Mohon tunggu...
Wahyu Irvan
Wahyu Irvan Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Syaikhunaa Dan Yaa Lal Wathon

17 Mei 2017   20:06 Diperbarui: 17 Mei 2017   20:21 516
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya kenal syaikhunaa sejak menginjak bangku pendidikan menengah atas, madrasah tsanawiyah. Kala itu selain sekolah, kami juga menimba ilmu di pondok pesantren kecil, pondok pesantren yang bahkan tidak ada plang namanya, tetapi menyimpan berjuta mutiara hikmah dan ilmu, Al-Amin namaya. Dari waktu ke waktu pesantren ini hanya menerima sedikit santri, alasan beliau agar santri dapat lebih diopeni mengingat keterbatasan manusia, begitu dawuh beliau. Bicara soal nasionalisme dan melawan radikalisme yang sedang menjadi trend akhir-akhir ini, jangan ditanya tentang komitmen beliau terhadap masyarakat dan bangsa. Pernah dulu ketika beliau masih muda, sepulang dari pondok pesantren Lirboyo, beliau menyatroni kebiasaan judi, mabuk dan sejenisnya yang masih marak di masyarakat.

Pilih endi? Prei opo tak preini?” tutur beliau mengisahkan di sela-sela ngaji.

Ada juga kasus rebutan warisan, sengketa antarsaudara, kenakalan remaja dan sebagainya, beliau berperan aktif mencarikan solusi permasalahan masyarakat tanpa menimbulkan permasalahan baru. Intinya sejak dalam kandungan hingga manusia di dalam kubur, beliau berusaha terus memberikan manfaat. Hal-hal tersebut juga tidak kemudian meninggalkan fokus beliau di pondok pesantren, mengaji dan merawat santri, calon pemimpin bangsa dan negara.

Lalu di jam’iyyah Nahdlatul Ulama bagaimana?

Beliau lebih suka di balik layar, namun bukan berarti beliau tidak berminat pada jam’iyyah Islam yang rahmatan lil ‘aalamiin ini. Beliau tetap aktif di kegiatan-kegiatan NU, acara-acara Islam, kemasyarakatan dan sosial kemanusiaan.

Terakhir satu hal yang membuat saya tertarik menulis dengan judul ini adalah acara kemarin, muwadda’ah (perpisahan) di MA Al Hidayah Termas Baron Nganjuk. Pada awalnya acara berjalan sesuai lazimnya. Sesi ke sesi seperti tahun-tahun sebelumnya. Paduan suara menyanyikan lagu bertema jasa guru dan madrasah layaknya acara perpisahan di tempat lain. Hanya saja setelah para tamu pulang, paduan suara menyanyikan lagu tambahan yang sedang hits, syubbaanul wathon. Baru musik intro dibunyikan, serentak beliau bertiga, syaikhunaa pengasuh pondok pesantren Al-Amin, pengasuh pondok pesantren Al-Hidayah dan kepala MA Al Hidayah naik ke atas aula, dengan lantang mengepalkan tangan dan mengomando lagu yaa lal wathon itu, mengajak para murid untuk mengepalkan tangan dan bersemangat menggelorakan bela negara. Bahkan syaikhunaa kemudian mengambil mikrofon dari pembawa acara dan memimpin semua murid menyanyikan lagu gubahan Mbah Kiai Wahab itu. Kadang saya bertanya: setebal apa kecintaan mereka untuk agama dan negara?

Runtuh semua atribut kepangkatan dan jabatan yang melekat, semua luruh untuk kejayaan agama, kemajuan bangsa dan kemaslahatan masyarakat. Benar dawuh para Kiai, Hubbul Wathoon Minal Iman. Teruntuk beliau, al-Faatihah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun