Mohon tunggu...
Munirul Ichwan
Munirul Ichwan Mohon Tunggu... Insinyur - Karyawan sebuah PLTU

Pembelajar yang tak kunjung pandai

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kesempurnaan Manusia

14 Februari 2012   13:40 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:39 5168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Sudah sering kita dengar ungkapan yang menyatakan bahwa manusia adalah makhluk yang paling sempurna. Kesempurnaan itu berlaku baik jika dibandingkan dengan makhluk di alam nyata, maupun makhluk yang berada di alam ghaib. Namun, keunggulan macam apakah yang dimiliki oleh manusia sehingga dinobatkan sebagai ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Menurut kisah penciptaan Nabi Adam, yang merupakan bapak umat manusia, yang tercantum dalam Al-Qur’an disebutkan secara implisit bahwa manusia merupakan makhluk paling yunior jika dibandingkandengan iblis maupun malaikat. Sehingga dari sudut pandang senioritas ini, kita belum bisa melihat letak keunggulan manusia dibandingkan dengan iblis dan malaikat yang telah terlebih dahulu diciptakan. Selain itu, asal usul diciptakannya manusia dari tanah liat juga tidak bisa menjadi dalih keunggulan manusia. Karena secara sederhana dapat kita lihat bahwa semestinya iblis dan malaikat lebih tinggi kedudukannya dibanding manusia karena telah diciptakan dari api dan cahaya.

Dari sini dapat kita simpulkan bahwa kesempurnaan manusia tidak terleak pada rentang waktu maupun asal usul penciptaan. Karena sebagaimana telah disebutkan, dari sudut pandang ini jelas iblis dan malaikat bisa lebih unggul dibandingkan dengan manusia. Lalu dimanakah sesungguhnya letak keunggulan manusia? Dan parameter apakah yangmembuat manusia dikatakan sebagai makhluk yang sempurna?

Menurut pandangan Ali Syari’ati dalam sebuah bukunya yang telah dialihbahasakan oleh M. Amien Rais, setidaknya ada tiga hal yang menjadi keunggulan dan juga sebagai parameter kesempurnaan manusia sebagai makhluk Tuhan. Yang pertama adalah intelektualitas atau penguasaan terhadap ilmu pengetahuan. Sebagaimana telah disebutkan di dalam Al-Qur’an, setelah menciptakan Nabi Adam, Tuhan mengajarkan padanya nama-nama.Banyak sekali penafsiran tentang apakah yang demaksud dengan ‘nama-nama’ tersebut. Masing-masing orang mengajukan pemahamannya sendiri sesuai dengan cara berpikir dan pandangannya. Namun, apapun jawaban yang betul, tidak ada sedikitpun keraguan untuk mengatakan bahwa hal tersebut berhubungan erat dengan apa yang sekarang disebut ilmu pengetahuan atau sains. Jadi, bisa dikatakan bahwa Tuhan lah guru pertama bagi umat manusia, yang mengajarkan nama-nama sehingga membuat manusia dapat menyebutkan nama dari segala sesuatu dengan tepat. Dalalam hal ini, superioritas manusia di atas para manusia dijelaskan secara gamblang dalam Al-Qur’an, bahwa saat itu Tuhan menguji para malaikat untuk menyebutkan nama-nama, tetapi mereka tidak mengetahui, sedangkan adam mampu menyebutkan semuanya dengan tepat. Lalu kemudian Tuhan memerintahkan seluruh malaikat untuk bersujud di hadapan Adam. Hal ini membuktikan bahwa salah satu letak keunggulan manusia daripada malaikat adalah pada ilmu pengetahuan dan daya intelektualitasnya. Sehingga segala bentuk pengekangan terhadap kemajuan ilmu pengetahuan ataupun pemikiran berarti telah menjatuhkan martabat manusia sebagai makhluk yang unggul. Untuk itu tidak dibenarkan untuk menghambat kemajuan ilmu pengetahuan dan pemikiran manusia dengan cara apapun, apalagi dengan menggunakan dogma-dogma agama yang konservatif. Kekawatiran para pemuka agama yang konservatif akan bahaya ilmu pengetahuan dan pemikiran terhadap eksistensi Tuhan bisa dikatakan sangat tidak tepat. Bagaimana mungkin ilmu pengetahuan dan pemikiran yang dikuasai oleh manusia bisa membunuh Tuhan? Bukankah Tuhan sendiri yang bertindak yang telah mengajarkan nama-nama kepada manusia setelah diciptakan? Dan sejarah telah mambuktikan bahwa ilmu pengetahuan dan pemikiran telah menjadi modal utama bagi umat manusia untuk bisa survive di alam yang ganas ini. Tidak sampai disitu saja, manusia bahkan mampu menciptakan berbagai macam peradaban yang mengagumkan sampai dengan saat ini.

Yang kedua, keunggulan manusia yang tidak dimiliki oleh ciptaan Tuhan yang lain adalah amanah. Sebagaimana telah diketahui, hanya manusia sajalah, diantara seluruh makhluk yang ada di alam semesta, yang mampu menjadi pemegang dan pengemban amanat Tuhan. Ketika Tuhan menawarkan kepada langit, bumi, gunung, lautan, flora, fauna, dan semua makhluk yang ada di jagad raya, maka hanya manusia lah yang secara sukarela mau mengemban amanat tersebut dengan segala keberanian dan kebijaksanaannya. Demikianlah manusia tidak saja bertindak sebagai khalifah, melainkan juga sebagai pengemban amanat Tuhan di muka bumi. Dalam perspektif Ali Syari’ati, yang diilhami juga oleh pendapat Jalaludin Rumi, amanat ini diartikan sebagai kehendak bebas (free will) manusia. Jadi bisa dikatakan bahwa kehendak bebas ini merupakan salah satu komponen yang menunjukkan kesempurnaan dan superioritas manusia. Manusia memiliki hak untuk melakukan apapun tanpa bisa dibatasi oleh siapapun, karena sebagai pemegang amanat nantinya manusia tentunya akan bertanggung jawab terhadap Sang Pemberi amanat. Bisa dikatakan bahwa kehendak bebas merupakan konsekuensi logis dari pemberian amanat, karena bagaimana mungkin Tuhan akan meminta pertanggung jawaban di akhirat jika manusia tidak diberi kebebasan. Untuk itu, tidak dibenarkan dengan dalih apapun untuk merampas kehendak bebas atau kemerdekaan orang lain karena hal itu berarti juga telah menghilangkan sifat kesempurnaan manusia. Bahkan Nabi Muhammad diutus hanya sebagai pemberi peringatan dan bukan sebagai orang yang berkuasa atas keimanan seseorang.

Kemudian yeng ketiga, keutamaan manusia yang paling menonjol dari manusia, yang menandai superioritasnya atas ciptaan Tuah yang lain adalah kekuatan kemauan dan iradahnya. Manusia adalah satu-satunya makhluk yang dapat bertindak melawan instingnya. Hal ini tidak mungkin dapat dilakukan oleh tumbuhan, hewan, bahkan malaikat sekalipun. Sebagai contoh, hewan buas tidak mungkin memiliki kemauan untuk berpuasa, tumbuhan tidak dapat berkomplot untuk melakukan keahatan, juga malaikat yang hanya melakukan apa yang diperintahkan oleh Tuhan dengan taat setaat-taatnya. Dan hanya manusialah satu-satunya ciptaan Tuhan yang mampu bertindak menentang apa yang baik dan utama. Demikian manusia bisa menjadi makhluk yang memiliki pilihan untuk bertindak baik maupun buruk, menjadi seperti malaikat yang taat ataupun seperti iblis yang membangkang. Pilihan inilah yang yang tidak dimiliki oleh makhluk lain, dan oleh karena itu menjadi sifat terpenting yang dan menjadi penghubung kedekatannya dengan Tuhannya.

Ketiga hal tersebut sudah selayaknya terintegrasi secara utuh jika ingin menjadi manusia yang sebenar-benarnya. Kehilangan salah satunya menjadikan kesempurnaan kita sebagai manusia patut untuk dipertanyakan. Tanpa ilmu pengetahuan dan kemampuan berpikir, manusia tak ada bedanya dengan hewan ataupun tumbuhan yang hidup hanya berdasarkan dorongan insting. Hal ini selaras dengan ungkapan para filosof dan ahli logika bahwa manusia adalah hewan yang berpikir. Begitu juga dengan kehendak bebas yang identik dengan kemerdekaan individu. Kehilangan kemerdekaan individu merupakan bencana. Jika kebebasan manusia untuk berbicara, berserikat, maupun beragama dikekang oleh penguasa yang tiran, maka baik yang terkekang maupun si pemekang akan kehilangan kesempuraannya sebagai manusia. Kemudian yang paling manunjukkan kemuliaan manusia adalah kekuatan kemauan dan iradahnya yang tidak dimiliki oleh malaikat sekalipun. Tidak seperti hewan yang dibekali dengan insting dan malaikat yang dibekali dengan ketaatan, manusia dibekali oleh Tuhan dengan akal dan hawa nafsu. Keduanya saling berkolaborasi dan bertempur dalam diri manusia, yang akan menentukan apakah dia layak menempati posisi yang lebih mulia dari malaikat, atau justru akan mendapat kutukan sebagai makhluk yang telah menyia-nyiakan amanat dari penciptanya

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun