Mohon tunggu...
Irmina Gultom
Irmina Gultom Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker

Pharmacy and Health, Books, Travel, Cultures | Author of What You Need to Know for Being Pharmacy Student (Elex Media Komputindo, 2021) | Best in Specific Interest Nominee 2021 | UTA 45 Jakarta | IG: irmina_gultom

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Fresh Graduate, Gaji Tinggi dan Pengalaman

27 Juli 2019   07:00 Diperbarui: 27 Juli 2019   07:10 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: marketeers.com

Memang kekuatan media sosial itu 'sesuatu' banget ya. Topik apapun yang menyentil dan mengundang kontroversi, langsung viral dan menyebar super cepat seperti virus influenza.

Baru-baru ini, sebuah postingan di Instagram (entah milik siapa) telah menuai banyak reaksi. Postingan instastory tersebut rupanya berisi keluhan dari seorang fresh graduate lulusan salah satu universitas negeri paling bergengsi di Indonesia (yang terkenal dengan jaket almamaternya berwarna kuning itu), setelah ditawari gaji sebesar delapan juta rupiah oleh perusahaan lokal yang mewawancarainya untuk bekerja.

Sudah lumayan banyak pula rupanya Kompasianer yang menulis topik ini dan menuangkan berbagai macam pendapat. Ada yang menganggapnya terlalu sombong, ada juga yang merasa hal tersebut wajar-wajar saja. Oleh sebab itu saya jadi kepingin ikutan menuangkan opini saya terkait postingan heboh ini.

Sejujurnya, saya termasuk yang agak merasa terganggu dengan postingan itu. Apa yang muncul di pikiran saya waktu membaca postingan itu adalah, "Gile ini anak sombong amat. Kalau level lulusan UI adalah perusahaan asing, ya kenapa dia gak ngelamar di perusahaan asing aja? Jangan-jangan lamarannya sendiri ke perusahaan asing ditolak semua makanya nerima panggilan perusahaan lokal?"

Mungkin ini perasaan saya saja (atau bisa jadi fakta?) bahwa ada cukup banyak fresh graduate dari universitas-universitas ternama, baik universitas negeri maupun luar negeri, yang punya gengsi tersendiri. 

Mereka menganggap dirinya tidak selevel dengan lulusan universitas lain yang akreditas dan pamornya lebih rendah, sehingga merasa wajar jika seharusnya mereka mendapatkan kesempatan kerja lebih banyak, posisi jabatan lebih tinggi dan yang pasti gaji awal yang tinggi pula. 

Apalagi generasi milenial sekarang yang sukanya serba cepat kayak mie instan. Maunya begitu lulus kuliah, langsung dapat kerja dengan gaji tinggi. Pokoknya gue maunya minimal gaji harus 10 juta!

Predikat universitas tidak menjamin segalanya dalam pekerjaan

Oke, saya setuju jika ada yang berpendapat bahwa adalah suatu hal yang wajar saja jika kita menolak tawaran kerja karena gaji yang ditawarkan tidak sesuai harapan. Zaman sekarang siapa sih yang tidak butuh uang? Apalagi jika yang bersangkutan memiliki beban tanggungan. Tentunya mereka akan memilih pekerjaan yang bisa memberinya gaji tinggi.

Pertanyaannya sekarang adalah, terlepas dari universitas manapun kita lulus, apakah kita sudah memiliki pengetahuan, kompetensi, integritas dan dedikasi yang sepadan dengan jumlah gaji yang kita tuntut? Apakah kita sudah se-percaya diri itu sehingga kita tidak rela dibandingkan dengan dengan fresh graduate lain hanya karena beda almamater?

Saya akui kalau universitas-universitas ternama dengan akreditasi sempurna, pastilah memiliki standar kurikulum yang tinggi, organisasi mahasiswa yang aktif, fasilitas penunjang pendidikan yang lengkap, hingga organisasi ikatan alumni yang kuat. Jadi logikanya, seharusnya para lulusannya juga memiliki nilai akademis yang tinggi, pengalaman berorganisasi yang baik dan lain sebagainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun