Mohon tunggu...
Irhamni Rofiun
Irhamni Rofiun Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Moderat, Pecinta Alquran, Suka Menulis dan Berbagi Informasi, juga Blogger mania: http://irhamnirofiun.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Al-Azhar, Mesir dan Prediksi Al-Quran: Sebuah Doa dan Harapan

13 Januari 2014   11:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:52 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="371" caption="Menatap Menara Islam, Al-Azhar As-Syarief (Dok Pribadi)"][/caption]

Dulu Al-Azhar dikenal sebagai pusat peradaban ilmu keislaman yang moderat. Dari berbagai belahan dunia orang berbondong-bondong untuk menyerap mata air ilmu di Al-Azhar.

Kini, konstelasi politik Mesir yang telah terpecah-belah masuk ke ranah Al-Azhar, menyebabkan kampus tercinta ternodai oleh aksi demonstrasi dan aksi pembakaran kampus yang terjadi di Fakultas Perdagangan. Di tempat terpisah, terjadi pula pengrusakan fasilitas kampus di kampus Al-Azhar Putri, ditambah aksi pembunuhan massal secara terang-terangan di mana-mana. Kesal namun bungkam, terasa mimpi menyaksikan kejadian yang ada. Siapa yang Salah? Pemerintah kudetakah? Ikhwanul Muslimin-kah? Atau Grand Syekh Al-Azhar yang salah melangkah? Rasanya tidak bisa menyalahkan satu persatu dari mereka. Semua itu sudah terjadi dan harus ada jalan keluar terbaik. Rekonsiliasi kedua belah pihak tidak akan berjalan mulus. Kenyataannya seperti itu, bukan untuk mematahkan semangat, tapi praktek di lapangan membuktikan masing-masing kubu tetap terus bertahan dengan pendapatnya masing-masing. Akhirnya, masyarakat yang tak berdosa ikut merasakan kepahitan suasana yang ada. Mahasiswa yang tak bersalah pun menjadi korban, kenyamanan terus dipertanyakan. Jalan terakhir selain pertolongan Allah sepertinya adalah upaya campur tangan dan peran dunia Islam untuk menghentikan kekacauan di Mesir. Renungan dan Prediksi Al-Quran ادْخُلُوا مِصْرَ إِنْ شَاءَ اللَّهُ آمِنِينَ “Masuklah kalian ke negeri Mesir, insya Allah dalam keadaan aman.” (QS Yusuf [12]: 99) Dengan membaca sepintas ayat di atas, seakan Al-Quran telah menjamin keamanan bagi siapa saja yang hendak masuk ke Mesir. Tetapi setelah ditelisik lebih lanjut, ternyata dugaan jaminan keamanan itu kurang tepat, sebab ayat tersebut sama sekali tidak menyifati Mesir sebagai sebuah negeri yang aman, tapi sifat aman itu berlaku bagi keluarga Ya’qub as. sebagai sebuah jaminan. Coba perhatikan zahir ayat آمنين yang merupakan bentuk haal dari objek ادخلوا, bukan haal dari مصر, itupun kedudukan i’rab-nya merupakan jawab syarth. Artinya, jawab syarth baru akan terlaksana jika syarth-nya terpenuhi. Dengan kata lain, jaminan keamanan hanya berlaku bagi keluarga Ya’qub as. saja dan pada waktu itu saja, bukan jaminan keamanan bagi tanah Mesir secara umum. Jadi, rasanya kurang tepat menjadikan ayat tersebut sebagai isyarat atau dalil bahwa Mesir mendapat jaminan keamanan, apalagi jaminan sepanjang masa, sebagaimana jaminan yang diberikan oleh Allah kepada tanah Haram dalam Surat At-Tiin ayat 1-3: وَالتِّينِ وَالزَّيْتُونِ (1) وَطُورِ سِينِينَ (2) وَهَذَا الْبَلَدِ الْأَمِينِ (3 “Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun) (1), Dan demi bukit Sinai (2), Dan demi kota (Makkah) ini yang aman. (3)” (QS At-Tin [95]: 1-3) Ayat di atas secara sharih menyifati Makkah sebagai negeri yang aman وهذا البلد الأمين. Jaminan keamanan ini tegas. Ditegaskan juga dalam ayat-ayat lain yang berbicara tentang haram (suci)-nya tanah ini. Keamanan dan kesucian Makkah juga dinyatakan dalam ayat dan hadis-hadis shahih secara bergandengan. Jadi, kalau Makkah disebut aman berarti juga bermakna haram. Tinggal selanjutnya bagaimana kita memahami makna haram dan aman ini? Yang dipahami, sebagaimana disebutkan dalam hadis-hadis shahih, keharaman di sini bermakna larangan menumpahkan darah dan berperang, karena itulah yang disebut aman. Dengan kata lain, kehendak Allah yang menjamin keharaman Makkah, adalah kehendak yang sifatnya syar’i bukan qadari kauny. Kehendak syar’i berarti kehendak yang disukai Allah, tapi mungkin saja terjadi, mungkin saja tidak. Sedangkan qadari, adalah kehendak Allah yang pasti terjadi, baik Dia sukai atau tidak. Sebagaimana dijelaskan, para ulama membedakan antara dua iradah ini (syar’iyyah dan qadariyyah kauniyyah). Karena itulah sangat mungkin apa yang diharamkan oleh Allah terjadi di tanah suci Makkah, sebagaimana pemberontakan Juhaiman tahun 1979, dan rusaknya Ka’bah oleh Yazid ibn Muawiyah dan Hajjaj, serta terpenggalnya Abdullah ibn Zubair di pelataran Ka’bah oleh Hajjaj. Lebih jauh, ada ayat lain dalam Al-Quran yang juga harus direnungkan lebih lanjut, mengisyaratkan akhir dari konflik Mesir yang berkepanjangan, terdapat dalam Surat Al-Qashash ayat 5: وَنُرِيدُ أَنْ نَمُنَّ عَلَى الَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا فِي الْأَرْضِ وَنَجْعَلَهُمْ أَئِمَّةً وَنَجْعَلَهُمُ الْوَارِثِينَ “Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi)” (QS Al-Qashash [28]: 5) Jika dianalogikan, ayat di atas mengindikasikan bahwa kekuasaan pemerintah yang zalim akan jatuh di tangan rakyat yang terzalimi setelah melalui proses yang panjang. Dalam beberapa tafsir dikatakan bahwa setelah runtuhnya kerajaan Firaun, daerah-daerah kekuasaan yang sebelumnya ada dalam kendali Firaun akhirnya diwarisi oleh Nabi Musa as. beserta umatnya Bani Israil. Mereka memperoleh akibat yang baik di dunia sebelum di akhirat kelak. Demikianlah Allah memperlihatkan kekuasaan-Nya. Suatu hal yang rasanya tidak mungkin terjadi yaitu tumbangnya suatu kekuasaan besar oleh orang-orang yang lemah karena ditindas dan dianiaya. Maha Benar Allah ketika Dia memberikan kekuasaan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya, membuat dan mencabut kekuasaan dari siapa saja yang dikehendaki-Nya, sebagaimana tersebut dalam firman-Nya: قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَن تَشَاءُ وَتَنزِعُ الْمُلْكَ مِمَّن تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَن تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَن تَشَاءُ ۖ بِيَدِكَ الْخَيْرُ ۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ “Katakanlah: “Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS Ali Imran [3]: 26) Ada ulama yang mengatakan bahwa persoalan Mesir jangan dianggap sebagai konflik politik. Sebab, jika melihat persoalan tersebut dari sisi politik saja, maka hati akan terasa kosong. Lebih dari itu, Allah telah menyiapkan skenario besar dalam peristiwa ini. Doa dan Harapan Kesucian dan kemurnian Al-Azhar tidak akan pernah punah jika seluruh komponen bersatu dalam menjaga wibawa dan martabat Al-Azhar dari gempuran kelompok yang bermoral lacur yang sepertinya memang sengaja untuk menghancurkan kharismatik Al-Azhar. Ketahuilah bahwa Al-Azhar akan tetap berdiri kokoh menjadi menara Islam di dunia. Kita yang terikat ukhuwah Islamiyah yang posisinya jauh dari Negeri Para Nabi itu hanya bisa mendoakan dan terus mendoakan agar Mesir terhindar dari fitnah yang berkepanjangan. Semoga saja bantuan doa kita semua yang tulus dipanjatkan bisa menjadikan Mesir kembali pulih dari sakitnya dan semoga semua pihak bisa mengintrospeksi diri. Allaahumma Ihfadz Mishra wa ahlahaa. Ya Allah, jaga Mesir dan penduduknya. [] Wallaahu a’lam.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun