Mohon tunggu...
Irene Maria Nisiho
Irene Maria Nisiho Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu rumah tangga

Nenek 6 cucu, hobby berkebun, membaca, menulis dan bercerita.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Anggurku Berbuah, Walau Hanya Dua Dompol

13 Oktober 2016   19:12 Diperbarui: 14 Oktober 2016   05:02 1375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa tahun lalu, saya sempat membeli bibit tanaman anggur pada Pameran Flora Fauna di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat. Bibit itu saya tanam langsung di tanah, di depan teras rumah kami. Tanamannya tumbuh subur dan merambat ke atas pergola yang sudah saya siapkan sebelumnya.

Saya pun telah membeli buku Membuahkan Anggur di Dalam Pot dan Pekarangan. Penulisnya Bernard T. Wahyu Wiryanta Ketika percabangannya saya rasa sudah sempurna dan cukup besar untuk berbuah, saya siap untuk mulai melakukan pemangkasan, sesuai petunjuk dari buku. Untuk membuahkan tanaman anggur, katanya tanamannya harus dibuat stres. Artinya dibuat stres dengan tidak diberi air siraman.

Dua atau tiga minggu menjelang pemangkasan tanaman anggur jangan disiram, biarkan kering tapi tentu saja jangan sampai mati kekeringan, lho. Tiga hari menjelang pemangkasan baru kembali dilakukan penyiraman. 

Oh, iya penyiraman pohon anggur sebaiknya dilakukan dua kali sehari, bila medianya porous dan cukup sekali bila medianya tanahnya liat. Kemudian mulailah pemangkasan berat. Artinya apa? Pohon anggur di pangkas semua ranting, disisakan cabang tersier dan daun-daunnya sampai tidak bersisa.

Saya sih sudah berusaha mengatur percabangannya sesuai petunjuk buku yaitu cabang primer saya pangkas, lalu akan ada cabang sekunder, lalu tersier dan di sinilah akan keluar bunga yang akan menjadi buah.

Pemangkasan yang pertama, saya belum berhasil. Kemudian pemangkasan ke-dua, ke-tiga dan seterusnya tidak ada yang berhasil membuahkan pohon anggurku.. Akhirnya cuma daunnya yang semakin subur dan rimbun.

Karena sudah tidak sabar, pohon anggur itu saya setek beberapa potong cabangnya untuk mendapatkan bibit baru. Bibit baru ini saya tanam di pot besar dan meletakkannya di lantai dua di samping tempat jemuran, Di sana sinar mataharinya penuh, jadi kemungkinan sukses berbuah lebih besar.

Koleksi Pribadi
Koleksi Pribadi
Namun ternyata sama saja. Walau sudah saya pangkas tetap gagal. Mungkin cara memangkas saya yang salah. Mungkin juga pemupukannya yang kurang pas. Kata buku yang saya baca, pupuk dari kotoran kelelawar yang paling baik, disusul kotoran ayam, kambing atau domba, kuda, sapi atau kerbau dan kelinci. Ini pupuk organik. Masih ditambah pupuk daun dan sebagainya. Ribet, deh. 

Jadi saya hanya memanfaatksn pupuk kotoran kambing.  Inikah yang salah? Entahlah.

Saya jadi teringat pengalaman saya sewaktu masih berdomisili di Makassar, waktu itu pun saya pernah menanam anggur di pekarangan depan teras rumah. Pengalaman saya kurang lebih sama. Bedanya dulu di Makassar, kami mempunyai seorang sahabat, om Taneh begitu kami memanggilnya, yang bersedia menolong membantu memangkas pohon anggur saya.

Hasilnya? Luar biasa. Pergola di depan teras rumah kami penuh buah anggur yang menggantung.Padahal om Taneh kelihatannya main pangkas saja, nggak pakai hitung hitungan. Semua ranting kecil serta daun-daunnya dibabat habis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun