwa ia adalah seorang suami yang penuh perhatian. Jadi kalau ada yang menilainya sebagai orang yang pendiam, itu keliru.

Hanya dengan FB atau media sosial lainnya hal seperti itu cepat sekali menyebar. Dan lihat, tak lama setelah itu, puluhan, bahkan ratusan teman lain mengucapkan selamat ulang tahun pada si istri dan menyukai apa yang dituliskan oleh si suami, serta diikuti oleh banyak sekali doa dari teman-temannya untuk kebahagiaan mereka bedua. 

Maka jangan heran, medsos penuh dengan hal-hal seperti itu. Seorang ibu mengucapkan ulang tahun kepada anaknya beserta harapannya untuk masa depan si anak melalui medsos, padahal waktu ketemu langsung, kalimat mutiara itu tidak terucapkan. 

Demikian pula saat si anak diterima kuliah di perguruan tinggi terkenal, diwisuda, dapat pekerjaan, melangsungkan pernikahan, dapat momongan, dan momen lainnya, orang tua "wajib" menuliskannya di medsos, agar berita gembira ini juga diketahui handai tolan, karib kerabat, lalu doa-doa mereka akan dipanjatkan kepada Sang Pencipta. Bukankah semakin banyak yang mendoakan, harapan terkabulkannya doa tersebut akan semakin besar?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun