Mohon tunggu...
Irham Rajasa
Irham Rajasa Mohon Tunggu... -

Pemerhati sosial

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ahok

10 Mei 2017   10:21 Diperbarui: 10 Mei 2017   10:41 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Memahami sifat dan sikap Ahok harus menyelami pula latar belakang kehidupannya.

Lahir di Belitong dengan berasal dari keturunan cina dan beragama kristen, stigma dan diskriminasi sudah jadi makanan sehari-hari baginya. Kita tau betapa susahnya menjadi minoritas di era orde baru. Dengan segala keterbatasan ruang maka jalan satu-satunya untuk bertahan hidup adalah berdagang, seperti layaknya yang dilakukan oleh mayoritas keturunan cina lainnya diseluruh negeri.

Seperti ceritanya pada masa kecil ketika dia dilarang menjadi petugas upacara hanya karena dia keturunan cina, diskriminasi berlanjut menyertai perjalanannya menjadi dewasa. Dia sering merasakan pahitnya  perjuangan bapaknya sehingga pesan yang paling diingatnya adalah jangan sekali sekali melawan pejabat. Di sisi lain, karena dianggap mampu maka seringkali keturunan cina didiskriminasi tapi juga dimintai bantuan sumbangan apabila ada kegiatan masyarakat. Dan sang bapak cukup terkenal mudah memberi bantuan pada masyarakat sekitar, sehingga pesan kedua yang diingat oleh Ahok adalah selalu bantu orang orang miskin.

Diskriminasi rupanya membekas dalam bagi dirinya dan terus dialami sampai dia membuka usaha tambang, ketika lahannya miliknya yang diambil alih oleh pejabat lokal dan dijadikan kawasan hutan lindung.

Kesempatan itu datang ketika era reformasi tiba dan dia mencalonkan diri sebagai bupati   belitung timur.  Walaupun mendapat tantangan dan ancaman yang salah satunya didatangi oleh sekelompok pemuka agama dan disuruh membaca al quran. Dia menjawab, saya tidak  bisa membacanya, dan dibalas kalau begitu tidak perlu mencalonkan diri jadi pemimpin kami.  Tapi Ahok tidak mundur. Ancaman dan diskriminasi datang dengan menggunakan ayat ayat suci seperti yang terjadi saat ini, tapi dia berhasil memenangkan pemilihan. Jadilah dia bupati cina dan non muslim pertama di daerah yang mayoritas muslim itu.

Saat menjabat, Ahok seperti ingin membalaskan dendamnya pada ketidakberesan birokrasi. Disiplin ditegakkan. Sehingga kita dapat menjumpai fotonya kala itu memegang sapu dipinggir jalan. Memantau pegawai pemerintah yang telat masuk kantor. Gila. Memang.

Pada saat ia menjabat banyak penjaga mesjid yang ia umrohkan dan itu akan berlanjut nanti. Dia tidak kemudian berpihak pada ikatan primordialnya. Bahkan dia pernah menolak permohonan memberikan bantuan mobil untuk gereja karena dia anggap bahwa mereka mampu dan dapat patungan utk membeli mobil, tanpa bantuan dari pemerintah daerah.

Ahok kemudian maju sebagai calon gubernur bangka belitung dan kalah. Ia mencoba maju pada pemilihan gubernur sumut dan juga gagal dlm prosesnya. Tapi keinginannya utk memberikan sumbangsih bagi negara tidak pernah padam hingga kesempatan membawanya menjadi wakil rakyat di Jakarta.

Perjalanan takdir membawanya menjadi wakil gubernur jakarta dan kemudian menjadi gubernur menggantikan Jokowi.  Disinilah Ahok mendapatkan ruang untuk bergerak seluas luasnya membenahi segala carut marut ibukota yang sudah bertahan lama.  Seperti layaknya orang yang dilahirkan di tanah sumatra, Ahok tidak  kenal  basa basi diplomasi. Dia tdk  bisa bermanis muka pada sesuatu  atau seseorang yang tidak dia sukai,  dan seperti layaknya putra sumatra, Ahok memang bernyali tinggi sehingga tidak heran disatu sisi dia dicintai tapi bagi yang tdk sepaham dia sangat dibenci. Apalagi dia zero toleransi pada korupsi.

Ahok memang tidak sempurna. Nyalinya yang tinggi diiringi ucapan yg keras dan kadang tanpa dipikirkan terlebih dahulu membawanya pada meja hijau atas tuduhan penistaan agama. Walaupun dia mengatakan beribu maaf dan tidak, tapi lawan lawannya telah menemukan celah untuk membungkam. Kita tau vonis 2 thn telah dijatuhkan.

Tapi Ahok tetap Ahok, dia akan sangat dibenci lawannya dan akan sangat dicintai pendukungnya. Ahok seperti katalisator. Dia adalah pembeda. Walaupun diakhir jabatannya setelah kalah dalam pilkada dia seperto sudah patah arang. Tercermin dari keengganannya utk masuk dunia politik lagi dan hanya ingin jd pendidik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun