Mohon tunggu...
IrfanPras
IrfanPras Mohon Tunggu... Freelancer - Narablog

Dilarang memuat ulang artikel untuk komersial. Memuat ulang artikel untuk kebutuhan Fair Use diperbolehkan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Bagi Kami, Keraton Agung Sejagat adalah Pahlawan!

23 Januari 2020   09:18 Diperbarui: 23 Januari 2020   17:08 4559
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Raja dan ratu kerajaan fiktif, Keraton Agung Sejagat di Kabupaten Purworejo. (sumber: regional.kompas.com)

Hampir sepekan ini, pemberitaan ramai dengan topik "fenomena kerajaan fiktif". Kerajaan fiktif itu disinyalir muncul berkat imajinasi tinggi sekelompok manusia yang saking tingginya nalar mereka gagal dipahami masyarakat secara luas (baca saja halu alias halusinasi hehe).

Nah, salah satu kerajaan fiktif yang terus menghiasi pemberitaan media akhir-akhir ini adalah Keraton Agung Sejagat. Bagi penulis, kemunculan Keraton Agung Sejagat sangat mengagetkan. Pasalnya keraton yang mengklaim keturunan Mataram itu ternyata berdomisili di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, tempat tinggal saya. Waduh!

Selain terkejut, saya pribadi juga tertawa hehe. Lha gimana coba, seumur-umur saya tinggal di Purworejo tidak pernah ada kerajaan atau keraton yang eksis. Eh tiba-tiba lahir sebuah kerajaan lengkap dengan raja-ratu beserta abdi dalemnya.

Yang membuat geli adalah klaim sang raja/sinuhun Totok Santoso Hadiningrat yang menyatakan Keraton Agung Sejagat kedudukannya tertinggi di dunia.

Waduhh... gimana ya, lha wong Purworejo saja kabupaten yang selama ini tidak terkenal. Masa iya di kabupaten kecil itu ada kerajaan tinggi pemimpin dari tatanan dunia sekarang ini?! (tepuk jidat)

Tetapi saudara sebangsa se-Tanah Air, tahukah Anda bahwa kemunculan Keraton Agung Sejagat membawa dua dampak kepada masyarakat Purworejo. Tentunya ada dampak negatif namun juga ada dampak positifnya. Loh bagaimana bisa kemunculan kerajaan fiktif itu malah berdampak positif?

Mari bahas satu-satu. Pertama dampak negatifnya. Yang pasti sejak kemunculan keraton halu ini, penduduk Purworejo di manapun ia berada menjadi bahan tertawaan. Tak terkecuali saya sendiri.

Kebetulan penulis sedang merantau di Kota Solo. Ketika viral Keraton Agung Sejagat, penulis sedang berada di luar kota cukup lama. Setiba di kosan dan kampus, saya tak bisa mengelak menjadi bahan tertawaan kawan berkat ulah kerajaan fiktif itu. Bahkan saya dianggap anggota kerajaan yang kabur setelah sang raja tertangkap polisi!

Bully-an warga +62 juga sadis. Selama beberapa hari, Purworejo menjadi bahan gunjingan netizen. Padahal kami sebagai orang Purworejo tak tahu menahu soal kerajaan itu. Namun daripada memilih baper, saya lebih memilih bersama-sama menertawakan kasus keraton halu itu haha.

Selain dampak kepada pribadi penduduk Purworejo, dampak negatif secara luas juga diterima Kabupaten Purworejo. Jelas saja, nama kabupaten ini menjadi tercoreng. Apalagi jumlah pengikut KAS ternyata juga banyak.

Tapi ternyata setelah dicek di lapangan, jumlah masyarakat Purworejo yang menjadi pengikut kerajaan tidak banyak. Bahkan masyarakat Desa Pogung Juru Tengah, Bayan, Purworejo yang menjadi anggota kerajaan hanya sedikit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun