Mohon tunggu...
Irma Susanti Irsyadi
Irma Susanti Irsyadi Mohon Tunggu... -

hanya seorang pecinta kata-kata

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Tanggapan Saya Atas Tulisan Anjuran "Menikahi Suami Orang" yang Viral di Facebook

21 Februari 2018   23:28 Diperbarui: 22 Februari 2018   22:35 7210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi. sukabumiupdate.

Bismillah ...

"Jangan membenci hukumnya, bencilah orang-orang yang menyalahgunakannya"

Kalimat itu terngiang-ngiang terus di kepala saya, setiap kali saya ngomel mengenai satu kata ini: poligami.

Yah, saya memang tidak ada bedanya dari banyak perempuan di mana-mana, yang tak mau di poligami, sebab itu berat. Biar mereka saja. Eh. Biasanya, saya selalu menghindar untuk tidak berkomentar apalagi menulis soal ini. Sebab ini masalah sensitif, sebab ini ada dalam agama. Sebab pikiran banyak orang tidaklah sama. Sebab ilmu saya masih segitu-gitunya. Ah.

Namun semua itu berubah ketika pagi tadi beberapa teman "memanggil" (ngetag) saya di sebuah postingan yang foto beserta tautannya saya sertakan di bawah ini.

SCREENSHOT. Dokumentasi pribadi
SCREENSHOT. Dokumentasi pribadi
Saya tahu tulisan ini akan sangat subjektif, dan saya juga sadar bahwa pendapat orang tidak sama. Tapi saya ingin menganalisis postingan ini.

If you don't agree, let's just agree to disagree

Judulnya sungguh "click-bait", belum membaca saja, orang-orang akan gampang tertarik. "Ukhti menikahlah dengan suami orang jika ..." Siapa yang dimaksud dengan "ukhti" di sini? Para gadis? Para janda?

Yang jelas, sebagai orang tua, saya sama sekali tidak menyarankan anak-anak perempuan saya untuk mendekati suami orang. Buat apa? Bukan kah perjaka juga banyak, mengapa harus cari masalah? Apakah untuk para janda?

Janda belum mendekati suami orang saja sudah dihadang pakai slogan "hati-hati pelakor". Janda yang mendekati suami orang? Cari mati namanya.

Kemudian, ketika tulisan ini menganjurkan para "ukhti" untuk mencintai suami orang, apa kabar istri pertama? Apakah dia baik-baik saja? Kenapa tidak disebutkan? Yang adil dong.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun