Mohon tunggu...
Vinofiyo
Vinofiyo Mohon Tunggu... Lainnya - Buruh negara

Pria

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Air Tebu Tradisional Aceh

28 April 2020   08:30 Diperbarui: 28 April 2020   08:43 522
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: lintasatjeh.com

Saat cuaca terik siang hari yang menimbulkan dahaga seolah seluruh cairan di tubuh habis keluar lewat keringat, maka segelas minuman segar dan manis pasti akan terlintas di kepala. Tak terkecuali juga saat berpuasa, di mana dari pagi sampai sore tubuh berhenti memperoleh konsumsi cairan, maka segelas minuman akan sangat terasa nikmat saat berbuka. Salah satu minuman manis dan menyegarkan adalah air perasan tebu atau biasa disebut air tebu.

Air tebu adalah minuman tradisional yang cukup digemari masyarakat. Selain harganya yang murah, hanya Rp. 5000,- per gelas/bungkus, mencarinya juga tidak susah. Banyak yang menjajakannya di pinggir jalan dan kadang di satu tempat mereka berjejeran. Kita tinggal pilih gerobak atau lapak mana yang ingin disinggahi.

Pengolahan air tebu tidaklah sulit, apalagi sekarang mesin pengolahnya gampang didapatkan. Dari situs jual beli online harganya berkisar antara 1 sampai 2 juta rupiah. Penjual hanya perlu memasukkan potongan tebu dan mesin akan memerahnya dengan tuntas dan pemiliknya tak perlu mengeluarkan tenaga. 

Selain yang modern, ada juga alat peras tebu tradisional yang menggunakan kayu meski jumlahnya tidak banyak. Alatnya bisa dibuat sendiri dan penggeraknya bukan listrik atau BBM tetapi cukup tenaga penjualnya.

Pertama kali berpuasa di Aceh tepatnya di Kota Langsa pada tahun 2006, saat berkeliling mencari takjil untuk berbuka, saya melihat banyak penjual air tebu. Meski di kota asal saya sebelumnya juga banyak penjaja air tebu, namun ada perbedaannya. 

Sebelumnya saya hanya mengetahui alat peras yang modern, mulai dari model lama yang menggunakan rol yang lumayan besar hingga jenis paling mutakhir yang ukurannya kecil dan gampang dibawa kemana-mana. 

Menurut teman saya, kalau di Aceh para penjaja tebu masih menggunakan alat peras tradisional. Air tebu didapatkan dengan cara menjepit potongan tebu diatas landasan kayu dengan menggunakan tuas yang dimasukkan ke dalam rongga yang terdapat pada tiang kayu. 

Ada yang menggunakan tangan untuk menekan kayu penjepit, namun ada juga yang menyambung kayu penjepit dengan seutas tali yang diikatkan lagi pada tuas yang dapat diinjak dengan kaki. Gunanya diinjak dengan kaki adalah supaya tidak terlalu menguras banyak tenaga, terlebih pada saat bulan puasa.

Rasa penasaran membuat saya membeli sebungkus untuk berbuka puasa. Saat sirine (bukan bedug) berbunyi air tebu jadi pembuka puasa dan rasanya berbeda. Lebih manis dan lebih segar dari tebu perasan mesin yang dulu biasa saya beli.

Saat kembali membeli, saya perhatikan proses pengolahannya dari awal. Kalau pada alat peras modern tebu langsung masuk ke mesin, maka pada alat tradisional tebu harus dikuliti dahulu sampai bersih sehingga hanya menyisakan isi batang tebu. Seperti kalau kita menggigit tebu maka pasti kulitnya dibuang dahulu, begitu juga dengan alat peras tradisional. Karena itu air tebu yang didapat lebih murni dan lebih bersih karena tak mungkin alat tradisional sanggup menggilas tebu beserta kulitnya.

Namun sayangnya, dari tahun ke tahun saya semakin sulit mendapatkannya. Rata-rata penjual sudah beralih ke alat peras modern. Tinggallah satu atau dua penjaja yang masih setia bertahan dengan alat tradisionalnya. Entah karena setia menjaga rasa atau karena tidak punya modal untuk membeli mesin. Kadang saya menyetir sampai ke luar kota untuk mencarinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun