Mohon tunggu...
Irmina Gultom
Irmina Gultom Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker

Pharmacy and Health, Books, Travel, Cultures | Author of What You Need to Know for Being Pharmacy Student (Elex Media Komputindo, 2021) | Best in Specific Interest Nominee 2021 | UTA 45 Jakarta | IG: irmina_gultom

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Merapi Lava Tour, Pariwisata yang Lahir dari Bencana

3 Juli 2017   13:21 Diperbarui: 3 Juli 2017   21:42 3647
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gunung Merapi (Sumber: gobororbudur.com)

Bencana membawa berkah. Setidaknya itulah yang pertama kali terlintas di pikiran saya ketika menginjak kembali kawasan lereng Gunung Merapi setelah enam tahun berlalu sejak erupsi dahsyat di bulan November 2010.

Saat itu menjelang pergantian tahun 2010, saya dan keluarga berwisata ke Yogyakarta dan menyempatkan diri berkunjung ke lereng Merapi untuk melihat seperti apa dampak yang ditimbulkan oleh muntahan awan panas Merapi. Sepanjang jalan di kawasan lereng, yang terlihat hanyalah sisa-sisa pepohonan dan bangunan-bangunan yang menghitam karena hangus terbakar. Benar-benar seperti kota mati. Seakan-akan telah terjadi kebakaran hebat nan luas di daerah itu. Bahkan orang-orang yang datang ke sana pun hanya diperbolehkan sampai ke tempat tertentu karena masih ada beberapa titik yang dianggap berbahaya.

Minggu lalu, saya kembali berkesempatan berpelesir ke Yogyakarta di tengah kepadatan pemudik. Dan saya kembali mengunjungi lereng Merapi untuk mencoba wisata yang masih tergolong baru, yaitu Merapi Lava Tour. Di sepanjang jalan, pemandangan yang terlihat benar-benar berbeda dengan enam tahun yang lalu. Kalau saat itu semuanya tampak gosong, kini semua sudah berubah menjadi hutan lebat yang hijau dan subur. Meski jumlah penduduk yang tinggal di sana sudah banyak berkurang setelah direlokasi.

Setelah beberapa kali mendengar cerita dari teman-teman saya yang sudah mencoba keseruan tur ini, saya jadi tergoda untuk mencoba. Naik jeep menyusuri jalan-jalan lereng Merapi yang dipenuhi bebatuan sisa-sisa lava vulkanik? Kedengarannya keren.

Antrian Jeep di Lereng Gunung Merapi (DokPri)
Antrian Jeep di Lereng Gunung Merapi (DokPri)
Saya dan keluarga berangkat pagi-pagi menuju kawasan wisata Merapi mengingat kondisi lalu lintas yang macet karena banyaknya orang yang berwisata ke Yogyakarta. Dan memang, menurut saya waktu terbaik berkunjung ke sana adalah pagi hari, saat belum terlalu banyak pengunjung yang datang.

Setelah memasuki kawasan wisata, ada banyak agen jeep di sepanjang jalan yang menawarkan paket Merapi Lava Tour. Anda tinggal memilih mana yang kira-kira tidak terlalu ramai pengunjung.

Paket wisata merapi umumnya dibagi menjadi tiga kategori, paket Short Route (1,5 jam tur) dengan kisaran harga Rp 300.000 - 350.000, paket Medium Route (2,5 jam tur) dengan kisaran harga Rp 400.000 - 450.000, dan paket Long Route (3 jam tur) dengan kisaran harga Rp 500.000 - 550.000. Tarif tersebut mungkin berbeda di beberapa agen. Selain itu ada juga paket Sunrise Route yang dimulai pukul 4.30 pagi dan tentunya dengan tarif lebih mahal dari ketiga paket lainnya.

Karena waktu yang terbatas, kami memilih paket Short Route. Paket ini termasuk mengunjungi tiga spot perhentian yaitu Bunker Kaliadem, Batu Alien dan Museum Sisa Hartaku. Namun yang paling mengesankan selama tur ini justru perjalanannya. Jeep yang bisa diisi maksimal 4-5 penumpang ini akan menyusuri jalan-jalan rusak dan penuh batu tanpa ampun sehingga kita akan terlempar kesana-kemari. Jika Anda benar-benar ingin merasakan terombang-ambing di bebatuan vulkanik, Anda bisa mencoba Long Route, karena paket tersebut akan melewati sungai-sungai yang setengah kering, tempat mengalirnya lava Merapi.

Pintu masuk Bunker Kaliadem, tempat perlindungan para pengungsi letusan Merapi yang tidak sempat dievakuasi (DokPri)
Pintu masuk Bunker Kaliadem, tempat perlindungan para pengungsi letusan Merapi yang tidak sempat dievakuasi (DokPri)
Menurut driver sekaligus tour guide kami, dulu jalan-jalan di sekitar desa sangat mulus dan beraspal. Ada sekitar 155 kepala keluarga yang tinggal dan mencari nafkah di sana.

Kini setelah erupsi dahsyat itu, sudah tidak ada penduduk yang tinggal karena sudah direlokasi. Jalan-jalan pun sengaja tidak diperbaiki dan dibiarkan alami untuk mendukung wisata tur lereng Merapi. Wisata ini sepenuhnya dikelola oleh masyarakat setempat. Mereka bahkan mendatangkan jeep-jeep bekas zaman perang baik dari dalam maupun luar negri yang memang tahan banting untuk melalui medan ekstrem.

Jadi kalau Anda berencana pelesiran ke Yogyakarta, selain mengunjungi candi-candi dan pantai yang Indah di sana, jangan lupa mampir ke Merapi untuk memacu adrenalin. Dijamin roller coaster di Jakarta kalah! Hihihihi

Dulu ketika bencana erupsi melanda, banyak kesedihan, penderitaan dan kehilangan yang dialami masyarakat setempat. Tapi dalam waktu hampir tujuh tahun, mereka pulih sepenuhnya. Bahkan bencana itu kini membawa berkah bagi penduduk setempat yakni memberikan mata pencaharian baru di bidang pariwisata yang dapat meningkatkan perekonomian mereka.

Jam dinding yang tertinggal setelah dilewati awan panas. Kini barang-barang yang tertinggal pasca erupsi merapi dikumpulkan di Museum Sisa Hartaku (DokPri)
Jam dinding yang tertinggal setelah dilewati awan panas. Kini barang-barang yang tertinggal pasca erupsi merapi dikumpulkan di Museum Sisa Hartaku (DokPri)
Mengikuti Merapi Lava Tour tidak hanya membangkitkan adrenalin semata. Di tempat-tempat perhentian seperti Bunker Kaliadem dan Museum Sisa Hartaku akan membuat kita berefleksi untuk selalu bersyukur, terutama bagi kita yang tidak tinggal di daerah rawan bencana. Membuka mata kita untuk senantiasa memiliki naluri sosial dengan membantu sesama yang kesusahan. Bahwa kita tidak pernah bisa menang melawan kuasa alam dan Sang Pencipta, sehingga kita harus berbesar hati untuk terus hidup berdampingan dengan alam dan bukannya dengan rakus mencari keuntungan tanpa memedulikan kelestarian alam. Dan yang paling penting adalah tetap percaya bahwa dibalik setiap bencana pasti akan ada berkah yang menyambut.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun